9/14/2014


Jalanan Bandung, tepatnya Dago terlihat lengang, hanya terlihat beberapa gerombolan motor yang masih nongkrong di pinggir jalan. Wuuuussshhhh suara itu terdengar dari sebuah mobil yang di kemudikan Joy dengan kencang.
            “Anj*ng” dia memaki sambil memukul setir.
Mengebut mungkin salah satu cara laki laki menunjukan emosi. Ketika rasa amarah mengendalikan diri, adrenalin bisa terpacu, mengemudi dengan kecepatan 100Km/Jam terasa begitu lamban.
            Tiga jam yang lalu, Joy memilih baju yang cocok untuk acara pesta ulang tahun Calista, teman SMAnya.
            “Aku jemput kamu ya, kamu udah siap kan?”
            “Ini lagi dandan kok, sebentar” Olive menjawab telepon Joy dengan menyelipkan handphone di leher dan pipi, lalu menutupnya.
            Di dunia ini sebenarnya ada berapa hal yang seharusnya tidak mudah kamu percaya :
1.      Lelaki yang terlalu banyak janji.
2.      Wanita yang kalau bilang dandan sebentar.
Tiga puluh menit kemudian, Joy yang sudah menunggu lama akhirnya melihat batang hidung Olive.
“Sebentar banget ya liv hehe” Joy dengan nada menyindir ke Olive.
“Hehehe” Olive hanya tersenyum sambil menutup pintu mobil dari dalam, lalu duduk.
“Jadi gimana, mau balikan gak?”
“Gimana yaa”
“Emang kalo masih saling sayang gak cukup ya buat balikan?”
“Enggak, masih perlu banyak pertimbangan”
“Emangnya kita lagi usaha dibidang marketing pake banyak pertimbangan segala. Cinta itu ya cukup sama sama sayang.”
“Kamu gak akan ngerti”
“Gimana mau ngerti kamunya aja gak pernah jelasin..”
Intinya, sepanjang jalan dari rumah Olive menuju pesta Calista, terjadi perdebatan tentang teori cinta dari orang yang berbeda.
            Olive adalah mantan Joy, namun sampai sekarang keduanya sama-sama cinta tapi berbeda cara. Joy memilih secara blak-blakan, sedangkan Olive memilih diem-dieman. Joy selalu berharap kalau mereka bisa balikan tanpa perlu banyak pertimbangan dan alasan, sedangkan Olive, dia bersitegas kalau cinta itu tidak boleh sembarang, dia belajar dari pengalamannya putus kemarin, cinta harus dipikirkan secara matang, baru dilaksanakan.
            Suasana pesta cukup megah, namun tamu yang datang tidak begitu banyak, karena hanya teman dekat saja yang diundang.
            “Haiii Olive, kamu cantik sekali” Calista melambaikan tangnannya kepada Olive.
            “Kamu lebih cantik lagi” kemudian mereka berpelukan dan cipika cipiki.
            “Eh, Joy apa kabar? Lama gak ketemu ya? Kamu kelihatan kurusan”
            “Emang iya? Perasaan kamu aja kali Cal”
            “Iya mungkin hahaha, yaudah kalian lanjutin aja yaa.. aku mau ajak ngobrol tamu yang lain” kemudian dia pergi meninggalkan Olive dan Joy yang sednag ngobrol di meja tamu.
            “Kamu pernah nonton tv lalu tiba-tiba siarannya dipindahin sama orang lain gara-gara remotnya gak kamu jaga gak Joy? Kata Olive.
            “Emmmm.. pernah sih emang kenapa?”
            “Terus gampang gak buat mindahin ke acara yang kamu pengen lagi kalo remotnya gak kamu pegang”
            “Emmmm.. susah sih, terus?”
            “Kita itu mirip kayak gitu”
            “Maksudnya? Emang kamu mirip remot?”
            “Bukan.. bukan itunya, hati aku udah dipegang orang lain”
            “Lah? Selama ini kamu bohong kalau masih sayang?”
            “Enggak, aku sayang sama dua orang yang berbeda”
            “Kok bisa? Sayang itu gak mungkin buat dua orang yang sama”
            “Bisa kok, yang gak bisa itu kalau aku milikin dua duanya.”
            “Terus, dia yang jadi pilihan kamu?”
            “Iyaa, kamu yang sekarang terlalu jauh buat aku joy”
            “Jaraknya? Jadi lagi lagi jarak?”
            “Lebih dari itu Joy, dunia kita.”
            “Terus cowok yang kamu bilang kamu cinta juga, siapa?”
            “Bisa dibilang, kamu yang “baru”
            “Maksudnya?”
            “Semua peran kamu dengan sempurna dia gantikan Joy”
            “Kamu memilih dia yang selalu ada ketimbang aku yang….” Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Olive memotong.
            “Joy, sekarang aku menganggapmu sebagai seseorang yang selalu aku idamkan, namun dalam khayalan. Untuk sekarang dan masa depan nanti, kamu itu maya, tak lagi nyata. Walaupun kamu yang selalu aku tunggu dan harapkan, namun waktu itu tak kunjung tiba, hingga akhirnya seseorang datang dengan membawa cinta yang selalu ada”
            “……” Joy terdiam
            “Cinta yang kuat, akan kalah oleh cinta yang datang dalam waktu yang tepat”
            “Kamu tahu apa yang pahit di dunia ini?”
            “Kejujuran?”
            “Bukan”
            “Dikhianati, dibohongi?”
            “Bukan”
            “Lalu apa?”
            “Omongan kamu malam hari ini” kemudian Joy pergi meninggalkan Olive. Olive terdiam, bukan karena dia sudah tidak menginginkan Joy kembali, tapi dia bingung apa yang harus dia lakukan. Joy merasa hatinya kali ini seperti remuk, bubuk dan tak berbentuk.
            Emosinya labil, walaupun tidak mabuk dan tidak memiliki skill mengemudi sebaik Lewis Hamilton, dia memacu kendaraanya dengan sangat kencang, tanpa sadar ada seorang yang menyebrang jalan.
TIIIIDDDDDDDDDD
Suara keras dari klakson mobilnya, penyebrang itu kemudian lari terbirit, Joy mencoba mengerem mobilnya, namun bannya selip, mobilnya tidak seimbang dan akhirnya menabrak tiang.
            Joy tertunduk di setir mobil, darah mengucur dari kepalanya yang mengalami benturan keras. Warga, atau lebih tepatnya orang yang nongkrong di pinggir jalan berlari mencoba menolong Joy, namun sayang. Nafasnya sudah hilang, hembusan terakhirnya mungkin ketika kepalanya terbentur dengan keras.
            “Ini dengan Olive?”
            “Iya betul, ini siapa ya?”
            “Saya Andre, teman mbak, Joy tabrakan di daerah persimpangan McD Dago”
            “……. Sebentar pak, saya menuju saja” gelisah dan sedih terlihat dari rautan wajah Olive.
            Tujuh menit kemudian, Olive datang di TKP. Tubuh Joy sudah tidak ada, yang ada hanya kerumunan orang dan mobil yang dipakai Joy.
            “Pak, teman saya mana?” dengan nada gelisah, panic dan sedih dia bertanya pada seorang bapak-bapak di kerumunan.
            “Yang tabrakan? Jenazahnya dibawa ke RS Hasan Sadikin mbak”
            “Jenazah? Maksdunya?”
            “Dia tewas mbak”
            Olive berlari sambil menutup mulutnya dan air mata mengalir deras dari matanya menuju mobil, lalu mengendarainya menuju RS Hasan Sadikin.
            Ayah dan Ibu Joy belum datang, hanya ada seorang laki-laki menggunakan jaket kulit sedang menunggu Joy.
            “Mbak, kakaknya?”
            “Bukan, saya temannya.. bapak siapa?”
            “Mbak Olive? Saya yang nelpon mbak tadi, syukurlah mbak datang, saya bisa pulang. Ayah ibu mas Joy ini sedang dalam perjalanan, katanya terjebak macet di daerah buah batu, saya permisi dulu ya mbak, mbak yang tabah.”
            “Iya pak, terimakasih, hati hati di jalan”
            “Oh iya mbak, ini hape mas Joy” kemudian dia memberikan handphone iphone 6 yang masih baru, tanpa gores dan lecet.
            Olive membuka file-file, dan sms yang ada di hape itu. Di gallerinya terdapat foto mereka berdua ketika masih berpacarannya. Ada sebuah playlist yang isinya lagu-lagu yang pernah mereka dengarkan bersama. Air mata tak kuasa turun lagi.
            “Liv, sekarang apa yang kamu mau terwujud. Selamanya aku bakal jadi khayalan kamu, sekarang aku gak lagi nyata, dunia kita bener bener berbeda, alam kita beda. Omongan aku tadi yang kamu potong, aku lanjutin sekarang yaa, “walaupun aku gak selalu ada, tapi nama kamu selalu aku sebut dalam doa” sekarang, aku yang gak ada, buat selamanya, bagian aku yang namanya kamu sebut dalam do’a, bukan lagi untuk selalu ada disamping kamu, tapi untuk masuk surga”
            Suara itu terdengar samar-samar oleh Olive.

