9/14/2014


Jalanan Bandung, tepatnya Dago terlihat lengang, hanya terlihat beberapa gerombolan motor yang masih nongkrong di pinggir jalan. Wuuuussshhhh suara itu terdengar dari sebuah mobil yang di kemudikan Joy dengan kencang.
            “Anj*ng” dia memaki sambil memukul setir.
Mengebut mungkin salah satu cara laki laki menunjukan emosi. Ketika rasa amarah mengendalikan diri, adrenalin bisa terpacu, mengemudi dengan kecepatan 100Km/Jam terasa begitu lamban.
            Tiga jam yang lalu, Joy memilih baju yang cocok untuk acara pesta ulang tahun Calista, teman SMAnya.
            “Aku jemput kamu ya, kamu udah siap kan?”
            “Ini lagi dandan kok, sebentar” Olive menjawab telepon Joy dengan menyelipkan handphone di leher dan pipi, lalu menutupnya.
            Di dunia ini sebenarnya ada berapa hal yang seharusnya tidak mudah kamu percaya :
1.      Lelaki yang terlalu banyak janji.
2.      Wanita yang kalau bilang dandan sebentar.
Tiga puluh menit kemudian, Joy yang sudah menunggu lama akhirnya melihat batang hidung Olive.
“Sebentar banget ya liv hehe” Joy dengan nada menyindir ke Olive.
“Hehehe” Olive hanya tersenyum sambil menutup pintu mobil dari dalam, lalu duduk.
“Jadi gimana, mau balikan gak?”
“Gimana yaa”
“Emang kalo masih saling sayang gak cukup ya buat balikan?”
“Enggak, masih perlu banyak pertimbangan”
“Emangnya kita lagi usaha dibidang marketing pake banyak pertimbangan segala. Cinta itu ya cukup sama sama sayang.”
“Kamu gak akan ngerti”
“Gimana mau ngerti kamunya aja gak pernah jelasin..”
Intinya, sepanjang jalan dari rumah Olive menuju pesta Calista, terjadi perdebatan tentang teori cinta dari orang yang berbeda.
            Olive adalah mantan Joy, namun sampai sekarang keduanya sama-sama cinta tapi berbeda cara. Joy memilih secara blak-blakan, sedangkan Olive memilih diem-dieman. Joy selalu berharap kalau mereka bisa balikan tanpa perlu banyak pertimbangan dan alasan, sedangkan Olive, dia bersitegas kalau cinta itu tidak boleh sembarang, dia belajar dari pengalamannya putus kemarin, cinta harus dipikirkan secara matang, baru dilaksanakan.
            Suasana pesta cukup megah, namun tamu yang datang tidak begitu banyak, karena hanya teman dekat saja yang diundang.
            “Haiii Olive, kamu cantik sekali” Calista melambaikan tangnannya kepada Olive.
            “Kamu lebih cantik lagi” kemudian mereka berpelukan dan cipika cipiki.
            “Eh, Joy apa kabar? Lama gak ketemu ya? Kamu kelihatan kurusan”
            “Emang iya? Perasaan kamu aja kali Cal”
            “Iya mungkin hahaha, yaudah kalian lanjutin aja yaa.. aku mau ajak ngobrol tamu yang lain” kemudian dia pergi meninggalkan Olive dan Joy yang sednag ngobrol di meja tamu.
            “Kamu pernah nonton tv lalu tiba-tiba siarannya dipindahin sama orang lain gara-gara remotnya gak kamu jaga gak Joy? Kata Olive.
            “Emmmm.. pernah sih emang kenapa?”
            “Terus gampang gak buat mindahin ke acara yang kamu pengen lagi kalo remotnya gak kamu pegang”
            “Emmmm.. susah sih, terus?”
            “Kita itu mirip kayak gitu”
            “Maksudnya? Emang kamu mirip remot?”
            “Bukan.. bukan itunya, hati aku udah dipegang orang lain”
            “Lah? Selama ini kamu bohong kalau masih sayang?”
            “Enggak, aku sayang sama dua orang yang berbeda”
            “Kok bisa? Sayang itu gak mungkin buat dua orang yang sama”
            “Bisa kok, yang gak bisa itu kalau aku milikin dua duanya.”
            “Terus, dia yang jadi pilihan kamu?”
            “Iyaa, kamu yang sekarang terlalu jauh buat aku joy”
            “Jaraknya? Jadi lagi lagi jarak?”
            “Lebih dari itu Joy, dunia kita.”
            “Terus cowok yang kamu bilang kamu cinta juga, siapa?”
            “Bisa dibilang, kamu yang “baru”
            “Maksudnya?”
            “Semua peran kamu dengan sempurna dia gantikan Joy”
            “Kamu memilih dia yang selalu ada ketimbang aku yang….” Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Olive memotong.
            “Joy, sekarang aku menganggapmu sebagai seseorang yang selalu aku idamkan, namun dalam khayalan. Untuk sekarang dan masa depan nanti, kamu itu maya, tak lagi nyata. Walaupun kamu yang selalu aku tunggu dan harapkan, namun waktu itu tak kunjung tiba, hingga akhirnya seseorang datang dengan membawa cinta yang selalu ada”
            “……” Joy terdiam
            “Cinta yang kuat, akan kalah oleh cinta yang datang dalam waktu yang tepat”
            “Kamu tahu apa yang pahit di dunia ini?”
            “Kejujuran?”
            “Bukan”
            “Dikhianati, dibohongi?”
            “Bukan”
            “Lalu apa?”
            “Omongan kamu malam hari ini” kemudian Joy pergi meninggalkan Olive. Olive terdiam, bukan karena dia sudah tidak menginginkan Joy kembali, tapi dia bingung apa yang harus dia lakukan. Joy merasa hatinya kali ini seperti remuk, bubuk dan tak berbentuk.
            Emosinya labil, walaupun tidak mabuk dan tidak memiliki skill mengemudi sebaik Lewis Hamilton, dia memacu kendaraanya dengan sangat kencang, tanpa sadar ada seorang yang menyebrang jalan.
TIIIIDDDDDDDDDD
Suara keras dari klakson mobilnya, penyebrang itu kemudian lari terbirit, Joy mencoba mengerem mobilnya, namun bannya selip, mobilnya tidak seimbang dan akhirnya menabrak tiang.
            Joy tertunduk di setir mobil, darah mengucur dari kepalanya yang mengalami benturan keras. Warga, atau lebih tepatnya orang yang nongkrong di pinggir jalan berlari mencoba menolong Joy, namun sayang. Nafasnya sudah hilang, hembusan terakhirnya mungkin ketika kepalanya terbentur dengan keras.
            “Ini dengan Olive?”
            “Iya betul, ini siapa ya?”
            “Saya Andre, teman mbak, Joy tabrakan di daerah persimpangan McD Dago”
            “……. Sebentar pak, saya menuju saja” gelisah dan sedih terlihat dari rautan wajah Olive.
            Tujuh menit kemudian, Olive datang di TKP. Tubuh Joy sudah tidak ada, yang ada hanya kerumunan orang dan mobil yang dipakai Joy.
            “Pak, teman saya mana?” dengan nada gelisah, panic dan sedih dia bertanya pada seorang bapak-bapak di kerumunan.
            “Yang tabrakan? Jenazahnya dibawa ke RS Hasan Sadikin mbak”
            “Jenazah? Maksdunya?”
            “Dia tewas mbak”
            Olive berlari sambil menutup mulutnya dan air mata mengalir deras dari matanya menuju mobil, lalu mengendarainya menuju RS Hasan Sadikin.
            Ayah dan Ibu Joy belum datang, hanya ada seorang laki-laki menggunakan jaket kulit sedang menunggu Joy.
            “Mbak, kakaknya?”
            “Bukan, saya temannya.. bapak siapa?”
            “Mbak Olive? Saya yang nelpon mbak tadi, syukurlah mbak datang, saya bisa pulang. Ayah ibu mas Joy ini sedang dalam perjalanan, katanya terjebak macet di daerah buah batu, saya permisi dulu ya mbak, mbak yang tabah.”
            “Iya pak, terimakasih, hati hati di jalan”
            “Oh iya mbak, ini hape mas Joy” kemudian dia memberikan handphone iphone 6 yang masih baru, tanpa gores dan lecet.
            Olive membuka file-file, dan sms yang ada di hape itu. Di gallerinya terdapat foto mereka berdua ketika masih berpacarannya. Ada sebuah playlist yang isinya lagu-lagu yang pernah mereka dengarkan bersama. Air mata tak kuasa turun lagi.
            “Liv, sekarang apa yang kamu mau terwujud. Selamanya aku bakal jadi khayalan kamu, sekarang aku gak lagi nyata, dunia kita bener bener berbeda, alam kita beda. Omongan aku tadi yang kamu potong, aku lanjutin sekarang yaa, “walaupun aku gak selalu ada, tapi nama kamu selalu aku sebut dalam doa” sekarang, aku yang gak ada, buat selamanya, bagian aku yang namanya kamu sebut dalam do’a, bukan lagi untuk selalu ada disamping kamu, tapi untuk masuk surga”
            Suara itu terdengar samar-samar oleh Olive.

            Entah darimana asalnya. 

JALANAN BANDUNG


Jalanan Bandung, tepatnya Dago terlihat lengang, hanya terlihat beberapa gerombolan motor yang masih nongkrong di pinggir jalan. Wuuuussshhhh suara itu terdengar dari sebuah mobil yang di kemudikan Joy dengan kencang.
            “Anj*ng” dia memaki sambil memukul setir.
Mengebut mungkin salah satu cara laki laki menunjukan emosi. Ketika rasa amarah mengendalikan diri, adrenalin bisa terpacu, mengemudi dengan kecepatan 100Km/Jam terasa begitu lamban.
            Tiga jam yang lalu, Joy memilih baju yang cocok untuk acara pesta ulang tahun Calista, teman SMAnya.
            “Aku jemput kamu ya, kamu udah siap kan?”
            “Ini lagi dandan kok, sebentar” Olive menjawab telepon Joy dengan menyelipkan handphone di leher dan pipi, lalu menutupnya.
            Di dunia ini sebenarnya ada berapa hal yang seharusnya tidak mudah kamu percaya :
1.      Lelaki yang terlalu banyak janji.
2.      Wanita yang kalau bilang dandan sebentar.
Tiga puluh menit kemudian, Joy yang sudah menunggu lama akhirnya melihat batang hidung Olive.
“Sebentar banget ya liv hehe” Joy dengan nada menyindir ke Olive.
“Hehehe” Olive hanya tersenyum sambil menutup pintu mobil dari dalam, lalu duduk.
“Jadi gimana, mau balikan gak?”
“Gimana yaa”
“Emang kalo masih saling sayang gak cukup ya buat balikan?”
“Enggak, masih perlu banyak pertimbangan”
“Emangnya kita lagi usaha dibidang marketing pake banyak pertimbangan segala. Cinta itu ya cukup sama sama sayang.”
“Kamu gak akan ngerti”
“Gimana mau ngerti kamunya aja gak pernah jelasin..”
Intinya, sepanjang jalan dari rumah Olive menuju pesta Calista, terjadi perdebatan tentang teori cinta dari orang yang berbeda.
            Olive adalah mantan Joy, namun sampai sekarang keduanya sama-sama cinta tapi berbeda cara. Joy memilih secara blak-blakan, sedangkan Olive memilih diem-dieman. Joy selalu berharap kalau mereka bisa balikan tanpa perlu banyak pertimbangan dan alasan, sedangkan Olive, dia bersitegas kalau cinta itu tidak boleh sembarang, dia belajar dari pengalamannya putus kemarin, cinta harus dipikirkan secara matang, baru dilaksanakan.
            Suasana pesta cukup megah, namun tamu yang datang tidak begitu banyak, karena hanya teman dekat saja yang diundang.
            “Haiii Olive, kamu cantik sekali” Calista melambaikan tangnannya kepada Olive.
            “Kamu lebih cantik lagi” kemudian mereka berpelukan dan cipika cipiki.
            “Eh, Joy apa kabar? Lama gak ketemu ya? Kamu kelihatan kurusan”
            “Emang iya? Perasaan kamu aja kali Cal”
            “Iya mungkin hahaha, yaudah kalian lanjutin aja yaa.. aku mau ajak ngobrol tamu yang lain” kemudian dia pergi meninggalkan Olive dan Joy yang sednag ngobrol di meja tamu.
            “Kamu pernah nonton tv lalu tiba-tiba siarannya dipindahin sama orang lain gara-gara remotnya gak kamu jaga gak Joy? Kata Olive.
            “Emmmm.. pernah sih emang kenapa?”
            “Terus gampang gak buat mindahin ke acara yang kamu pengen lagi kalo remotnya gak kamu pegang”
            “Emmmm.. susah sih, terus?”
            “Kita itu mirip kayak gitu”
            “Maksudnya? Emang kamu mirip remot?”
            “Bukan.. bukan itunya, hati aku udah dipegang orang lain”
            “Lah? Selama ini kamu bohong kalau masih sayang?”
            “Enggak, aku sayang sama dua orang yang berbeda”
            “Kok bisa? Sayang itu gak mungkin buat dua orang yang sama”
            “Bisa kok, yang gak bisa itu kalau aku milikin dua duanya.”
            “Terus, dia yang jadi pilihan kamu?”
            “Iyaa, kamu yang sekarang terlalu jauh buat aku joy”
            “Jaraknya? Jadi lagi lagi jarak?”
            “Lebih dari itu Joy, dunia kita.”
            “Terus cowok yang kamu bilang kamu cinta juga, siapa?”
            “Bisa dibilang, kamu yang “baru”
            “Maksudnya?”
            “Semua peran kamu dengan sempurna dia gantikan Joy”
            “Kamu memilih dia yang selalu ada ketimbang aku yang….” Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Olive memotong.
            “Joy, sekarang aku menganggapmu sebagai seseorang yang selalu aku idamkan, namun dalam khayalan. Untuk sekarang dan masa depan nanti, kamu itu maya, tak lagi nyata. Walaupun kamu yang selalu aku tunggu dan harapkan, namun waktu itu tak kunjung tiba, hingga akhirnya seseorang datang dengan membawa cinta yang selalu ada”
            “……” Joy terdiam
            “Cinta yang kuat, akan kalah oleh cinta yang datang dalam waktu yang tepat”
            “Kamu tahu apa yang pahit di dunia ini?”
            “Kejujuran?”
            “Bukan”
            “Dikhianati, dibohongi?”
            “Bukan”
            “Lalu apa?”
            “Omongan kamu malam hari ini” kemudian Joy pergi meninggalkan Olive. Olive terdiam, bukan karena dia sudah tidak menginginkan Joy kembali, tapi dia bingung apa yang harus dia lakukan. Joy merasa hatinya kali ini seperti remuk, bubuk dan tak berbentuk.
            Emosinya labil, walaupun tidak mabuk dan tidak memiliki skill mengemudi sebaik Lewis Hamilton, dia memacu kendaraanya dengan sangat kencang, tanpa sadar ada seorang yang menyebrang jalan.
TIIIIDDDDDDDDDD
Suara keras dari klakson mobilnya, penyebrang itu kemudian lari terbirit, Joy mencoba mengerem mobilnya, namun bannya selip, mobilnya tidak seimbang dan akhirnya menabrak tiang.
            Joy tertunduk di setir mobil, darah mengucur dari kepalanya yang mengalami benturan keras. Warga, atau lebih tepatnya orang yang nongkrong di pinggir jalan berlari mencoba menolong Joy, namun sayang. Nafasnya sudah hilang, hembusan terakhirnya mungkin ketika kepalanya terbentur dengan keras.
            “Ini dengan Olive?”
            “Iya betul, ini siapa ya?”
            “Saya Andre, teman mbak, Joy tabrakan di daerah persimpangan McD Dago”
            “……. Sebentar pak, saya menuju saja” gelisah dan sedih terlihat dari rautan wajah Olive.
            Tujuh menit kemudian, Olive datang di TKP. Tubuh Joy sudah tidak ada, yang ada hanya kerumunan orang dan mobil yang dipakai Joy.
            “Pak, teman saya mana?” dengan nada gelisah, panic dan sedih dia bertanya pada seorang bapak-bapak di kerumunan.
            “Yang tabrakan? Jenazahnya dibawa ke RS Hasan Sadikin mbak”
            “Jenazah? Maksdunya?”
            “Dia tewas mbak”
            Olive berlari sambil menutup mulutnya dan air mata mengalir deras dari matanya menuju mobil, lalu mengendarainya menuju RS Hasan Sadikin.
            Ayah dan Ibu Joy belum datang, hanya ada seorang laki-laki menggunakan jaket kulit sedang menunggu Joy.
            “Mbak, kakaknya?”
            “Bukan, saya temannya.. bapak siapa?”
            “Mbak Olive? Saya yang nelpon mbak tadi, syukurlah mbak datang, saya bisa pulang. Ayah ibu mas Joy ini sedang dalam perjalanan, katanya terjebak macet di daerah buah batu, saya permisi dulu ya mbak, mbak yang tabah.”
            “Iya pak, terimakasih, hati hati di jalan”
            “Oh iya mbak, ini hape mas Joy” kemudian dia memberikan handphone iphone 6 yang masih baru, tanpa gores dan lecet.
            Olive membuka file-file, dan sms yang ada di hape itu. Di gallerinya terdapat foto mereka berdua ketika masih berpacarannya. Ada sebuah playlist yang isinya lagu-lagu yang pernah mereka dengarkan bersama. Air mata tak kuasa turun lagi.
            “Liv, sekarang apa yang kamu mau terwujud. Selamanya aku bakal jadi khayalan kamu, sekarang aku gak lagi nyata, dunia kita bener bener berbeda, alam kita beda. Omongan aku tadi yang kamu potong, aku lanjutin sekarang yaa, “walaupun aku gak selalu ada, tapi nama kamu selalu aku sebut dalam doa” sekarang, aku yang gak ada, buat selamanya, bagian aku yang namanya kamu sebut dalam do’a, bukan lagi untuk selalu ada disamping kamu, tapi untuk masuk surga”
            Suara itu terdengar samar-samar oleh Olive.

            Entah darimana asalnya. 

7/30/2014


Awal dari segalanya.
Kita adalah dua orang yang bertemu dalam waktu singkat, jarak yang dekat, dan cinta yang belum mengizinkan kita menjadi teman dekat.

Waktu untuk kita bertemu, berbincang, berinteraksi, terus bertambah, karena jarak bukan masalah, cinta diantara kita perlahan mulai merekah.

Akhirnya cinta diantara kita tumbuh, waktu dan jarak mengizinkan hati kita sama-sama untuk berlabuh.

Cinta diantara kita berkembang pesat, menjadi semakin erat, karena waktu dan jarak mengizinkan kita tetap dekat.

Perlahan, jarak menguji kita, memisahkan dua raga yang sedang cinta-cintanya, dalam waktu yang lama.

Dengan perlahan juga, waktu dan jarak menyita perhatian kita, komunikasi tersendat rasanya, dan memang begitu keadaannya.

Akhir dari segalanya.
Cinta yang pernah ada dalam waktu yang cukup lama bukanlah apa-apa, karena jarak bisa membunuh keduanya.

Sekarang. Tolong! Behenti membicarakan ketiganya, aku takut mati seketika olehnya.

PEMBUNUH AMPUH


Awal dari segalanya.
Kita adalah dua orang yang bertemu dalam waktu singkat, jarak yang dekat, dan cinta yang belum mengizinkan kita menjadi teman dekat.

Waktu untuk kita bertemu, berbincang, berinteraksi, terus bertambah, karena jarak bukan masalah, cinta diantara kita perlahan mulai merekah.

Akhirnya cinta diantara kita tumbuh, waktu dan jarak mengizinkan hati kita sama-sama untuk berlabuh.

Cinta diantara kita berkembang pesat, menjadi semakin erat, karena waktu dan jarak mengizinkan kita tetap dekat.

Perlahan, jarak menguji kita, memisahkan dua raga yang sedang cinta-cintanya, dalam waktu yang lama.

Dengan perlahan juga, waktu dan jarak menyita perhatian kita, komunikasi tersendat rasanya, dan memang begitu keadaannya.

Akhir dari segalanya.
Cinta yang pernah ada dalam waktu yang cukup lama bukanlah apa-apa, karena jarak bisa membunuh keduanya.

Sekarang. Tolong! Behenti membicarakan ketiganya, aku takut mati seketika olehnya.

7/09/2014

Dari     : Annisa
Untuk  : Rio   
http://2.bp.blogspot.com/-qYJTjDKZs7w/UZB79C8C_AI/AAAAAAAAAdM/xFF1RW1GZBQ/s1600/tumblr_mfcvv5jXp01rjxceco1_500_large.png

            Sampai sekarang kita masih saja sama, apa yang kamu tulis dalam suratmu semuanya benar, tepat seperti apa yang ada dalam pikiranku. Namun bedanya kamu lebih berani mengucapkannya , beda denganku yang terlalu banyak pertimbangan yang berujung keraguan. Aku terlalu mabuk dengan masa lalu ketika otak berpikir dan mulut akan mengucap untuk mengakhiri semuanya. Namanya orang mabuk pikirannya pun campur aduk, yang salah dianggap benar, hubungan yang sudah diujung tanduk pun masih saja aku coba untuk pertahankan.
            Awalnya aku percaya jarak hanya akan memisahkan raga, namun berjalannya waktu, secara perlahan, bukan hanya raga yang berjauhan, hati juga. Siapa tahan dengan hubungan tanpa kejelasan, pertemuan, pelukan, ataupun ciuman. Masing-masing dari kita sibuk dengan kehidupan masing-masing, tepat seperti apa yang kamu tulis tempo hari.
            Aku bukan bermaksud meracuni pendirianmu dengan bercerita masa lalu kita, namun biarkan aku bercerita dalam sebuah pena, mungkin untuk terakhir kalinya.
            kamu masih ingat lagu something stupidnya Robbie williams?

I know I stand in line
Aku tahu harus mengantri 
Until you think you have the time
Hingga kau rasa ada waktu
To spend an evening with me
Tuk lewatkan malam bersamaku
And if we go some place to dance
Dan jika kita pergi ke suatu tempat tuk berdansa
I know that there's a chance
Aku tahu kemungkinan
You won't be leaving with me
Kau takkan mau pergi bersamaku

And afterwards we drop into a quiet little place
Dan setelah itu kita mampir ke suatu tempat yang sepiAnd have a drink or two
Dan sedikit minum

And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
By saying something stupid
Dengan katakan sesuatu yang bodoh
like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

I can see it in your eyes
Bisa kulihat di matamu
You still despise the same old lines
Kau masih benci kata-kata yang sama
You heard the night before
Yang kau dengar kemarin malam

And though it's just a line to you
Dan meskipun bagimu itu hanya kata-kata
For me it's true
Bagiku ini sungguh nyata
And never seemed so right before
Dan tak pernah terasa begini benar sebelumnya

I practice everyday
Aku berlatih setiap hari
To find some clever lines to say
Tuk temukan kata-kata pintar tuk diucapkan
To make the meaning come true
Agar maknanya kelihatan nyata

But then I think I'll wait
Tapi kemudian kupikir aku kan menunggu
until the evening gets late
Hingga malam makin larut
And I'm alone with you
Dan aku hanya berdua denganmu

(2x)
The time is right
Waktunya tepat
Your perfume fills my head
Parfumnya penuhi kepalaku
The stars get red
Bintang semakin merah
And oh, the night's so blue
Dan oh, malam semakin biru
And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
by saying something stupid
Dengan mengatakan sesuatu yang bodoh

like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

"I love you"
"Aku mencintaimu"
"I love you"
"Aku mencintaimu"

Persis dengan lagu diatas, cara untuk mendapatkanku tak semudah berlari diatas air. Bingung? Karena berjalan diatas air yang begitu sulit dianggap mudah? Iya? Seharusnya kamu yang paling paham dan mengerti dengan setiap lirik lagu ketika dulu memperjuangkanku.
Memang aku belum pernah memacari semua laki-laki di dunia, namun setidaknya kamu dan mantan-mantanku yang lain adalah contoh betapa mudahnya lelaki melepaskan apa yang telah mereka perjuangkan, melepas dengan santai pelukan yang dulu erat, melonggarkan apa yang dulu kencang, dan menghempaskan apa yang dulu mereka tinggikan. Semua lelaki memang sama kadar kampretnya.
            Kalimat pertama di surat ini terkesan ambigu jika kamu perhatikan, maksud dari “Sampai sekarang kita masih saja sama” bisa bermakna banyak. Sama-sama suka, sama-sama benci, sama-sama dendam, sama-sama cinta, maupun sama-sama sayang. Namun Tuhan tidak menuliskan kita untuk bersama, mungkin selamanya.
            Sebagai penutup, aku akan mengingatkan kembali apa yang kamu rindukan, pertengkaran? Benarkan?
            Satu jari tengah dan
            Satu jancuk untukmu.