            Entah darimana asalnya. 

JALANAN BANDUNG


Jalanan Bandung, tepatnya Dago terlihat lengang, hanya terlihat beberapa gerombolan motor yang masih nongkrong di pinggir jalan. Wuuuussshhhh suara itu terdengar dari sebuah mobil yang di kemudikan Joy dengan kencang.
            “Anj*ng” dia memaki sambil memukul setir.
Mengebut mungkin salah satu cara laki laki menunjukan emosi. Ketika rasa amarah mengendalikan diri, adrenalin bisa terpacu, mengemudi dengan kecepatan 100Km/Jam terasa begitu lamban.
            Tiga jam yang lalu, Joy memilih baju yang cocok untuk acara pesta ulang tahun Calista, teman SMAnya.
            “Aku jemput kamu ya, kamu udah siap kan?”
            “Ini lagi dandan kok, sebentar” Olive menjawab telepon Joy dengan menyelipkan handphone di leher dan pipi, lalu menutupnya.
            Di dunia ini sebenarnya ada berapa hal yang seharusnya tidak mudah kamu percaya :
1.      Lelaki yang terlalu banyak janji.
2.      Wanita yang kalau bilang dandan sebentar.
Tiga puluh menit kemudian, Joy yang sudah menunggu lama akhirnya melihat batang hidung Olive.
“Sebentar banget ya liv hehe” Joy dengan nada menyindir ke Olive.
“Hehehe” Olive hanya tersenyum sambil menutup pintu mobil dari dalam, lalu duduk.
“Jadi gimana, mau balikan gak?”
“Gimana yaa”
“Emang kalo masih saling sayang gak cukup ya buat balikan?”
“Enggak, masih perlu banyak pertimbangan”
“Emangnya kita lagi usaha dibidang marketing pake banyak pertimbangan segala. Cinta itu ya cukup sama sama sayang.”
“Kamu gak akan ngerti”
“Gimana mau ngerti kamunya aja gak pernah jelasin..”
Intinya, sepanjang jalan dari rumah Olive menuju pesta Calista, terjadi perdebatan tentang teori cinta dari orang yang berbeda.
            Olive adalah mantan Joy, namun sampai sekarang keduanya sama-sama cinta tapi berbeda cara. Joy memilih secara blak-blakan, sedangkan Olive memilih diem-dieman. Joy selalu berharap kalau mereka bisa balikan tanpa perlu banyak pertimbangan dan alasan, sedangkan Olive, dia bersitegas kalau cinta itu tidak boleh sembarang, dia belajar dari pengalamannya putus kemarin, cinta harus dipikirkan secara matang, baru dilaksanakan.
            Suasana pesta cukup megah, namun tamu yang datang tidak begitu banyak, karena hanya teman dekat saja yang diundang.
            “Haiii Olive, kamu cantik sekali” Calista melambaikan tangnannya kepada Olive.
            “Kamu lebih cantik lagi” kemudian mereka berpelukan dan cipika cipiki.
            “Eh, Joy apa kabar? Lama gak ketemu ya? Kamu kelihatan kurusan”
            “Emang iya? Perasaan kamu aja kali Cal”
            “Iya mungkin hahaha, yaudah kalian lanjutin aja yaa.. aku mau ajak ngobrol tamu yang lain” kemudian dia pergi meninggalkan Olive dan Joy yang sednag ngobrol di meja tamu.
            “Kamu pernah nonton tv lalu tiba-tiba siarannya dipindahin sama orang lain gara-gara remotnya gak kamu jaga gak Joy? Kata Olive.
            “Emmmm.. pernah sih emang kenapa?”
            “Terus gampang gak buat mindahin ke acara yang kamu pengen lagi kalo remotnya gak kamu pegang”
            “Emmmm.. susah sih, terus?”
            “Kita itu mirip kayak gitu”
            “Maksudnya? Emang kamu mirip remot?”
            “Bukan.. bukan itunya, hati aku udah dipegang orang lain”
            “Lah? Selama ini kamu bohong kalau masih sayang?”
            “Enggak, aku sayang sama dua orang yang berbeda”
            “Kok bisa? Sayang itu gak mungkin buat dua orang yang sama”
            “Bisa kok, yang gak bisa itu kalau aku milikin dua duanya.”
            “Terus, dia yang jadi pilihan kamu?”
            “Iyaa, kamu yang sekarang terlalu jauh buat aku joy”
            “Jaraknya? Jadi lagi lagi jarak?”
            “Lebih dari itu Joy, dunia kita.”
            “Terus cowok yang kamu bilang kamu cinta juga, siapa?”
            “Bisa dibilang, kamu yang “baru”
            “Maksudnya?”
            “Semua peran kamu dengan sempurna dia gantikan Joy”
            “Kamu memilih dia yang selalu ada ketimbang aku yang….” Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Olive memotong.
            “Joy, sekarang aku menganggapmu sebagai seseorang yang selalu aku idamkan, namun dalam khayalan. Untuk sekarang dan masa depan nanti, kamu itu maya, tak lagi nyata. Walaupun kamu yang selalu aku tunggu dan harapkan, namun waktu itu tak kunjung tiba, hingga akhirnya seseorang datang dengan membawa cinta yang selalu ada”
            “……” Joy terdiam
            “Cinta yang kuat, akan kalah oleh cinta yang datang dalam waktu yang tepat”
            “Kamu tahu apa yang pahit di dunia ini?”
            “Kejujuran?”
            “Bukan”
            “Dikhianati, dibohongi?”
            “Bukan”
            “Lalu apa?”
            “Omongan kamu malam hari ini” kemudian Joy pergi meninggalkan Olive. Olive terdiam, bukan karena dia sudah tidak menginginkan Joy kembali, tapi dia bingung apa yang harus dia lakukan. Joy merasa hatinya kali ini seperti remuk, bubuk dan tak berbentuk.
            Emosinya labil, walaupun tidak mabuk dan tidak memiliki skill mengemudi sebaik Lewis Hamilton, dia memacu kendaraanya dengan sangat kencang, tanpa sadar ada seorang yang menyebrang jalan.
TIIIIDDDDDDDDDD
Suara keras dari klakson mobilnya, penyebrang itu kemudian lari terbirit, Joy mencoba mengerem mobilnya, namun bannya selip, mobilnya tidak seimbang dan akhirnya menabrak tiang.
            Joy tertunduk di setir mobil, darah mengucur dari kepalanya yang mengalami benturan keras. Warga, atau lebih tepatnya orang yang nongkrong di pinggir jalan berlari mencoba menolong Joy, namun sayang. Nafasnya sudah hilang, hembusan terakhirnya mungkin ketika kepalanya terbentur dengan keras.
            “Ini dengan Olive?”
            “Iya betul, ini siapa ya?”
            “Saya Andre, teman mbak, Joy tabrakan di daerah persimpangan McD Dago”
            “……. Sebentar pak, saya menuju saja” gelisah dan sedih terlihat dari rautan wajah Olive.
            Tujuh menit kemudian, Olive datang di TKP. Tubuh Joy sudah tidak ada, yang ada hanya kerumunan orang dan mobil yang dipakai Joy.
            “Pak, teman saya mana?” dengan nada gelisah, panic dan sedih dia bertanya pada seorang bapak-bapak di kerumunan.
            “Yang tabrakan? Jenazahnya dibawa ke RS Hasan Sadikin mbak”
            “Jenazah? Maksdunya?”
            “Dia tewas mbak”
            Olive berlari sambil menutup mulutnya dan air mata mengalir deras dari matanya menuju mobil, lalu mengendarainya menuju RS Hasan Sadikin.
            Ayah dan Ibu Joy belum datang, hanya ada seorang laki-laki menggunakan jaket kulit sedang menunggu Joy.
            “Mbak, kakaknya?”
            “Bukan, saya temannya.. bapak siapa?”
            “Mbak Olive? Saya yang nelpon mbak tadi, syukurlah mbak datang, saya bisa pulang. Ayah ibu mas Joy ini sedang dalam perjalanan, katanya terjebak macet di daerah buah batu, saya permisi dulu ya mbak, mbak yang tabah.”
            “Iya pak, terimakasih, hati hati di jalan”
            “Oh iya mbak, ini hape mas Joy” kemudian dia memberikan handphone iphone 6 yang masih baru, tanpa gores dan lecet.
            Olive membuka file-file, dan sms yang ada di hape itu. Di gallerinya terdapat foto mereka berdua ketika masih berpacarannya. Ada sebuah playlist yang isinya lagu-lagu yang pernah mereka dengarkan bersama. Air mata tak kuasa turun lagi.
            “Liv, sekarang apa yang kamu mau terwujud. Selamanya aku bakal jadi khayalan kamu, sekarang aku gak lagi nyata, dunia kita bener bener berbeda, alam kita beda. Omongan aku tadi yang kamu potong, aku lanjutin sekarang yaa, “walaupun aku gak selalu ada, tapi nama kamu selalu aku sebut dalam doa” sekarang, aku yang gak ada, buat selamanya, bagian aku yang namanya kamu sebut dalam do’a, bukan lagi untuk selalu ada disamping kamu, tapi untuk masuk surga”
            Suara itu terdengar samar-samar oleh Olive.