Berbenturnya dua surat

Dari     : Annisa
Untuk  : Rio   
http://2.bp.blogspot.com/-qYJTjDKZs7w/UZB79C8C_AI/AAAAAAAAAdM/xFF1RW1GZBQ/s1600/tumblr_mfcvv5jXp01rjxceco1_500_large.png

            Sampai sekarang kita masih saja sama, apa yang kamu tulis dalam suratmu semuanya benar, tepat seperti apa yang ada dalam pikiranku. Namun bedanya kamu lebih berani mengucapkannya , beda denganku yang terlalu banyak pertimbangan yang berujung keraguan. Aku terlalu mabuk dengan masa lalu ketika otak berpikir dan mulut akan mengucap untuk mengakhiri semuanya. Namanya orang mabuk pikirannya pun campur aduk, yang salah dianggap benar, hubungan yang sudah diujung tanduk pun masih saja aku coba untuk pertahankan.
            Awalnya aku percaya jarak hanya akan memisahkan raga, namun berjalannya waktu, secara perlahan, bukan hanya raga yang berjauhan, hati juga. Siapa tahan dengan hubungan tanpa kejelasan, pertemuan, pelukan, ataupun ciuman. Masing-masing dari kita sibuk dengan kehidupan masing-masing, tepat seperti apa yang kamu tulis tempo hari.
            Aku bukan bermaksud meracuni pendirianmu dengan bercerita masa lalu kita, namun biarkan aku bercerita dalam sebuah pena, mungkin untuk terakhir kalinya.
            kamu masih ingat lagu something stupidnya Robbie williams?

I know I stand in line
Aku tahu harus mengantri 
Until you think you have the time
Hingga kau rasa ada waktu
To spend an evening with me
Tuk lewatkan malam bersamaku
And if we go some place to dance
Dan jika kita pergi ke suatu tempat tuk berdansa
I know that there's a chance
Aku tahu kemungkinan
You won't be leaving with me
Kau takkan mau pergi bersamaku

And afterwards we drop into a quiet little place
Dan setelah itu kita mampir ke suatu tempat yang sepiAnd have a drink or two
Dan sedikit minum

And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
By saying something stupid
Dengan katakan sesuatu yang bodoh
like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

I can see it in your eyes
Bisa kulihat di matamu
You still despise the same old lines
Kau masih benci kata-kata yang sama
You heard the night before
Yang kau dengar kemarin malam

And though it's just a line to you
Dan meskipun bagimu itu hanya kata-kata
For me it's true
Bagiku ini sungguh nyata
And never seemed so right before
Dan tak pernah terasa begini benar sebelumnya

I practice everyday
Aku berlatih setiap hari
To find some clever lines to say
Tuk temukan kata-kata pintar tuk diucapkan
To make the meaning come true
Agar maknanya kelihatan nyata

But then I think I'll wait
Tapi kemudian kupikir aku kan menunggu
until the evening gets late
Hingga malam makin larut
And I'm alone with you
Dan aku hanya berdua denganmu

(2x)
The time is right
Waktunya tepat
Your perfume fills my head
Parfumnya penuhi kepalaku
The stars get red
Bintang semakin merah
And oh, the night's so blue
Dan oh, malam semakin biru
And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
by saying something stupid
Dengan mengatakan sesuatu yang bodoh

like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

"I love you"
"Aku mencintaimu"
"I love you"
"Aku mencintaimu"

Persis dengan lagu diatas, cara untuk mendapatkanku tak semudah berlari diatas air. Bingung? Karena berjalan diatas air yang begitu sulit dianggap mudah? Iya? Seharusnya kamu yang paling paham dan mengerti dengan setiap lirik lagu ketika dulu memperjuangkanku.
Memang aku belum pernah memacari semua laki-laki di dunia, namun setidaknya kamu dan mantan-mantanku yang lain adalah contoh betapa mudahnya lelaki melepaskan apa yang telah mereka perjuangkan, melepas dengan santai pelukan yang dulu erat, melonggarkan apa yang dulu kencang, dan menghempaskan apa yang dulu mereka tinggikan. Semua lelaki memang sama kadar kampretnya.
            Kalimat pertama di surat ini terkesan ambigu jika kamu perhatikan, maksud dari “Sampai sekarang kita masih saja sama” bisa bermakna banyak. Sama-sama suka, sama-sama benci, sama-sama dendam, sama-sama cinta, maupun sama-sama sayang. Namun Tuhan tidak menuliskan kita untuk bersama, mungkin selamanya.
            Sebagai penutup, aku akan mengingatkan kembali apa yang kamu rindukan, pertengkaran? Benarkan?
            Satu jari tengah dan
            Satu jancuk untukmu.






5/30/2014




Dari     : Rio
Untuk  : Anisa


Hujan hari ini deras, cukup deras untuk membasahi artis india yang gemar menari-nari dibawah guyurannya. Namun hujan itu terjadi di Oklahoma, jauh dengan tempatku di Minnesota.
Deskripsi diatas sebenarnya menyerupai apa yang kita jalani sekarang, hujan deras adalah waktu kosong yang kita miliki, jarak ibarat rintangan yang sedang kita hadapi, dan para penari adalah godaan yang selalu datang menghampiri.
Lima bulan yang lalu kali terakhir kita bertemu, setelahnya hubungan kita seperti hidup segan, mati tak mau. Komunikasi yang menjadi tiang penyangga bagi orang yang berhubungan sudah jarang kita lakukan, basa basi seperti “kamu udah makan?, lagi apa?” hampir punah, seperti hewan langka yang ada di Indonesia. Entah apa sebabnya, apa asal mulanya, dan siapa setannya. Menurutku kita terlalu banyak menunggu, entah kamu ataupun aku. Kita sama-sama menunggu untuk dikabari, bukan memberi kabar, karena terlalu lama menunggu, kamu tahu apa yang terjadi? Bingo! Kamu dapat seratus, BOSAN!
Jujur saja, aku lebih menyukai “bumbu pedas” ada dalam hubungan kita, karena terlalu lama menjalin hubungan baik, kita seolah tak memerlukan komunikasi, aku tahu kapan kamu kuliah, pulang, pergi ke salon, dan rutinitas lainnnya. Begitupun kamu, kamu tahu kapan aku memegang handphone, keluar dari asrama, sampai pukul berapa aku keluar, kamu tahu. Karena kita saling percaya, semuanya terasa membosankan, kamu percaya walaupun setiap malam minggu aku berkeliaran sampai larut malam tapi tidak akan pergi dengan wanita lain. Secara tidak langsung, itu menjadi alasan aku sangat percaya padamu, walaupun setiap saat kamu bisa keluar, tidak seperti aku yang tinggal di asrama, tapi aku yakin kamu tidak akan mengkhianatiku. Namun, setelah aku rasakan baik-baik, bukan rasa kepercayaan tinggi yang aku berikan padamu, melainkan rasa tidak peduli. Rasanya seperti “Masa bodo” dengan apa yang kamu lakukan di belakangku.
Aku merindukan masa-masa dimana kamu membohongiku, kamu mencoba menghubungi mantanmu tanpa sepengetahuanku, atau aku yang tertangkap basah olehmu ketika jalan dengan perempuan lain, lalu kamu menangis tersedu, tak ingin berjumpa denganku selama tiga hari, namun akhirnya kita bisa mengatasi semuanya. Kita butuh rintangan untuk semakin erat, sekarang aku merasa berada di titik terenggang dalam hubungan kita, mungkin aku akan mencoba “lepas” sejenak dari apa yang kita jalani sekarang, aku akan mencoba untuk sendiri









Dari     : Annisa

Untuk  : Rio



Typing........

Dua Surat yang Saling Berbenturan




Dari     : Rio
Untuk  : Anisa


Hujan hari ini deras, cukup deras untuk membasahi artis india yang gemar menari-nari dibawah guyurannya. Namun hujan itu terjadi di Oklahoma, jauh dengan tempatku di Minnesota.
Deskripsi diatas sebenarnya menyerupai apa yang kita jalani sekarang, hujan deras adalah waktu kosong yang kita miliki, jarak ibarat rintangan yang sedang kita hadapi, dan para penari adalah godaan yang selalu datang menghampiri.
Lima bulan yang lalu kali terakhir kita bertemu, setelahnya hubungan kita seperti hidup segan, mati tak mau. Komunikasi yang menjadi tiang penyangga bagi orang yang berhubungan sudah jarang kita lakukan, basa basi seperti “kamu udah makan?, lagi apa?” hampir punah, seperti hewan langka yang ada di Indonesia. Entah apa sebabnya, apa asal mulanya, dan siapa setannya. Menurutku kita terlalu banyak menunggu, entah kamu ataupun aku. Kita sama-sama menunggu untuk dikabari, bukan memberi kabar, karena terlalu lama menunggu, kamu tahu apa yang terjadi? Bingo! Kamu dapat seratus, BOSAN!
Jujur saja, aku lebih menyukai “bumbu pedas” ada dalam hubungan kita, karena terlalu lama menjalin hubungan baik, kita seolah tak memerlukan komunikasi, aku tahu kapan kamu kuliah, pulang, pergi ke salon, dan rutinitas lainnnya. Begitupun kamu, kamu tahu kapan aku memegang handphone, keluar dari asrama, sampai pukul berapa aku keluar, kamu tahu. Karena kita saling percaya, semuanya terasa membosankan, kamu percaya walaupun setiap malam minggu aku berkeliaran sampai larut malam tapi tidak akan pergi dengan wanita lain. Secara tidak langsung, itu menjadi alasan aku sangat percaya padamu, walaupun setiap saat kamu bisa keluar, tidak seperti aku yang tinggal di asrama, tapi aku yakin kamu tidak akan mengkhianatiku. Namun, setelah aku rasakan baik-baik, bukan rasa kepercayaan tinggi yang aku berikan padamu, melainkan rasa tidak peduli. Rasanya seperti “Masa bodo” dengan apa yang kamu lakukan di belakangku.
Aku merindukan masa-masa dimana kamu membohongiku, kamu mencoba menghubungi mantanmu tanpa sepengetahuanku, atau aku yang tertangkap basah olehmu ketika jalan dengan perempuan lain, lalu kamu menangis tersedu, tak ingin berjumpa denganku selama tiga hari, namun akhirnya kita bisa mengatasi semuanya. Kita butuh rintangan untuk semakin erat, sekarang aku merasa berada di titik terenggang dalam hubungan kita, mungkin aku akan mencoba “lepas” sejenak dari apa yang kita jalani sekarang, aku akan mencoba untuk sendiri









Dari     : Annisa

Untuk  : Rio



Typing........