            Entah darimana asalnya. 

7/30/2014


Awal dari segalanya.
Kita adalah dua orang yang bertemu dalam waktu singkat, jarak yang dekat, dan cinta yang belum mengizinkan kita menjadi teman dekat.

Waktu untuk kita bertemu, berbincang, berinteraksi, terus bertambah, karena jarak bukan masalah, cinta diantara kita perlahan mulai merekah.

Akhirnya cinta diantara kita tumbuh, waktu dan jarak mengizinkan hati kita sama-sama untuk berlabuh.

Cinta diantara kita berkembang pesat, menjadi semakin erat, karena waktu dan jarak mengizinkan kita tetap dekat.

Perlahan, jarak menguji kita, memisahkan dua raga yang sedang cinta-cintanya, dalam waktu yang lama.

Dengan perlahan juga, waktu dan jarak menyita perhatian kita, komunikasi tersendat rasanya, dan memang begitu keadaannya.

Akhir dari segalanya.
Cinta yang pernah ada dalam waktu yang cukup lama bukanlah apa-apa, karena jarak bisa membunuh keduanya.

Sekarang. Tolong! Behenti membicarakan ketiganya, aku takut mati seketika olehnya.

PEMBUNUH AMPUH


Awal dari segalanya.
Kita adalah dua orang yang bertemu dalam waktu singkat, jarak yang dekat, dan cinta yang belum mengizinkan kita menjadi teman dekat.

Waktu untuk kita bertemu, berbincang, berinteraksi, terus bertambah, karena jarak bukan masalah, cinta diantara kita perlahan mulai merekah.

Akhirnya cinta diantara kita tumbuh, waktu dan jarak mengizinkan hati kita sama-sama untuk berlabuh.

Cinta diantara kita berkembang pesat, menjadi semakin erat, karena waktu dan jarak mengizinkan kita tetap dekat.

Perlahan, jarak menguji kita, memisahkan dua raga yang sedang cinta-cintanya, dalam waktu yang lama.

Dengan perlahan juga, waktu dan jarak menyita perhatian kita, komunikasi tersendat rasanya, dan memang begitu keadaannya.

Akhir dari segalanya.
Cinta yang pernah ada dalam waktu yang cukup lama bukanlah apa-apa, karena jarak bisa membunuh keduanya.

Sekarang. Tolong! Behenti membicarakan ketiganya, aku takut mati seketika olehnya.

7/09/2014

Dari     : Annisa
Untuk  : Rio   
http://2.bp.blogspot.com/-qYJTjDKZs7w/UZB79C8C_AI/AAAAAAAAAdM/xFF1RW1GZBQ/s1600/tumblr_mfcvv5jXp01rjxceco1_500_large.png

            Sampai sekarang kita masih saja sama, apa yang kamu tulis dalam suratmu semuanya benar, tepat seperti apa yang ada dalam pikiranku. Namun bedanya kamu lebih berani mengucapkannya , beda denganku yang terlalu banyak pertimbangan yang berujung keraguan. Aku terlalu mabuk dengan masa lalu ketika otak berpikir dan mulut akan mengucap untuk mengakhiri semuanya. Namanya orang mabuk pikirannya pun campur aduk, yang salah dianggap benar, hubungan yang sudah diujung tanduk pun masih saja aku coba untuk pertahankan.
            Awalnya aku percaya jarak hanya akan memisahkan raga, namun berjalannya waktu, secara perlahan, bukan hanya raga yang berjauhan, hati juga. Siapa tahan dengan hubungan tanpa kejelasan, pertemuan, pelukan, ataupun ciuman. Masing-masing dari kita sibuk dengan kehidupan masing-masing, tepat seperti apa yang kamu tulis tempo hari.
            Aku bukan bermaksud meracuni pendirianmu dengan bercerita masa lalu kita, namun biarkan aku bercerita dalam sebuah pena, mungkin untuk terakhir kalinya.
            kamu masih ingat lagu something stupidnya Robbie williams?

I know I stand in line
Aku tahu harus mengantri 
Until you think you have the time
Hingga kau rasa ada waktu
To spend an evening with me
Tuk lewatkan malam bersamaku
And if we go some place to dance
Dan jika kita pergi ke suatu tempat tuk berdansa
I know that there's a chance
Aku tahu kemungkinan
You won't be leaving with me
Kau takkan mau pergi bersamaku

And afterwards we drop into a quiet little place
Dan setelah itu kita mampir ke suatu tempat yang sepiAnd have a drink or two
Dan sedikit minum

And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
By saying something stupid
Dengan katakan sesuatu yang bodoh
like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

I can see it in your eyes
Bisa kulihat di matamu
You still despise the same old lines
Kau masih benci kata-kata yang sama
You heard the night before
Yang kau dengar kemarin malam

And though it's just a line to you
Dan meskipun bagimu itu hanya kata-kata
For me it's true
Bagiku ini sungguh nyata
And never seemed so right before
Dan tak pernah terasa begini benar sebelumnya

I practice everyday
Aku berlatih setiap hari
To find some clever lines to say
Tuk temukan kata-kata pintar tuk diucapkan
To make the meaning come true
Agar maknanya kelihatan nyata

But then I think I'll wait
Tapi kemudian kupikir aku kan menunggu
until the evening gets late
Hingga malam makin larut
And I'm alone with you
Dan aku hanya berdua denganmu

(2x)
The time is right
Waktunya tepat
Your perfume fills my head
Parfumnya penuhi kepalaku
The stars get red
Bintang semakin merah
And oh, the night's so blue
Dan oh, malam semakin biru
And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
by saying something stupid
Dengan mengatakan sesuatu yang bodoh

like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

"I love you"
"Aku mencintaimu"
"I love you"
"Aku mencintaimu"

Persis dengan lagu diatas, cara untuk mendapatkanku tak semudah berlari diatas air. Bingung? Karena berjalan diatas air yang begitu sulit dianggap mudah? Iya? Seharusnya kamu yang paling paham dan mengerti dengan setiap lirik lagu ketika dulu memperjuangkanku.
Memang aku belum pernah memacari semua laki-laki di dunia, namun setidaknya kamu dan mantan-mantanku yang lain adalah contoh betapa mudahnya lelaki melepaskan apa yang telah mereka perjuangkan, melepas dengan santai pelukan yang dulu erat, melonggarkan apa yang dulu kencang, dan menghempaskan apa yang dulu mereka tinggikan. Semua lelaki memang sama kadar kampretnya.
            Kalimat pertama di surat ini terkesan ambigu jika kamu perhatikan, maksud dari “Sampai sekarang kita masih saja sama” bisa bermakna banyak. Sama-sama suka, sama-sama benci, sama-sama dendam, sama-sama cinta, maupun sama-sama sayang. Namun Tuhan tidak menuliskan kita untuk bersama, mungkin selamanya.
            Sebagai penutup, aku akan mengingatkan kembali apa yang kamu rindukan, pertengkaran? Benarkan?
            Satu jari tengah dan
            Satu jancuk untukmu.






Berbenturnya dua surat

Dari     : Annisa
Untuk  : Rio   
http://2.bp.blogspot.com/-qYJTjDKZs7w/UZB79C8C_AI/AAAAAAAAAdM/xFF1RW1GZBQ/s1600/tumblr_mfcvv5jXp01rjxceco1_500_large.png

            Sampai sekarang kita masih saja sama, apa yang kamu tulis dalam suratmu semuanya benar, tepat seperti apa yang ada dalam pikiranku. Namun bedanya kamu lebih berani mengucapkannya , beda denganku yang terlalu banyak pertimbangan yang berujung keraguan. Aku terlalu mabuk dengan masa lalu ketika otak berpikir dan mulut akan mengucap untuk mengakhiri semuanya. Namanya orang mabuk pikirannya pun campur aduk, yang salah dianggap benar, hubungan yang sudah diujung tanduk pun masih saja aku coba untuk pertahankan.
            Awalnya aku percaya jarak hanya akan memisahkan raga, namun berjalannya waktu, secara perlahan, bukan hanya raga yang berjauhan, hati juga. Siapa tahan dengan hubungan tanpa kejelasan, pertemuan, pelukan, ataupun ciuman. Masing-masing dari kita sibuk dengan kehidupan masing-masing, tepat seperti apa yang kamu tulis tempo hari.
            Aku bukan bermaksud meracuni pendirianmu dengan bercerita masa lalu kita, namun biarkan aku bercerita dalam sebuah pena, mungkin untuk terakhir kalinya.
            kamu masih ingat lagu something stupidnya Robbie williams?