1/04/2014

http://4.bp.blogspot.com/-qmhtQMo7KJw/UOIIVJ-31tI/AAAAAAAAADM/yxVFwSTDYqQ/s1600/110301_100303.jpg 


Jam 1 malam, sebelum "ubrug-ubrug" atau membangunkan sahur di komplek, gue sama temen-temen memutuskan mencari makanan dengan memanfaatkan "makanan yang ada di alam" atau lebih tepatnya "mengambil dari kebun orang".
Sebut saja namanya Juliet, dia seperti "komandan" dari pasukan khusus kami malam itu.
Beberapa orang ada yang diperintahkan untuk membuat api dari kayu yang didapat dari mematahkan pagar kebun warga.
Beberapa lagi disuruh untuk mengambil jagung dari kebun.
"jul, gapapa nih kita mengambil dari kebun orang" Alvin dengan wajah ketakutan bertanya pada Juliet.
"gapapa kali, kita kan mau menjalankan tugas mulia, membangunkan orang orang yang mau sahur, jadi badan harus fit" Juliet dengan wajah "menipu" yang meyakinkan mengatakannya.
Gue bertugas buat ngambil jagung, dengan tanpa dosa gue ambil jagung satu per satu sebanyak mungkin, setelah itu gue bawa ke tempat pembakaran di deket kolam yang udah gak dipake, temen temen gue yang bertugas ngambil kayu malah udah beres, mereka lagi "anget-angetan" di deket api unggun dari pager warga. Lalu gue bagi tuh satu per satu jagung buat dibakar ke temen gue, udah kayak pembagian BLT.
Beres makan, gue tiduran di tanah, hanya beralaskan sarung dan sendal yang jadi bantalnya, temen temen lanjut ngobrol sambil nunggu jam setengah 3 buat gabung ubrug-ubrug sama pemuda pemuda. Waktu itu gue masih kelas 6 SD.
"eh, lu masih pada laper gak sih? Gue laper nih, kita ambil jambu di rumah pak RT yu" Juliet mengajak kami untuk melakukan aksi pencurian kecil kecilan lagi. Gue ogah ikut dengan alasan ngantuk, temen yang lain juga sama, alhasil cuman Juliet berdua sama Bayu.
"Bay, gue yang ngambil, lu yang liat situasi ya"
"oke jul"
Juliet pun mengambil jambu dari pohon yang berada tepat depan rumah pak RT.
Dia mengambil satu....
Dia mengambil dua....
Dia mengambil tiga....
Daaaaaannnn.....
Ternyata ADA PAK RT MELIHAT DARI JENDELA PEMIRSAAA!!!!
Juliet yang panik langsung berlari tanpa memperdulikan jambu yang dia ambil, berlari menuju tempat kami berada dan menyampaikan berita tersebut sembari berlari.
"Woy, pak RT bangun, cepet lari!!!"
Gue yang sedang tidur pun reflek bangun dan berlari menuju sawah, saking paniknya gue lupa gapake sendal.
Setelah berlari seolah di kejar setan, kami bersembunyi di sawah dekat pom bensin. Setiap ada motor yang melewat, kami merunduk, menganggapnya sebagai pak RT.
Setelah cukup lama bersembunyi dan merasa aman, gue sama temen temen pulang ke rumah masing masing dengan badan gatal gatal karena jerami kering di sawah.
Bagaimana dengan acara ubrug-ubrugnya? Sama sekali gagal!!! Gue nyampe rumah aja jam 4, setelah itu sahur, solat, terus tidur. Sampe gede sekarang, gue sendiri gatau pak RT tau atau enggak yang ngambil jambu dia waktu dulu adalah kita.
Pesan moral : jangan ke Sawah malem malem, apalagi gapake sendal, serem, gatel juga.

Pasukan Khusus Satu Malam

http://4.bp.blogspot.com/-qmhtQMo7KJw/UOIIVJ-31tI/AAAAAAAAADM/yxVFwSTDYqQ/s1600/110301_100303.jpg 


Jam 1 malam, sebelum "ubrug-ubrug" atau membangunkan sahur di komplek, gue sama temen-temen memutuskan mencari makanan dengan memanfaatkan "makanan yang ada di alam" atau lebih tepatnya "mengambil dari kebun orang".
Sebut saja namanya Juliet, dia seperti "komandan" dari pasukan khusus kami malam itu.
Beberapa orang ada yang diperintahkan untuk membuat api dari kayu yang didapat dari mematahkan pagar kebun warga.
Beberapa lagi disuruh untuk mengambil jagung dari kebun.
"jul, gapapa nih kita mengambil dari kebun orang" Alvin dengan wajah ketakutan bertanya pada Juliet.
"gapapa kali, kita kan mau menjalankan tugas mulia, membangunkan orang orang yang mau sahur, jadi badan harus fit" Juliet dengan wajah "menipu" yang meyakinkan mengatakannya.
Gue bertugas buat ngambil jagung, dengan tanpa dosa gue ambil jagung satu per satu sebanyak mungkin, setelah itu gue bawa ke tempat pembakaran di deket kolam yang udah gak dipake, temen temen gue yang bertugas ngambil kayu malah udah beres, mereka lagi "anget-angetan" di deket api unggun dari pager warga. Lalu gue bagi tuh satu per satu jagung buat dibakar ke temen gue, udah kayak pembagian BLT.
Beres makan, gue tiduran di tanah, hanya beralaskan sarung dan sendal yang jadi bantalnya, temen temen lanjut ngobrol sambil nunggu jam setengah 3 buat gabung ubrug-ubrug sama pemuda pemuda. Waktu itu gue masih kelas 6 SD.
"eh, lu masih pada laper gak sih? Gue laper nih, kita ambil jambu di rumah pak RT yu" Juliet mengajak kami untuk melakukan aksi pencurian kecil kecilan lagi. Gue ogah ikut dengan alasan ngantuk, temen yang lain juga sama, alhasil cuman Juliet berdua sama Bayu.
"Bay, gue yang ngambil, lu yang liat situasi ya"
"oke jul"
Juliet pun mengambil jambu dari pohon yang berada tepat depan rumah pak RT.
Dia mengambil satu....
Dia mengambil dua....
Dia mengambil tiga....
Daaaaaannnn.....
Ternyata ADA PAK RT MELIHAT DARI JENDELA PEMIRSAAA!!!!
Juliet yang panik langsung berlari tanpa memperdulikan jambu yang dia ambil, berlari menuju tempat kami berada dan menyampaikan berita tersebut sembari berlari.
"Woy, pak RT bangun, cepet lari!!!"
Gue yang sedang tidur pun reflek bangun dan berlari menuju sawah, saking paniknya gue lupa gapake sendal.
Setelah berlari seolah di kejar setan, kami bersembunyi di sawah dekat pom bensin. Setiap ada motor yang melewat, kami merunduk, menganggapnya sebagai pak RT.
Setelah cukup lama bersembunyi dan merasa aman, gue sama temen temen pulang ke rumah masing masing dengan badan gatal gatal karena jerami kering di sawah.
Bagaimana dengan acara ubrug-ubrugnya? Sama sekali gagal!!! Gue nyampe rumah aja jam 4, setelah itu sahur, solat, terus tidur. Sampe gede sekarang, gue sendiri gatau pak RT tau atau enggak yang ngambil jambu dia waktu dulu adalah kita.
Pesan moral : jangan ke Sawah malem malem, apalagi gapake sendal, serem, gatel juga.

8/25/2013


Suasana Gor begitu riuh, penonton tak henti-hentinya memberi dukungan untuk SMANTIKA, "SMANTIKA SMANTIKA" sama sekali tidak ada pendukung dari tim Smansa, namun doa dari seluruh warga sekolah turut menyertai dalam setiap pertandingan mereka.
Bola dilemparkan vertical ke atas, menandakan pertandingan dimulai.
Diego kalah jump ball tangannya terlambat menyentuh bola, padahal loncatannya tinggi. Point guard dari SMANTIKA (SMAN 3 Kuningan) mencoba mengatur serangan, dia mengangkat tangan kanannya ke atas, sedangkan tangan kiri mendrible bola, mungkin itu suatu isyarat bagi pemain lain untuk bergerak, ketika pemain Smansa kebingungan dengan isyarat tersebut, PG (Point Guard) tadi memberi passing pada pemain nomor 5 yang berada di pojok garis 3 point. Pemain nomor 5 memegang bola, Adit mencoba menutup pergerakannya, namun terlambat, pemain nomor 5 menembak dan..... BAMMMMM!!! 3 point for SMANTIKA! Penonton berteriak "SMANTIKA SMANTIKA" semakin riuh, pemain nomor 5 mengacungkan tangan kanannya, lalau mengangkat 3 jarinya, seolah mengikuti gerakan wasit ketika memberi tahu dia melakukan 3 point sembari kembali menuju defense.
"Ayo kita balas ayo" Riza memberi semangat pada teman-temannya. Smansa mencoba membangun serangan, namun karena grogi, mereka membuat kesalahan sendiri, alhasil bola kembali direbut oleh pemain SMANTIKA, lagi-lagi pemain nomor 5 melakukan 3 point, sampai 3 kali berturut-turut malah. Dengan deras bola menghujam ring Smansa, Skor pun menunjukan skor 11-0 SMANTIKA memimpin. PRIIIITTTT peluit wasit berbunyi, Pak Budi meminta Time Out, pemain menuju Bench dengan wajah tertunduk lesu, badan dingin namun keringat mengucur dengan deras.
"Kalian ini niat main apa enggak?" Pak Budi memasang wajah kecewa, para pemain masih menunduk.
"Bener kata penonton, kalo kalian gak niat main, mending kita semua pulang aja, beres-beres dari sekarang, jauh-jauh kita dari Majalengka hanya untuk kalah" Wajah para pemain malah tambah lesu.
"Saya yakin, tidak ada seorang pun yang berpikiran seperti tadi kan? mereka lawan biasa, lawan mereka dengan kerja keras, tunjukan hasil latihan kalian sekarang, SIAAPP!!" Pak Budi memberi motivasi, wajah pemain berubah, mata mereka memancarkan semangat serasa menjawab "SIAAPPPP"
PRIIIIITTTTT!!! Time out berakhir wajah para pemain Smansa terlihat lebih Pede, strategi mengambil Time out yang pas oleh coach mereka.
Pertandingan kembali dilanjutkan, bola dikuasai oleh Riza dari smansa. Pak Budi memberi arahan untuk banyak passing sebelum melakukan eksekusi, lantas mereka mencobanya.
Riza Passing ke Alfian...
Alfian passing ke Adit...
Adit passing ke kudil,....
Kudil passing ke Diego...
Diego passing ke Pinguin...
Kemudian Pinguin mencetak 3 point untuk Smansa!! (Ini bohong, mana ada pinguin lagi maen basket, emang ini Air bud  versi pinguin kampret!),
Intinya mereka melakukan banyak passing dengan tujuan untuk memecah konsentrasi pemain lawan, dan cukup efektif! Smansa yang diawal pertandingan terlalu terburu-buru dalam mengeksekusi, sekarang mulai tenang. Gerakan-gerakan mereka hampir tidak ada yang sia-sia, yang sia-sia hanyalah.... mantan yang mengharap balikan dengan orang yang sudah punya.. punya anak dan istri (Nyambung aje nih -_-). Smansa mulai mengejar, pelan tapi pasti mereka terus mencoba, quarter 1 ditutup masih dengan keunggulan SMANTIKA 13-8.

"Kita pasti bisa mengejar, inget latihan kita selama ini" Riza terlihat begitu semangat, cucuran keringat bercampur air mineral yang diteguknya membasahi kerah jerseynya, namun matanya memancarkan seseorang yang gigih mengejar kemenangan. Pemain yang ada di bench pun tak henti-hentinya memberi dukungan, entah itu dengan doa, maupun dengan ungkapan semangat dari kata-kata mereka, seolah mereka mentransfer energi yang mereka punya untuk pemain yang bertanding. Pak Budi tak membuat perubahan strategi, hanya memberi beberapa masukan dalam defense, serta mengganti Diego dengan Amar bashobih, dari namanya saja kita tahu, bahwa Amar adalah ............. imigran gelap Arab Saudi.
PRIIIIIITTTTTTT!!! Quarter 2 dimulai, bola dikuasai para pemain Smansa.
SMANTIKA ternyata mampu membuat strategi yang cukup ampuh untuk membendung serangan Smansa dengan cara menjaga ketat target passing menggunakan man to man, alhasil Riza tak mampu membagi bola kepada teman-temannya, otomatis perolehan point kembali menjauh. Apalagi pemain nomor 5 semakin menjadi-jadi, dibantu dengan PG yang gerakannya sulit diprediksi karena kidal. SMANTIKA kembali memimpin 20-10.
Para pemain Smansa tak kehabisan akal, mereka memanfaatkan postur tinggi dari Amar untuk menguasai perebutan bola dibawah ring, mereka lebih berani memaksakan menembak dengan taruhan apabila tidak masuk Amar datang untuk mengambil bola liar hasil tembakan tersebut, dan efektif! pemain lawan tak mampu membendungnya, point kembali mendekat, 25-18 masih untuk SMANTIKA.
Penonton SMANTIKA kembali berteriak-teriak, sekarang lebih bertujuan untuk mengganggu konsentrasi dan mengganggu fokus tim Smansa, teriakan-teriakan seperti "12 Ganteng, 12 Ganteng" oleh suporter wanita begitu nyaring terdengar, memang godaan wanita sangatlah besar, mata Riza sedikit sedikit melirik ke arah wanita yang menyebutnya ganteng, fokusnya teralihkan dan dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain SMANTIKA untuk menjauh dari Smansa, skor 30-20 menjadi penutup quarter 2.