I know I stand in line
Aku tahu harus mengantri 
Until you think you have the time
Hingga kau rasa ada waktu
To spend an evening with me
Tuk lewatkan malam bersamaku
And if we go some place to dance
Dan jika kita pergi ke suatu tempat tuk berdansa
I know that there's a chance
Aku tahu kemungkinan
You won't be leaving with me
Kau takkan mau pergi bersamaku

And afterwards we drop into a quiet little place
Dan setelah itu kita mampir ke suatu tempat yang sepiAnd have a drink or two
Dan sedikit minum

And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
By saying something stupid
Dengan katakan sesuatu yang bodoh
like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

I can see it in your eyes
Bisa kulihat di matamu
You still despise the same old lines
Kau masih benci kata-kata yang sama
You heard the night before
Yang kau dengar kemarin malam

And though it's just a line to you
Dan meskipun bagimu itu hanya kata-kata
For me it's true
Bagiku ini sungguh nyata
And never seemed so right before
Dan tak pernah terasa begini benar sebelumnya

I practice everyday
Aku berlatih setiap hari
To find some clever lines to say
Tuk temukan kata-kata pintar tuk diucapkan
To make the meaning come true
Agar maknanya kelihatan nyata

But then I think I'll wait
Tapi kemudian kupikir aku kan menunggu
until the evening gets late
Hingga malam makin larut
And I'm alone with you
Dan aku hanya berdua denganmu

(2x)
The time is right
Waktunya tepat
Your perfume fills my head
Parfumnya penuhi kepalaku
The stars get red
Bintang semakin merah
And oh, the night's so blue
Dan oh, malam semakin biru
And then I go and spoil it all
Dan lalu aku mulai merusak suasana
by saying something stupid
Dengan mengatakan sesuatu yang bodoh

like: "I love you"
Seperti: "Aku mencintaimu"

"I love you"
"Aku mencintaimu"
"I love you"
"Aku mencintaimu"

Persis dengan lagu diatas, cara untuk mendapatkanku tak semudah berlari diatas air. Bingung? Karena berjalan diatas air yang begitu sulit dianggap mudah? Iya? Seharusnya kamu yang paling paham dan mengerti dengan setiap lirik lagu ketika dulu memperjuangkanku.
Memang aku belum pernah memacari semua laki-laki di dunia, namun setidaknya kamu dan mantan-mantanku yang lain adalah contoh betapa mudahnya lelaki melepaskan apa yang telah mereka perjuangkan, melepas dengan santai pelukan yang dulu erat, melonggarkan apa yang dulu kencang, dan menghempaskan apa yang dulu mereka tinggikan. Semua lelaki memang sama kadar kampretnya.
            Kalimat pertama di surat ini terkesan ambigu jika kamu perhatikan, maksud dari “Sampai sekarang kita masih saja sama” bisa bermakna banyak. Sama-sama suka, sama-sama benci, sama-sama dendam, sama-sama cinta, maupun sama-sama sayang. Namun Tuhan tidak menuliskan kita untuk bersama, mungkin selamanya.
            Sebagai penutup, aku akan mengingatkan kembali apa yang kamu rindukan, pertengkaran? Benarkan?
            Satu jari tengah dan
            Satu jancuk untukmu.






5/30/2014




Dari     : Rio
Untuk  : Anisa


Hujan hari ini deras, cukup deras untuk membasahi artis india yang gemar menari-nari dibawah guyurannya. Namun hujan itu terjadi di Oklahoma, jauh dengan tempatku di Minnesota.
Deskripsi diatas sebenarnya menyerupai apa yang kita jalani sekarang, hujan deras adalah waktu kosong yang kita miliki, jarak ibarat rintangan yang sedang kita hadapi, dan para penari adalah godaan yang selalu datang menghampiri.
Lima bulan yang lalu kali terakhir kita bertemu, setelahnya hubungan kita seperti hidup segan, mati tak mau. Komunikasi yang menjadi tiang penyangga bagi orang yang berhubungan sudah jarang kita lakukan, basa basi seperti “kamu udah makan?, lagi apa?” hampir punah, seperti hewan langka yang ada di Indonesia. Entah apa sebabnya, apa asal mulanya, dan siapa setannya. Menurutku kita terlalu banyak menunggu, entah kamu ataupun aku. Kita sama-sama menunggu untuk dikabari, bukan memberi kabar, karena terlalu lama menunggu, kamu tahu apa yang terjadi? Bingo! Kamu dapat seratus, BOSAN!
Jujur saja, aku lebih menyukai “bumbu pedas” ada dalam hubungan kita, karena terlalu lama menjalin hubungan baik, kita seolah tak memerlukan komunikasi, aku tahu kapan kamu kuliah, pulang, pergi ke salon, dan rutinitas lainnnya. Begitupun kamu, kamu tahu kapan aku memegang handphone, keluar dari asrama, sampai pukul berapa aku keluar, kamu tahu. Karena kita saling percaya, semuanya terasa membosankan, kamu percaya walaupun setiap malam minggu aku berkeliaran sampai larut malam tapi tidak akan pergi dengan wanita lain. Secara tidak langsung, itu menjadi alasan aku sangat percaya padamu, walaupun setiap saat kamu bisa keluar, tidak seperti aku yang tinggal di asrama, tapi aku yakin kamu tidak akan mengkhianatiku. Namun, setelah aku rasakan baik-baik, bukan rasa kepercayaan tinggi yang aku berikan padamu, melainkan rasa tidak peduli. Rasanya seperti “Masa bodo” dengan apa yang kamu lakukan di belakangku.
Aku merindukan masa-masa dimana kamu membohongiku, kamu mencoba menghubungi mantanmu tanpa sepengetahuanku, atau aku yang tertangkap basah olehmu ketika jalan dengan perempuan lain, lalu kamu menangis tersedu, tak ingin berjumpa denganku selama tiga hari, namun akhirnya kita bisa mengatasi semuanya. Kita butuh rintangan untuk semakin erat, sekarang aku merasa berada di titik terenggang dalam hubungan kita, mungkin aku akan mencoba “lepas” sejenak dari apa yang kita jalani sekarang, aku akan mencoba untuk sendiri









Dari     : Annisa

Untuk  : Rio



Typing........

Dua Surat yang Saling Berbenturan




Dari     : Rio
Untuk  : Anisa


Hujan hari ini deras, cukup deras untuk membasahi artis india yang gemar menari-nari dibawah guyurannya. Namun hujan itu terjadi di Oklahoma, jauh dengan tempatku di Minnesota.
Deskripsi diatas sebenarnya menyerupai apa yang kita jalani sekarang, hujan deras adalah waktu kosong yang kita miliki, jarak ibarat rintangan yang sedang kita hadapi, dan para penari adalah godaan yang selalu datang menghampiri.
Lima bulan yang lalu kali terakhir kita bertemu, setelahnya hubungan kita seperti hidup segan, mati tak mau. Komunikasi yang menjadi tiang penyangga bagi orang yang berhubungan sudah jarang kita lakukan, basa basi seperti “kamu udah makan?, lagi apa?” hampir punah, seperti hewan langka yang ada di Indonesia. Entah apa sebabnya, apa asal mulanya, dan siapa setannya. Menurutku kita terlalu banyak menunggu, entah kamu ataupun aku. Kita sama-sama menunggu untuk dikabari, bukan memberi kabar, karena terlalu lama menunggu, kamu tahu apa yang terjadi? Bingo! Kamu dapat seratus, BOSAN!
Jujur saja, aku lebih menyukai “bumbu pedas” ada dalam hubungan kita, karena terlalu lama menjalin hubungan baik, kita seolah tak memerlukan komunikasi, aku tahu kapan kamu kuliah, pulang, pergi ke salon, dan rutinitas lainnnya. Begitupun kamu, kamu tahu kapan aku memegang handphone, keluar dari asrama, sampai pukul berapa aku keluar, kamu tahu. Karena kita saling percaya, semuanya terasa membosankan, kamu percaya walaupun setiap malam minggu aku berkeliaran sampai larut malam tapi tidak akan pergi dengan wanita lain. Secara tidak langsung, itu menjadi alasan aku sangat percaya padamu, walaupun setiap saat kamu bisa keluar, tidak seperti aku yang tinggal di asrama, tapi aku yakin kamu tidak akan mengkhianatiku. Namun, setelah aku rasakan baik-baik, bukan rasa kepercayaan tinggi yang aku berikan padamu, melainkan rasa tidak peduli. Rasanya seperti “Masa bodo” dengan apa yang kamu lakukan di belakangku.
Aku merindukan masa-masa dimana kamu membohongiku, kamu mencoba menghubungi mantanmu tanpa sepengetahuanku, atau aku yang tertangkap basah olehmu ketika jalan dengan perempuan lain, lalu kamu menangis tersedu, tak ingin berjumpa denganku selama tiga hari, namun akhirnya kita bisa mengatasi semuanya. Kita butuh rintangan untuk semakin erat, sekarang aku merasa berada di titik terenggang dalam hubungan kita, mungkin aku akan mencoba “lepas” sejenak dari apa yang kita jalani sekarang, aku akan mencoba untuk sendiri









Dari     : Annisa

Untuk  : Rio



Typing........

1/04/2014

http://4.bp.blogspot.com/-qmhtQMo7KJw/UOIIVJ-31tI/AAAAAAAAADM/yxVFwSTDYqQ/s1600/110301_100303.jpg 


Jam 1 malam, sebelum "ubrug-ubrug" atau membangunkan sahur di komplek, gue sama temen-temen memutuskan mencari makanan dengan memanfaatkan "makanan yang ada di alam" atau lebih tepatnya "mengambil dari kebun orang".
Sebut saja namanya Juliet, dia seperti "komandan" dari pasukan khusus kami malam itu.
Beberapa orang ada yang diperintahkan untuk membuat api dari kayu yang didapat dari mematahkan pagar kebun warga.
Beberapa lagi disuruh untuk mengambil jagung dari kebun.
"jul, gapapa nih kita mengambil dari kebun orang" Alvin dengan wajah ketakutan bertanya pada Juliet.
"gapapa kali, kita kan mau menjalankan tugas mulia, membangunkan orang orang yang mau sahur, jadi badan harus fit" Juliet dengan wajah "menipu" yang meyakinkan mengatakannya.
Gue bertugas buat ngambil jagung, dengan tanpa dosa gue ambil jagung satu per satu sebanyak mungkin, setelah itu gue bawa ke tempat pembakaran di deket kolam yang udah gak dipake, temen temen gue yang bertugas ngambil kayu malah udah beres, mereka lagi "anget-angetan" di deket api unggun dari pager warga. Lalu gue bagi tuh satu per satu jagung buat dibakar ke temen gue, udah kayak pembagian BLT.
Beres makan, gue tiduran di tanah, hanya beralaskan sarung dan sendal yang jadi bantalnya, temen temen lanjut ngobrol sambil nunggu jam setengah 3 buat gabung ubrug-ubrug sama pemuda pemuda. Waktu itu gue masih kelas 6 SD.
"eh, lu masih pada laper gak sih? Gue laper nih, kita ambil jambu di rumah pak RT yu" Juliet mengajak kami untuk melakukan aksi pencurian kecil kecilan lagi. Gue ogah ikut dengan alasan ngantuk, temen yang lain juga sama, alhasil cuman Juliet berdua sama Bayu.
"Bay, gue yang ngambil, lu yang liat situasi ya"
"oke jul"
Juliet pun mengambil jambu dari pohon yang berada tepat depan rumah pak RT.
Dia mengambil satu....
Dia mengambil dua....
Dia mengambil tiga....
Daaaaaannnn.....
Ternyata ADA PAK RT MELIHAT DARI JENDELA PEMIRSAAA!!!!
Juliet yang panik langsung berlari tanpa memperdulikan jambu yang dia ambil, berlari menuju tempat kami berada dan menyampaikan berita tersebut sembari berlari.
"Woy, pak RT bangun, cepet lari!!!"
Gue yang sedang tidur pun reflek bangun dan berlari menuju sawah, saking paniknya gue lupa gapake sendal.
Setelah berlari seolah di kejar setan, kami bersembunyi di sawah dekat pom bensin. Setiap ada motor yang melewat, kami merunduk, menganggapnya sebagai pak RT.
Setelah cukup lama bersembunyi dan merasa aman, gue sama temen temen pulang ke rumah masing masing dengan badan gatal gatal karena jerami kering di sawah.
Bagaimana dengan acara ubrug-ubrugnya? Sama sekali gagal!!! Gue nyampe rumah aja jam 4, setelah itu sahur, solat, terus tidur. Sampe gede sekarang, gue sendiri gatau pak RT tau atau enggak yang ngambil jambu dia waktu dulu adalah kita.
Pesan moral : jangan ke Sawah malem malem, apalagi gapake sendal, serem, gatel juga.