"Eh liat kan, gue akhirnya punya fans cewek juga"
"Bukan saatnya mikir itu bego, kita lagi ketinggalan!" Kudil memukul kepala Riza.
"Sekarang kita ganti strategi, Riza sekarang defense musuh menguntungkan buat kamu, anggap saja musuh yang menghalangi adalah lawan saat latihan one on one kamu pasti bisa melewatinya, kalau sudah lewat, musuh akan menutup, lalu kamu passing pada teman yang kosong, kalau tidak ada kamu eksekusi saja sendiri" Pak Budi memberi arahan, sembari menuliskannya di papan strategi. Riza hanya mengangguk-ngangguk, entah dia mengerti, entah tidak, entahlah..
Keringat bercucuran, pikiran tak karuan, hati terasa tak menentu dan penuh dengan keraguan. Jangankan para pemain yang bertanding di lapang, pemain yang duduk di bench pun terlihat begitu gugup, pertandingan kali ini memang terasa menegangkan.
"Inget za, kalo sekarang aja cewek-cewek nyorakin kamu pas lagi kalah, apalagi kalo menang, bisa lo pacarin tuh semua cewek!" Rama menghasut Riza yang tengah melakukan latihan shooting sebelum quarter 3 berlanjut, dia salah satu pemain Smansa. Mungkin Rama ini lebih baik jadi asisten pelatih ketimbang menjadi pemain, hasutannya memang TOP! padahal mana ada yang mau sama Riza? muka aja udah mirip toples astor.
"Wah bener-bener a" Riza terlihat begitu bangga dengan hasutan (re: tipuan Rama) kepada dirinya. Wajahnya begitu percaya diri, membayangkan nanti dirinya dikerubungi cewek-cewek yang minta tanda tangan pada dirinya, aduh jijay sekali membayangkannya pemirsaaaaaa.

PRIIIIIITTTTTT!!!! Peluit terdengar nyaring di ruangan yang menjadi saksi, tim mana yang akan melaju ke perempatfinal apakah SMANTIKA yang didukung oleh wanita wanita cantik, atau Smansa yang didukung oleh pinguin cantik? *Ngapa ada pinguin lagiii -_-
Wasit memberi tanda pada time table untuk menanyakan apakah waktu sudah siap atau belum, time table memberi isyarat siap dengan mengangkat jempol tangannya ke atas, quarter tiga di mulai dengan serangan Smansa.
Defense SMANTIKA terlihat tak ada perubahan, sesuai dengan instruksi Pak Budi, Riza lebih berani untuk menerobos masuk, kemampuan dribble nya mampu merepotkan pemain SMANTIKA, dia yang biasanya melakukan passing, sekarang lebih banyak melakukan eksekusi, drive in, sementara rekannya hanya menunggu diluar garis 3 point, bukan tanpa alasan, strategi ini bertujuan agar pemain lawan tidak menumpuk dan memberikan ruang untuk Riza melakukan akselerasi dan drive in. Strategi yang sangat efektif! Riza berada dalam kondisi terbaiknya, quarter ke tiga berjalan delapan menit, dia sudah menciptakan 10 point! ditambah lagi, dia melakukan provokasi saat defense pada pemain nomor 5, beberapa provokasi yang keluar dari mulutnya seperti "Bapak kamu Polwan ya?" (Ini mau provokasi apa gagal nyepik beda tipis). Skor akhirnya terkejar, 34-34! SMANTIKA time out.
"Nice, nice, nice, kalian hebat banget, strateginya sukses!" Septian alias kenti memberi semangat rekan-rekannya sembari memberi mereka minum.
"Mantap za, nomor 5 keliatan banget marah sama kamu, terus pancing emosinya pancing! *emangnya ikan maen pancing-pancing -_-*" Bayu juga tak ingin kalah dari rekan-rekan lainnya untuk memberi semangat.
Pemain Smansa terlihat masih cukup bugar, walau keringat terus bercucuran, mungkin inilah hasil latihan, tidak akan berbohong.
PRIIIITTTTTTTTT!!! Time out habis, para pemain kembali masuk ke lapangan. Nomor 5 dari SMANTIKA terlihat sinis menatap Riza, mungkin dia sudah benar-benar terpancing emosinya. pertandingan di mulai lagi dengan serangan SMANTIKA. Serangan yang dibuat tidak terlalu baik, sehingga bola mampu direbut oleh pemain Smansa, bukannya melakukan serangan balik yang cepat, pemain Smansa malah memainkan tempo lambat, bola ditahan oleh point guard mereka, Riza. "Tahan, tahan, kita buat pengejaran yang indah di akhir, biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau, tapi kitalah yang akan tertawa di akhir" Riza berteriak kepada teman-teman sekaligus musuhnya, sengaja untuk memprovokasi. Wajah para pemain SMANTIKA mulai tidak enak, tatapan mereka terlihat berfokus pada satu tujuan, hancurkan RIZA!! terutama pemain nomor 5 terlihat begitu kesal, namun inilah yang diharapkan Riza, semakin lawan emosi, semakin mereka tidak akan fokus.
Pertandingan semakin memanas, skor sama membuat pemain kedua tim semakin ngotot, Riza mencoba masuk menerobos defense lawan, namun pemain yang menjaga adit menutupnya, adit kosong! tanpa pikir panjang dia membuang bola menuju adit yang berdiri bebas di luar garis 3 point, dengan percaya diri yang tinggi dia menembak.... Bola berputar, melambung tinggi... BAAAAMMMMMM!!! Ring SMANTIKA berhasil di "koyak" oleh adit, dia mengepalkan tangannya, Riza menghampiri, badan mereka beradu sambil meloncat di udara, seperti teletubies yang akan berpisah, badan mereka beradu-adu, meluapkan rasa gembira. 34-37! menjadi penutup quarter ke tiga.
"BISA BISA BISA" tatapan pemain Smansa seolah berkata demikian, mata mereka terlihat bersemangat, keringat deras mengucur seolah pertanda semangat mereka tak pernah luntur.
"Ayo, sebelum menghadapi quarter terakhir kita berdoa, hanya satu jalan, satu harapan dan satu tujuan kita kesini, KEMENANGAN!" kali ini Kudil yang unjuk gigi dalam hal menyemangati rekan-rekannya. Teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" yang kemudian dibalas teriakan "HUUUUUUUUUU" dari pendukung SMANTIKA.
Quarter terakhir, serangan dibangun oleh para pemain SMANTIKA, yang ingin memperbesar margin dengan Smansa. Serangan mereka cukup baik, kali ini poros mereka bukan lagi pemain nomor 5 namun point guard kidal mereka, dia membagi bola dengan cukup baik, walaupun tidak membuat skor, namun mampu memberikan ruang untuk teman-temannya. Bola masuk dari free throw, sekarang saatnya Smansa menyerang. Riza meminta bola, namun dia sudah dijaga ketat oleh pemain nomor 5 dari SMANTIKA, kemanapun dia pergi, pemain nomor 5 ini selalu mengikuti. Riza tidak diberi kesempatan untuk mendapat bola, alhasil Kudil menjadi point guard sementara, passing-passing yang dilakukan pemain Smansa nampaknya cukup baik, namun itu tidak berlangsung lama, pemain SMANTIKA mampu membendung Smansa yang kehilangan point guard mereka yang dijaga ketat, di pinggir lapangan terlihat Pak Budi memberi instruksi pada Riza dan Alfian untuk melakukan pick and roll agar Riza bisa terlepas.
Kudil memainkan bola, passing kepada Adit, Riza masih ditempel dengan ketat oleh pemain nomor 5, dia berlari menuju pojok, Alfian sudah siap melakukan pick, Riza berlari mendekati Alfian, daaaannn... Bam!! Pemain nomor 5 langkahnya terhenti beberapa detik, Riza lepas!! Adit passing kepada Riza, pemain SMANTIKA menghadang, Riza melakukan fake seolah hendak melakukan shooting namun tidak, dia menerobos masuk, pemain SMANTIKA kembali menghadang, kali ini dia melakukan cross over, memindahkan dribble bola dari kanan ke kiri dengan cepat, langsung melakukan langkah lay up, langkah pertama... kedua... namun di depannya muncul pemain nomor 5, mereka berdua meloncat, Riza melepas bola... pemain nomor 5 mengayunkan tangannya, menghalangi agar bola tidak menuju ring, namun sia-sia! bola sudah lepas, malah ayunan tangannya mengenai tangan Riza, PRITTTT!! peluit wasit berbunyi, tangannya mengepal menandakan terjadi foul, bola masih melambung dan..... masuk!!! sekali lagi peluit wasit berbunyi, menandakan bola masuk dan terjadi foul, bahasa kerennya foul in (foul itu, kayak judul lagu yah, foul in love).
Riza yang terjatuh, mengepalkan tangannya, tidak lama teman-teman menghampiri, menyemangati dengan kata-kata mereka masing-masing. Tidak lama kemudian dia bangun, bersiap melakukan free throw, dan masuk!! "3 point play from 12 Majalengka!!" kurang lebih seperti itu yang dikatakan panitia.
Waktu tersisa tinggal satu menit lagi, skor menunjukan 40-43 untuk smansa, SMANTIKA sejak tertinggal terlihat mulai panik, mereka terlalu terburu-buru untuk melakukan finishing, entah itu shoot maupun lay up. Kesempatan terakhir SMANTIKA untuk menyerang, nomor 5 kosong tak terjaga diluar garis 3 point, dia menembak dan ...... tidak masuk!!!! bola di rebound oleh Lazuardy yang masuk menggantikan Kudil, dia passing pada Riza, Riza berlari sendirian, terus berlari namun ......... BAMMMM!!!!! Langkahnya dijegal dengan keras oleh pemain nomor 5 yang terlihat sangat kesal, Riza terjatuh, bukannya kesakitan, dia malah terlihat seperti orang yang berenang gaya dada! tangannya dibuka, kakinya juga... lalu bajunya...lalu celananya.. lalu pemain nomor 5 datang menghampiri... mereka saling suka, kemudian ML di tengah lapang... punya anak.... dan mereka bahagia...TAMAT.. (Ya enggak mungkinlah -___-)
Karena foul yang dilakukan oleh pemain nomor 5 SMANTIKA, Smansa mendapatkan free throw, Riza sebagai eksekutor hanya mampu memasukan satu bola, namun itu cukup untuk mengunci kemenangan Smansa... PRIIITT!!!! bunyi peluit dari wasit dan umpire menandakan perjuangan Smansa untuk mengejar kemenangan telah usai. Seluruh pemain Smansa berhamburan ke lapang, Kudil terlihat begitu semangat, dia merayakan kemenangan dengan berjoget ala Sule yang ketika dulu masih menjadi tren, sedangkan para oemain SMANTIKA terlihat menunduk, ketika melakukan salaman tanda fair play setelah pertandingan, pemain nomor 5 enggan bersalaman dengan Riza, dia malah bersembunyi di balik pelatihnya, "PROK PROK PROKKKKK" tepuk tangan dari para penonton semakin menambah rasa percaya diri para pemain Smansa, sebelum pulang, mereka melakukan doa, tidak lupa teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" tak lupa mereka berfoto setelah pertandingan yang amat melelahkan bagi mereka, inilah fotonya

Besok merupakan pertandingan penentu, apakah mereka masuk Semifinal atau tidak, siapakah lawan mereka? Kita lihat bersama-sama...