Pasukan Khusus Satu Malam

http://4.bp.blogspot.com/-qmhtQMo7KJw/UOIIVJ-31tI/AAAAAAAAADM/yxVFwSTDYqQ/s1600/110301_100303.jpg 


Jam 1 malam, sebelum "ubrug-ubrug" atau membangunkan sahur di komplek, gue sama temen-temen memutuskan mencari makanan dengan memanfaatkan "makanan yang ada di alam" atau lebih tepatnya "mengambil dari kebun orang".
Sebut saja namanya Juliet, dia seperti "komandan" dari pasukan khusus kami malam itu.
Beberapa orang ada yang diperintahkan untuk membuat api dari kayu yang didapat dari mematahkan pagar kebun warga.
Beberapa lagi disuruh untuk mengambil jagung dari kebun.
"jul, gapapa nih kita mengambil dari kebun orang" Alvin dengan wajah ketakutan bertanya pada Juliet.
"gapapa kali, kita kan mau menjalankan tugas mulia, membangunkan orang orang yang mau sahur, jadi badan harus fit" Juliet dengan wajah "menipu" yang meyakinkan mengatakannya.
Gue bertugas buat ngambil jagung, dengan tanpa dosa gue ambil jagung satu per satu sebanyak mungkin, setelah itu gue bawa ke tempat pembakaran di deket kolam yang udah gak dipake, temen temen gue yang bertugas ngambil kayu malah udah beres, mereka lagi "anget-angetan" di deket api unggun dari pager warga. Lalu gue bagi tuh satu per satu jagung buat dibakar ke temen gue, udah kayak pembagian BLT.
Beres makan, gue tiduran di tanah, hanya beralaskan sarung dan sendal yang jadi bantalnya, temen temen lanjut ngobrol sambil nunggu jam setengah 3 buat gabung ubrug-ubrug sama pemuda pemuda. Waktu itu gue masih kelas 6 SD.
"eh, lu masih pada laper gak sih? Gue laper nih, kita ambil jambu di rumah pak RT yu" Juliet mengajak kami untuk melakukan aksi pencurian kecil kecilan lagi. Gue ogah ikut dengan alasan ngantuk, temen yang lain juga sama, alhasil cuman Juliet berdua sama Bayu.
"Bay, gue yang ngambil, lu yang liat situasi ya"
"oke jul"
Juliet pun mengambil jambu dari pohon yang berada tepat depan rumah pak RT.
Dia mengambil satu....
Dia mengambil dua....
Dia mengambil tiga....
Daaaaaannnn.....
Ternyata ADA PAK RT MELIHAT DARI JENDELA PEMIRSAAA!!!!
Juliet yang panik langsung berlari tanpa memperdulikan jambu yang dia ambil, berlari menuju tempat kami berada dan menyampaikan berita tersebut sembari berlari.
"Woy, pak RT bangun, cepet lari!!!"
Gue yang sedang tidur pun reflek bangun dan berlari menuju sawah, saking paniknya gue lupa gapake sendal.
Setelah berlari seolah di kejar setan, kami bersembunyi di sawah dekat pom bensin. Setiap ada motor yang melewat, kami merunduk, menganggapnya sebagai pak RT.
Setelah cukup lama bersembunyi dan merasa aman, gue sama temen temen pulang ke rumah masing masing dengan badan gatal gatal karena jerami kering di sawah.
Bagaimana dengan acara ubrug-ubrugnya? Sama sekali gagal!!! Gue nyampe rumah aja jam 4, setelah itu sahur, solat, terus tidur. Sampe gede sekarang, gue sendiri gatau pak RT tau atau enggak yang ngambil jambu dia waktu dulu adalah kita.
Pesan moral : jangan ke Sawah malem malem, apalagi gapake sendal, serem, gatel juga.