Second Wind


Suasana Gor begitu riuh, penonton tak henti-hentinya memberi dukungan untuk SMANTIKA, "SMANTIKA SMANTIKA" sama sekali tidak ada pendukung dari tim Smansa, namun doa dari seluruh warga sekolah turut menyertai dalam setiap pertandingan mereka.
Bola dilemparkan vertical ke atas, menandakan pertandingan dimulai.
Diego kalah jump ball tangannya terlambat menyentuh bola, padahal loncatannya tinggi. Point guard dari SMANTIKA (SMAN 3 Kuningan) mencoba mengatur serangan, dia mengangkat tangan kanannya ke atas, sedangkan tangan kiri mendrible bola, mungkin itu suatu isyarat bagi pemain lain untuk bergerak, ketika pemain Smansa kebingungan dengan isyarat tersebut, PG (Point Guard) tadi memberi passing pada pemain nomor 5 yang berada di pojok garis 3 point. Pemain nomor 5 memegang bola, Adit mencoba menutup pergerakannya, namun terlambat, pemain nomor 5 menembak dan..... BAMMMMM!!! 3 point for SMANTIKA! Penonton berteriak "SMANTIKA SMANTIKA" semakin riuh, pemain nomor 5 mengacungkan tangan kanannya, lalau mengangkat 3 jarinya, seolah mengikuti gerakan wasit ketika memberi tahu dia melakukan 3 point sembari kembali menuju defense.
"Ayo kita balas ayo" Riza memberi semangat pada teman-temannya. Smansa mencoba membangun serangan, namun karena grogi, mereka membuat kesalahan sendiri, alhasil bola kembali direbut oleh pemain SMANTIKA, lagi-lagi pemain nomor 5 melakukan 3 point, sampai 3 kali berturut-turut malah. Dengan deras bola menghujam ring Smansa, Skor pun menunjukan skor 11-0 SMANTIKA memimpin. PRIIIITTTT peluit wasit berbunyi, Pak Budi meminta Time Out, pemain menuju Bench dengan wajah tertunduk lesu, badan dingin namun keringat mengucur dengan deras.
"Kalian ini niat main apa enggak?" Pak Budi memasang wajah kecewa, para pemain masih menunduk.
"Bener kata penonton, kalo kalian gak niat main, mending kita semua pulang aja, beres-beres dari sekarang, jauh-jauh kita dari Majalengka hanya untuk kalah" Wajah para pemain malah tambah lesu.
"Saya yakin, tidak ada seorang pun yang berpikiran seperti tadi kan? mereka lawan biasa, lawan mereka dengan kerja keras, tunjukan hasil latihan kalian sekarang, SIAAPP!!" Pak Budi memberi motivasi, wajah pemain berubah, mata mereka memancarkan semangat serasa menjawab "SIAAPPPP"
PRIIIIITTTTT!!! Time out berakhir wajah para pemain Smansa terlihat lebih Pede, strategi mengambil Time out yang pas oleh coach mereka.
Pertandingan kembali dilanjutkan, bola dikuasai oleh Riza dari smansa. Pak Budi memberi arahan untuk banyak passing sebelum melakukan eksekusi, lantas mereka mencobanya.
Riza Passing ke Alfian...
Alfian passing ke Adit...
Adit passing ke kudil,....
Kudil passing ke Diego...
Diego passing ke Pinguin...
Kemudian Pinguin mencetak 3 point untuk Smansa!! (Ini bohong, mana ada pinguin lagi maen basket, emang ini Air bud  versi pinguin kampret!),
Intinya mereka melakukan banyak passing dengan tujuan untuk memecah konsentrasi pemain lawan, dan cukup efektif! Smansa yang diawal pertandingan terlalu terburu-buru dalam mengeksekusi, sekarang mulai tenang. Gerakan-gerakan mereka hampir tidak ada yang sia-sia, yang sia-sia hanyalah.... mantan yang mengharap balikan dengan orang yang sudah punya.. punya anak dan istri (Nyambung aje nih -_-). Smansa mulai mengejar, pelan tapi pasti mereka terus mencoba, quarter 1 ditutup masih dengan keunggulan SMANTIKA 13-8.

"Kita pasti bisa mengejar, inget latihan kita selama ini" Riza terlihat begitu semangat, cucuran keringat bercampur air mineral yang diteguknya membasahi kerah jerseynya, namun matanya memancarkan seseorang yang gigih mengejar kemenangan. Pemain yang ada di bench pun tak henti-hentinya memberi dukungan, entah itu dengan doa, maupun dengan ungkapan semangat dari kata-kata mereka, seolah mereka mentransfer energi yang mereka punya untuk pemain yang bertanding. Pak Budi tak membuat perubahan strategi, hanya memberi beberapa masukan dalam defense, serta mengganti Diego dengan Amar bashobih, dari namanya saja kita tahu, bahwa Amar adalah ............. imigran gelap Arab Saudi.
PRIIIIIITTTTTTT!!! Quarter 2 dimulai, bola dikuasai para pemain Smansa.
SMANTIKA ternyata mampu membuat strategi yang cukup ampuh untuk membendung serangan Smansa dengan cara menjaga ketat target passing menggunakan man to man, alhasil Riza tak mampu membagi bola kepada teman-temannya, otomatis perolehan point kembali menjauh. Apalagi pemain nomor 5 semakin menjadi-jadi, dibantu dengan PG yang gerakannya sulit diprediksi karena kidal. SMANTIKA kembali memimpin 20-10.
Para pemain Smansa tak kehabisan akal, mereka memanfaatkan postur tinggi dari Amar untuk menguasai perebutan bola dibawah ring, mereka lebih berani memaksakan menembak dengan taruhan apabila tidak masuk Amar datang untuk mengambil bola liar hasil tembakan tersebut, dan efektif! pemain lawan tak mampu membendungnya, point kembali mendekat, 25-18 masih untuk SMANTIKA.
Penonton SMANTIKA kembali berteriak-teriak, sekarang lebih bertujuan untuk mengganggu konsentrasi dan mengganggu fokus tim Smansa, teriakan-teriakan seperti "12 Ganteng, 12 Ganteng" oleh suporter wanita begitu nyaring terdengar, memang godaan wanita sangatlah besar, mata Riza sedikit sedikit melirik ke arah wanita yang menyebutnya ganteng, fokusnya teralihkan dan dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain SMANTIKA untuk menjauh dari Smansa, skor 30-20 menjadi penutup quarter 2.

"Eh liat kan, gue akhirnya punya fans cewek juga"
"Bukan saatnya mikir itu bego, kita lagi ketinggalan!" Kudil memukul kepala Riza.
"Sekarang kita ganti strategi, Riza sekarang defense musuh menguntungkan buat kamu, anggap saja musuh yang menghalangi adalah lawan saat latihan one on one kamu pasti bisa melewatinya, kalau sudah lewat, musuh akan menutup, lalu kamu passing pada teman yang kosong, kalau tidak ada kamu eksekusi saja sendiri" Pak Budi memberi arahan, sembari menuliskannya di papan strategi. Riza hanya mengangguk-ngangguk, entah dia mengerti, entah tidak, entahlah..
Keringat bercucuran, pikiran tak karuan, hati terasa tak menentu dan penuh dengan keraguan. Jangankan para pemain yang bertanding di lapang, pemain yang duduk di bench pun terlihat begitu gugup, pertandingan kali ini memang terasa menegangkan.
"Inget za, kalo sekarang aja cewek-cewek nyorakin kamu pas lagi kalah, apalagi kalo menang, bisa lo pacarin tuh semua cewek!" Rama menghasut Riza yang tengah melakukan latihan shooting sebelum quarter 3 berlanjut, dia salah satu pemain Smansa. Mungkin Rama ini lebih baik jadi asisten pelatih ketimbang menjadi pemain, hasutannya memang TOP! padahal mana ada yang mau sama Riza? muka aja udah mirip toples astor.
"Wah bener-bener a" Riza terlihat begitu bangga dengan hasutan (re: tipuan Rama) kepada dirinya. Wajahnya begitu percaya diri, membayangkan nanti dirinya dikerubungi cewek-cewek yang minta tanda tangan pada dirinya, aduh jijay sekali membayangkannya pemirsaaaaaa.

PRIIIIIITTTTTT!!!! Peluit terdengar nyaring di ruangan yang menjadi saksi, tim mana yang akan melaju ke perempatfinal apakah SMANTIKA yang didukung oleh wanita wanita cantik, atau Smansa yang didukung oleh pinguin cantik? *Ngapa ada pinguin lagiii -_-
Wasit memberi tanda pada time table untuk menanyakan apakah waktu sudah siap atau belum, time table memberi isyarat siap dengan mengangkat jempol tangannya ke atas, quarter tiga di mulai dengan serangan Smansa.
Defense SMANTIKA terlihat tak ada perubahan, sesuai dengan instruksi Pak Budi, Riza lebih berani untuk menerobos masuk, kemampuan dribble nya mampu merepotkan pemain SMANTIKA, dia yang biasanya melakukan passing, sekarang lebih banyak melakukan eksekusi, drive in, sementara rekannya hanya menunggu diluar garis 3 point, bukan tanpa alasan, strategi ini bertujuan agar pemain lawan tidak menumpuk dan memberikan ruang untuk Riza melakukan akselerasi dan drive in. Strategi yang sangat efektif! Riza berada dalam kondisi terbaiknya, quarter ke tiga berjalan delapan menit, dia sudah menciptakan 10 point! ditambah lagi, dia melakukan provokasi saat defense pada pemain nomor 5, beberapa provokasi yang keluar dari mulutnya seperti "Bapak kamu Polwan ya?" (Ini mau provokasi apa gagal nyepik beda tipis). Skor akhirnya terkejar, 34-34! SMANTIKA time out.
"Nice, nice, nice, kalian hebat banget, strateginya sukses!" Septian alias kenti memberi semangat rekan-rekannya sembari memberi mereka minum.
"Mantap za, nomor 5 keliatan banget marah sama kamu, terus pancing emosinya pancing! *emangnya ikan maen pancing-pancing -_-*" Bayu juga tak ingin kalah dari rekan-rekan lainnya untuk memberi semangat.
Pemain Smansa terlihat masih cukup bugar, walau keringat terus bercucuran, mungkin inilah hasil latihan, tidak akan berbohong.
PRIIIITTTTTTTTT!!! Time out habis, para pemain kembali masuk ke lapangan. Nomor 5 dari SMANTIKA terlihat sinis menatap Riza, mungkin dia sudah benar-benar terpancing emosinya. pertandingan di mulai lagi dengan serangan SMANTIKA. Serangan yang dibuat tidak terlalu baik, sehingga bola mampu direbut oleh pemain Smansa, bukannya melakukan serangan balik yang cepat, pemain Smansa malah memainkan tempo lambat, bola ditahan oleh point guard mereka, Riza. "Tahan, tahan, kita buat pengejaran yang indah di akhir, biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau, tapi kitalah yang akan tertawa di akhir" Riza berteriak kepada teman-teman sekaligus musuhnya, sengaja untuk memprovokasi. Wajah para pemain SMANTIKA mulai tidak enak, tatapan mereka terlihat berfokus pada satu tujuan, hancurkan RIZA!! terutama pemain nomor 5 terlihat begitu kesal, namun inilah yang diharapkan Riza, semakin lawan emosi, semakin mereka tidak akan fokus.
Pertandingan semakin memanas, skor sama membuat pemain kedua tim semakin ngotot, Riza mencoba masuk menerobos defense lawan, namun pemain yang menjaga adit menutupnya, adit kosong! tanpa pikir panjang dia membuang bola menuju adit yang berdiri bebas di luar garis 3 point, dengan percaya diri yang tinggi dia menembak.... Bola berputar, melambung tinggi... BAAAAMMMMMM!!! Ring SMANTIKA berhasil di "koyak" oleh adit, dia mengepalkan tangannya, Riza menghampiri, badan mereka beradu sambil meloncat di udara, seperti teletubies yang akan berpisah, badan mereka beradu-adu, meluapkan rasa gembira. 34-37! menjadi penutup quarter ke tiga.
"BISA BISA BISA" tatapan pemain Smansa seolah berkata demikian, mata mereka terlihat bersemangat, keringat deras mengucur seolah pertanda semangat mereka tak pernah luntur.
"Ayo, sebelum menghadapi quarter terakhir kita berdoa, hanya satu jalan, satu harapan dan satu tujuan kita kesini, KEMENANGAN!" kali ini Kudil yang unjuk gigi dalam hal menyemangati rekan-rekannya. Teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" yang kemudian dibalas teriakan "HUUUUUUUUUU" dari pendukung SMANTIKA.
Quarter terakhir, serangan dibangun oleh para pemain SMANTIKA, yang ingin memperbesar margin dengan Smansa. Serangan mereka cukup baik, kali ini poros mereka bukan lagi pemain nomor 5 namun point guard kidal mereka, dia membagi bola dengan cukup baik, walaupun tidak membuat skor, namun mampu memberikan ruang untuk teman-temannya. Bola masuk dari free throw, sekarang saatnya Smansa menyerang. Riza meminta bola, namun dia sudah dijaga ketat oleh pemain nomor 5 dari SMANTIKA, kemanapun dia pergi, pemain nomor 5 ini selalu mengikuti. Riza tidak diberi kesempatan untuk mendapat bola, alhasil Kudil menjadi point guard sementara, passing-passing yang dilakukan pemain Smansa nampaknya cukup baik, namun itu tidak berlangsung lama, pemain SMANTIKA mampu membendung Smansa yang kehilangan point guard mereka yang dijaga ketat, di pinggir lapangan terlihat Pak Budi memberi instruksi pada Riza dan Alfian untuk melakukan pick and roll agar Riza bisa terlepas.
Kudil memainkan bola, passing kepada Adit, Riza masih ditempel dengan ketat oleh pemain nomor 5, dia berlari menuju pojok, Alfian sudah siap melakukan pick, Riza berlari mendekati Alfian, daaaannn... Bam!! Pemain nomor 5 langkahnya terhenti beberapa detik, Riza lepas!! Adit passing kepada Riza, pemain SMANTIKA menghadang, Riza melakukan fake seolah hendak melakukan shooting namun tidak, dia menerobos masuk, pemain SMANTIKA kembali menghadang, kali ini dia melakukan cross over, memindahkan dribble bola dari kanan ke kiri dengan cepat, langsung melakukan langkah lay up, langkah pertama... kedua... namun di depannya muncul pemain nomor 5, mereka berdua meloncat, Riza melepas bola... pemain nomor 5 mengayunkan tangannya, menghalangi agar bola tidak menuju ring, namun sia-sia! bola sudah lepas, malah ayunan tangannya mengenai tangan Riza, PRITTTT!! peluit wasit berbunyi, tangannya mengepal menandakan terjadi foul, bola masih melambung dan..... masuk!!! sekali lagi peluit wasit berbunyi, menandakan bola masuk dan terjadi foul, bahasa kerennya foul in (foul itu, kayak judul lagu yah, foul in love).
Riza yang terjatuh, mengepalkan tangannya, tidak lama teman-teman menghampiri, menyemangati dengan kata-kata mereka masing-masing. Tidak lama kemudian dia bangun, bersiap melakukan free throw, dan masuk!! "3 point play from 12 Majalengka!!" kurang lebih seperti itu yang dikatakan panitia.
Waktu tersisa tinggal satu menit lagi, skor menunjukan 40-43 untuk smansa, SMANTIKA sejak tertinggal terlihat mulai panik, mereka terlalu terburu-buru untuk melakukan finishing, entah itu shoot maupun lay up. Kesempatan terakhir SMANTIKA untuk menyerang, nomor 5 kosong tak terjaga diluar garis 3 point, dia menembak dan ...... tidak masuk!!!! bola di rebound oleh Lazuardy yang masuk menggantikan Kudil, dia passing pada Riza, Riza berlari sendirian, terus berlari namun ......... BAMMMM!!!!! Langkahnya dijegal dengan keras oleh pemain nomor 5 yang terlihat sangat kesal, Riza terjatuh, bukannya kesakitan, dia malah terlihat seperti orang yang berenang gaya dada! tangannya dibuka, kakinya juga... lalu bajunya...lalu celananya.. lalu pemain nomor 5 datang menghampiri... mereka saling suka, kemudian ML di tengah lapang... punya anak.... dan mereka bahagia...TAMAT.. (Ya enggak mungkinlah -___-)
Karena foul yang dilakukan oleh pemain nomor 5 SMANTIKA, Smansa mendapatkan free throw, Riza sebagai eksekutor hanya mampu memasukan satu bola, namun itu cukup untuk mengunci kemenangan Smansa... PRIIITT!!!! bunyi peluit dari wasit dan umpire menandakan perjuangan Smansa untuk mengejar kemenangan telah usai. Seluruh pemain Smansa berhamburan ke lapang, Kudil terlihat begitu semangat, dia merayakan kemenangan dengan berjoget ala Sule yang ketika dulu masih menjadi tren, sedangkan para oemain SMANTIKA terlihat menunduk, ketika melakukan salaman tanda fair play setelah pertandingan, pemain nomor 5 enggan bersalaman dengan Riza, dia malah bersembunyi di balik pelatihnya, "PROK PROK PROKKKKK" tepuk tangan dari para penonton semakin menambah rasa percaya diri para pemain Smansa, sebelum pulang, mereka melakukan doa, tidak lupa teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" tak lupa mereka berfoto setelah pertandingan yang amat melelahkan bagi mereka, inilah fotonya

Besok merupakan pertandingan penentu, apakah mereka masuk Semifinal atau tidak, siapakah lawan mereka? Kita lihat bersama-sama...


8/20/2013


Hari Pertandingan.
Tim berkumpul pukul 10.00 bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, sebelum berangkat mereka berdoa kepada Allah SWT agar selamat sampai tujuan, sedangkan Pak Budi akan menyusul menggunakan tunggangannya yang khas... Honda Beat hitam. Perjalanan dari Majalengka menuju Kuningan menghabiskan waktu hampir satu setengah jam, membuat mereka kelelahan, namun tetap mereka dituntut untuk tetap fokus di pertandingan. Mereka hanya memiliki waktu sekitar 30 menit untuk beristirahat.
"Ini pertandingan kita, saatnya kita lakukan apa yang seharusnya kita lakukan, dua kata, KALAHKAN MEREKA!!!" Alfian menyemangati rekan-rekannya sebelum memulai pemanasan.
Sekilas terlihat, postur tubuh smansa dan Garawangi tidak terlalu jauh, relatif sama, soal skill? biar pertandingan yang memberikan jawaban.
PRIIIIITTT!! Wasit meniup peluit, menandakan waktu pemanasan telah habis, kedua tim menuju bench masing-masing.
Starting five dari smansa adalah Riza(12), Alfian(6), Yudi alias Kudil(10), Adit alias Dwiki(13), dan Diego alias Sukri*ini becanda(5), seperti biasa sebelum bertanding mereka berdo'a dan menyuarakan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" kemudian mereka masuk lapangan, semua mengambil posisinya masing-masing, Diego bersiap untuk melakukan jump ball musuhnya lebih tinggi sekitar 3 cm darinya, dan...... pertandingan pun dimulai.
Garawangi memangi jump ball, mereka mencoba memainkan tempo lambat, passing antar pemain terlihat begitu terjalin dengan baik, berbeda dengan smansa yang terlihat grogi, komunikasi belum berjalan dengan baik hingga mereka tertinggal 4-0. Smansa mencoba mengejar, dimotori oleh pemain nomor 12 sebagai pembagi bola cukup ampuh merusak pertahanan Garawangi, keahliannya menipu musuh menggunakan teknik pasing tanpa melihat/ no look pass memudahkan teman-temannya mencetak angka, sehingga keadaan berbalik menjadi 12-8. Smansa terlihat lebih pede dalam menyerang dan bertahan, sehingga mereka menjauh, hingga quarter ketiga skor menunjukan angka 32-20. Melihat timnya berada di atas angin, Pak Budi mencoba melakukan pertaruhan, pemain inti mereka diganti, hanya menyisakan Alfian dan Kudil di lapangan, yang paling mengejutkan adalah dimainkannya Irfan alias Preman, yang notabene masih baru dalam dunia basket.
Bayu yang menggantikan Riza sebagai pembagi bola, mencoba mencari celah, dia melakukan drive ke dalam, namun kesulitan, karena pemain Garawangi menutup pergerakannya, alhasil bola di passing ke luar kepada Preman. Preman memegan bola, rekan-rekannya berteriak "Shooting, Shooting" dia memang kosong, otaknya mulai kacau, antara shooting atau passing, pemain musuh mendekat mencoba menutup ruang tembaknya. Insting yang belum terasah membuat dia bingung, akhirnya dia memutuskan untuk menembak, bola terlihat melambung begitu tinggi..
waktu seakan terasa berhenti....
putaran bola begitu indah....
Badan Syahrini jauh lebih indah... (ini beneran indah, tapi gak nyambung)
Apalagi Body dari Miyabi begitu Indah...  *lalu yang membayangkan mimpi basah
dan.... BAM!!!! bola masuk, 3point dari Preman, amazing !! dia sendiri seolah tidak percaya, matanya seperti anak kecil yang diberi uang 1 milyiar, hampir tidak mungkin namun bisa saja terjadi.
Selanjutnya pertandingan berjalan monoton, namun masih di dominasi oleh smansa, PRIIIITTT!! bunyi peluit dari wasit dan umpire  menandakan pertandingan berakhir, Smansa menang dengan skor 40-28, Preman menjadi bintang, entah bintang sanepa entah bintang sobo, merk minuman semacam ale-ale.

Pertandingan kedua melawan SMA 3 Kuningan
Hari ini smansa dijadwalkan bertanding pukul 16.00 melawan SMA 3 Kuningan, sang tuan rumah! Letak sekolah mereka dengan tempat pertandingan sekitar 100 meter, bisa ditempuh dalam beberapa menit saja. Apalagi waktu pertandingan yang dilaksanakan sore hari, anak-anak sekolah sudah bubar, dipastikan sang tuan rumah siap didukung penuh oleh pendukungnya.

Koridor sekolah terlihat begitu ramai karena bel istirahat baru berbunyi lima menit yang lalu, anak-anak basket berkumpul di depan ruang UKS, bersiap untuk berangkat.
"Gimana nih, kita langsung berangkat?" Diego terlihat sudah tidak sabar untuk bermain (re: meninggalkan sekolah untuk tidak belajar)
"Tunggu dulu, Preman lagi ngurus dispensasi" Alfian menjawab
"Lama banget perasaan, gue kira udah dari pagi"
"Nunggu tanda tangan kepsek dulu go, tenang aja"
"Gimana nih, siap gak buat pertandingan sekarang?" Adit alias Dwiki mencoba mengalihkan pembicaraan, dia terlihat cukup gugup.
"Pasti siap, siap menang, siap diliatin cewek-cewek juga hahaha" Riza menjawab dengan Pede nya, membuat rekan-rekannya menyoraki dan tertawa bersama.
Ketika sedang bercanda dan tertawa, datanglah Preman bersama Septian alias Kentit.
"Prem gimana?" Alfian bertanya, tangannya masih menempel pada kepala Riza yang tersungkur karena di bully
"Kita gak dapat ijin, soalnya maen kan jam empat sore, sekarang masih jam sepuluh" Mendengar itu, semua perasaan pemain terasa dijatuhi bom atom, merusak mood mereka untuk bermain (re: meninggalkan pelajaran sekolah)
"Jadi, kapan kita boleh pulang?"
"Nanti aja katanya pulang sekolah jam dua sore"
"Ah TTTTAAAAAIIIIIIIIIIII!!!" Tiba-tiba Riza menjerit keras
"Sssstttt, kamu jangan gitu kita harus nerima keputusan sekolah"
"Bukan gitu yan, ini beneran tai, liat deh belakang kamu"
"........."
Setelah bermusyawarah mereka memutuskan untuk pergi pukul 12.00, dengan alasan ijin, bukan meminta dispensasi. Alhasil lagi-lagi mereka di cap jelek, padahal mereka memikirkan perjalanan menuju Kuningan cukup menguras tenaga, apalagi menggunakan motor, namun apa mau dikata? mereka adalah siswa sedangkan yang berwenang adalah guru.

Mereka akhirnya berangkat pukul 12.30 dibawah terik matahari yang begitu menyengat, panas menemani perjalanan mereka menuju Kuningan. Hanya Preman dan Diego yang memilih membawa motor, sedangkan sebagian lainnya naik mobil Bayu dan Lazuardy.
Perjalanan dilalui mereka dengan santai, daripada buru-buru takutnya mereka datang masih lama menuju waktu pertandingan. Preman dan Diego memilih berangkat terlebih dahulu, disusul mobil Bayu, kemudian Lazuardy.
Ketika Preman, Diego dan mobil Bayu sudah sampai di tempat tujuan, mobil Lazuardy tak kunjung tiba. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, tidak terasa, waktu menunjukan pukul 15.00, Bayu mengeluarkan HP nya, menelpon Alfian yang berada di mobil Lazuardy.
"Dimana?"
"Mobilnya mogok, mesinnya kepanasan, biasalah mobil tua"
"Kalau bisa dipercepat yan, kita udah mau main sekitar empat puluh menit lagi"
"Gimana mobil ini bay, berdoa aja biar cepet gak panas"
Waktu terasa begitu cepat, namun Alfian dkk tak kunjung tiba. Pak Budi menyuruh pemain yang sudah datang untuk segera ganti baju dan pemanasan, biarkan Alfian dll menyusul.
Priiiiiiittttt!!!!! Pertandingan sebelum Smansa telah selesai, namun Alfian dkk masih belum juga tiba! mereka mulai panik, beberapa pemain starter kemarin ada di mobil Lazuardy. Ketika Bayu akan menelpon Alfian lagi, akhirnya mereka datang sudah memakai sepatu. Wajah mereka terlihat panik, pucat, dan sedikit ragu. Apalagi setelah masuk Gor, mereka disambut dengan teriakan-teriakan yang memojokan dari suporter lawan "Pulang saja pulang, jauh-jauh dari Majalengka untuk kalah, mending pulang!!". Langkah mereka dipercepat untuk melewati tribun penonton menuju bench.
Seperti biasa, sebelum bertanding mereka berdoa dulu dan melakukan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" lalu terdengar teriakna "WUUUUUUUUUU" dari penonton.
Starting five Smansa sama sekali tidak ada perubahan, sama seperti pertandingan melawan Garawangi.
Satu persatu pemain berjalan menuju wasit dan umpire, menyalaminya satu persatu, tangan mereka terasa dingin, bukan karena udara disana, namun mereka grogi.
Diego bersiap untuk jump ball, dari pihak lawan pun siap, wasit memberi tanda kepada time table sudah siap atau belum, dan bola dilemparkan ke atas, pertandingan dimulai!!!

Berani


Hari Pertandingan.
Tim berkumpul pukul 10.00 bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, sebelum berangkat mereka berdoa kepada Allah SWT agar selamat sampai tujuan, sedangkan Pak Budi akan menyusul menggunakan tunggangannya yang khas... Honda Beat hitam. Perjalanan dari Majalengka menuju Kuningan menghabiskan waktu hampir satu setengah jam, membuat mereka kelelahan, namun tetap mereka dituntut untuk tetap fokus di pertandingan. Mereka hanya memiliki waktu sekitar 30 menit untuk beristirahat.
"Ini pertandingan kita, saatnya kita lakukan apa yang seharusnya kita lakukan, dua kata, KALAHKAN MEREKA!!!" Alfian menyemangati rekan-rekannya sebelum memulai pemanasan.
Sekilas terlihat, postur tubuh smansa dan Garawangi tidak terlalu jauh, relatif sama, soal skill? biar pertandingan yang memberikan jawaban.
PRIIIIITTT!! Wasit meniup peluit, menandakan waktu pemanasan telah habis, kedua tim menuju bench masing-masing.
Starting five dari smansa adalah Riza(12), Alfian(6), Yudi alias Kudil(10), Adit alias Dwiki(13), dan Diego alias Sukri*ini becanda(5), seperti biasa sebelum bertanding mereka berdo'a dan menyuarakan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" kemudian mereka masuk lapangan, semua mengambil posisinya masing-masing, Diego bersiap untuk melakukan jump ball musuhnya lebih tinggi sekitar 3 cm darinya, dan...... pertandingan pun dimulai.
Garawangi memangi jump ball, mereka mencoba memainkan tempo lambat, passing antar pemain terlihat begitu terjalin dengan baik, berbeda dengan smansa yang terlihat grogi, komunikasi belum berjalan dengan baik hingga mereka tertinggal 4-0. Smansa mencoba mengejar, dimotori oleh pemain nomor 12 sebagai pembagi bola cukup ampuh merusak pertahanan Garawangi, keahliannya menipu musuh menggunakan teknik pasing tanpa melihat/ no look pass memudahkan teman-temannya mencetak angka, sehingga keadaan berbalik menjadi 12-8. Smansa terlihat lebih pede dalam menyerang dan bertahan, sehingga mereka menjauh, hingga quarter ketiga skor menunjukan angka 32-20. Melihat timnya berada di atas angin, Pak Budi mencoba melakukan pertaruhan, pemain inti mereka diganti, hanya menyisakan Alfian dan Kudil di lapangan, yang paling mengejutkan adalah dimainkannya Irfan alias Preman, yang notabene masih baru dalam dunia basket.
Bayu yang menggantikan Riza sebagai pembagi bola, mencoba mencari celah, dia melakukan drive ke dalam, namun kesulitan, karena pemain Garawangi menutup pergerakannya, alhasil bola di passing ke luar kepada Preman. Preman memegan bola, rekan-rekannya berteriak "Shooting, Shooting" dia memang kosong, otaknya mulai kacau, antara shooting atau passing, pemain musuh mendekat mencoba menutup ruang tembaknya. Insting yang belum terasah membuat dia bingung, akhirnya dia memutuskan untuk menembak, bola terlihat melambung begitu tinggi..
waktu seakan terasa berhenti....
putaran bola begitu indah....
Badan Syahrini jauh lebih indah... (ini beneran indah, tapi gak nyambung)
Apalagi Body dari Miyabi begitu Indah...  *lalu yang membayangkan mimpi basah
dan.... BAM!!!! bola masuk, 3point dari Preman, amazing !! dia sendiri seolah tidak percaya, matanya seperti anak kecil yang diberi uang 1 milyiar, hampir tidak mungkin namun bisa saja terjadi.
Selanjutnya pertandingan berjalan monoton, namun masih di dominasi oleh smansa, PRIIIITTT!! bunyi peluit dari wasit dan umpire  menandakan pertandingan berakhir, Smansa menang dengan skor 40-28, Preman menjadi bintang, entah bintang sanepa entah bintang sobo, merk minuman semacam ale-ale.

Pertandingan kedua melawan SMA 3 Kuningan
Hari ini smansa dijadwalkan bertanding pukul 16.00 melawan SMA 3 Kuningan, sang tuan rumah! Letak sekolah mereka dengan tempat pertandingan sekitar 100 meter, bisa ditempuh dalam beberapa menit saja. Apalagi waktu pertandingan yang dilaksanakan sore hari, anak-anak sekolah sudah bubar, dipastikan sang tuan rumah siap didukung penuh oleh pendukungnya.

Koridor sekolah terlihat begitu ramai karena bel istirahat baru berbunyi lima menit yang lalu, anak-anak basket berkumpul di depan ruang UKS, bersiap untuk berangkat.
"Gimana nih, kita langsung berangkat?" Diego terlihat sudah tidak sabar untuk bermain (re: meninggalkan sekolah untuk tidak belajar)
"Tunggu dulu, Preman lagi ngurus dispensasi" Alfian menjawab
"Lama banget perasaan, gue kira udah dari pagi"
"Nunggu tanda tangan kepsek dulu go, tenang aja"
"Gimana nih, siap gak buat pertandingan sekarang?" Adit alias Dwiki mencoba mengalihkan pembicaraan, dia terlihat cukup gugup.
"Pasti siap, siap menang, siap diliatin cewek-cewek juga hahaha" Riza menjawab dengan Pede nya, membuat rekan-rekannya menyoraki dan tertawa bersama.
Ketika sedang bercanda dan tertawa, datanglah Preman bersama Septian alias Kentit.
"Prem gimana?" Alfian bertanya, tangannya masih menempel pada kepala Riza yang tersungkur karena di bully
"Kita gak dapat ijin, soalnya maen kan jam empat sore, sekarang masih jam sepuluh" Mendengar itu, semua perasaan pemain terasa dijatuhi bom atom, merusak mood mereka untuk bermain (re: meninggalkan pelajaran sekolah)
"Jadi, kapan kita boleh pulang?"
"Nanti aja katanya pulang sekolah jam dua sore"
"Ah TTTTAAAAAIIIIIIIIIIII!!!" Tiba-tiba Riza menjerit keras
"Sssstttt, kamu jangan gitu kita harus nerima keputusan sekolah"
"Bukan gitu yan, ini beneran tai, liat deh belakang kamu"
"........."
Setelah bermusyawarah mereka memutuskan untuk pergi pukul 12.00, dengan alasan ijin, bukan meminta dispensasi. Alhasil lagi-lagi mereka di cap jelek, padahal mereka memikirkan perjalanan menuju Kuningan cukup menguras tenaga, apalagi menggunakan motor, namun apa mau dikata? mereka adalah siswa sedangkan yang berwenang adalah guru.

Mereka akhirnya berangkat pukul 12.30 dibawah terik matahari yang begitu menyengat, panas menemani perjalanan mereka menuju Kuningan. Hanya Preman dan Diego yang memilih membawa motor, sedangkan sebagian lainnya naik mobil Bayu dan Lazuardy.
Perjalanan dilalui mereka dengan santai, daripada buru-buru takutnya mereka datang masih lama menuju waktu pertandingan. Preman dan Diego memilih berangkat terlebih dahulu, disusul mobil Bayu, kemudian Lazuardy.
Ketika Preman, Diego dan mobil Bayu sudah sampai di tempat tujuan, mobil Lazuardy tak kunjung tiba. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, tidak terasa, waktu menunjukan pukul 15.00, Bayu mengeluarkan HP nya, menelpon Alfian yang berada di mobil Lazuardy.
"Dimana?"
"Mobilnya mogok, mesinnya kepanasan, biasalah mobil tua"
"Kalau bisa dipercepat yan, kita udah mau main sekitar empat puluh menit lagi"
"Gimana mobil ini bay, berdoa aja biar cepet gak panas"
Waktu terasa begitu cepat, namun Alfian dkk tak kunjung tiba. Pak Budi menyuruh pemain yang sudah datang untuk segera ganti baju dan pemanasan, biarkan Alfian dll menyusul.
Priiiiiiittttt!!!!! Pertandingan sebelum Smansa telah selesai, namun Alfian dkk masih belum juga tiba! mereka mulai panik, beberapa pemain starter kemarin ada di mobil Lazuardy. Ketika Bayu akan menelpon Alfian lagi, akhirnya mereka datang sudah memakai sepatu. Wajah mereka terlihat panik, pucat, dan sedikit ragu. Apalagi setelah masuk Gor, mereka disambut dengan teriakan-teriakan yang memojokan dari suporter lawan "Pulang saja pulang, jauh-jauh dari Majalengka untuk kalah, mending pulang!!". Langkah mereka dipercepat untuk melewati tribun penonton menuju bench.
Seperti biasa, sebelum bertanding mereka berdoa dulu dan melakukan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" lalu terdengar teriakna "WUUUUUUUUUU" dari penonton.
Starting five Smansa sama sekali tidak ada perubahan, sama seperti pertandingan melawan Garawangi.
Satu persatu pemain berjalan menuju wasit dan umpire, menyalaminya satu persatu, tangan mereka terasa dingin, bukan karena udara disana, namun mereka grogi.
Diego bersiap untuk jump ball, dari pihak lawan pun siap, wasit memberi tanda kepada time table sudah siap atau belum, dan bola dilemparkan ke atas, pertandingan dimulai!!!