8/25/2013


Suasana Gor begitu riuh, penonton tak henti-hentinya memberi dukungan untuk SMANTIKA, "SMANTIKA SMANTIKA" sama sekali tidak ada pendukung dari tim Smansa, namun doa dari seluruh warga sekolah turut menyertai dalam setiap pertandingan mereka.
Bola dilemparkan vertical ke atas, menandakan pertandingan dimulai.
Diego kalah jump ball tangannya terlambat menyentuh bola, padahal loncatannya tinggi. Point guard dari SMANTIKA (SMAN 3 Kuningan) mencoba mengatur serangan, dia mengangkat tangan kanannya ke atas, sedangkan tangan kiri mendrible bola, mungkin itu suatu isyarat bagi pemain lain untuk bergerak, ketika pemain Smansa kebingungan dengan isyarat tersebut, PG (Point Guard) tadi memberi passing pada pemain nomor 5 yang berada di pojok garis 3 point. Pemain nomor 5 memegang bola, Adit mencoba menutup pergerakannya, namun terlambat, pemain nomor 5 menembak dan..... BAMMMMM!!! 3 point for SMANTIKA! Penonton berteriak "SMANTIKA SMANTIKA" semakin riuh, pemain nomor 5 mengacungkan tangan kanannya, lalau mengangkat 3 jarinya, seolah mengikuti gerakan wasit ketika memberi tahu dia melakukan 3 point sembari kembali menuju defense.
"Ayo kita balas ayo" Riza memberi semangat pada teman-temannya. Smansa mencoba membangun serangan, namun karena grogi, mereka membuat kesalahan sendiri, alhasil bola kembali direbut oleh pemain SMANTIKA, lagi-lagi pemain nomor 5 melakukan 3 point, sampai 3 kali berturut-turut malah. Dengan deras bola menghujam ring Smansa, Skor pun menunjukan skor 11-0 SMANTIKA memimpin. PRIIIITTTT peluit wasit berbunyi, Pak Budi meminta Time Out, pemain menuju Bench dengan wajah tertunduk lesu, badan dingin namun keringat mengucur dengan deras.
"Kalian ini niat main apa enggak?" Pak Budi memasang wajah kecewa, para pemain masih menunduk.
"Bener kata penonton, kalo kalian gak niat main, mending kita semua pulang aja, beres-beres dari sekarang, jauh-jauh kita dari Majalengka hanya untuk kalah" Wajah para pemain malah tambah lesu.
"Saya yakin, tidak ada seorang pun yang berpikiran seperti tadi kan? mereka lawan biasa, lawan mereka dengan kerja keras, tunjukan hasil latihan kalian sekarang, SIAAPP!!" Pak Budi memberi motivasi, wajah pemain berubah, mata mereka memancarkan semangat serasa menjawab "SIAAPPPP"
PRIIIIITTTTT!!! Time out berakhir wajah para pemain Smansa terlihat lebih Pede, strategi mengambil Time out yang pas oleh coach mereka.
Pertandingan kembali dilanjutkan, bola dikuasai oleh Riza dari smansa. Pak Budi memberi arahan untuk banyak passing sebelum melakukan eksekusi, lantas mereka mencobanya.
Riza Passing ke Alfian...
Alfian passing ke Adit...
Adit passing ke kudil,....
Kudil passing ke Diego...
Diego passing ke Pinguin...
Kemudian Pinguin mencetak 3 point untuk Smansa!! (Ini bohong, mana ada pinguin lagi maen basket, emang ini Air bud  versi pinguin kampret!),
Intinya mereka melakukan banyak passing dengan tujuan untuk memecah konsentrasi pemain lawan, dan cukup efektif! Smansa yang diawal pertandingan terlalu terburu-buru dalam mengeksekusi, sekarang mulai tenang. Gerakan-gerakan mereka hampir tidak ada yang sia-sia, yang sia-sia hanyalah.... mantan yang mengharap balikan dengan orang yang sudah punya.. punya anak dan istri (Nyambung aje nih -_-). Smansa mulai mengejar, pelan tapi pasti mereka terus mencoba, quarter 1 ditutup masih dengan keunggulan SMANTIKA 13-8.

"Kita pasti bisa mengejar, inget latihan kita selama ini" Riza terlihat begitu semangat, cucuran keringat bercampur air mineral yang diteguknya membasahi kerah jerseynya, namun matanya memancarkan seseorang yang gigih mengejar kemenangan. Pemain yang ada di bench pun tak henti-hentinya memberi dukungan, entah itu dengan doa, maupun dengan ungkapan semangat dari kata-kata mereka, seolah mereka mentransfer energi yang mereka punya untuk pemain yang bertanding. Pak Budi tak membuat perubahan strategi, hanya memberi beberapa masukan dalam defense, serta mengganti Diego dengan Amar bashobih, dari namanya saja kita tahu, bahwa Amar adalah ............. imigran gelap Arab Saudi.
PRIIIIIITTTTTTT!!! Quarter 2 dimulai, bola dikuasai para pemain Smansa.
SMANTIKA ternyata mampu membuat strategi yang cukup ampuh untuk membendung serangan Smansa dengan cara menjaga ketat target passing menggunakan man to man, alhasil Riza tak mampu membagi bola kepada teman-temannya, otomatis perolehan point kembali menjauh. Apalagi pemain nomor 5 semakin menjadi-jadi, dibantu dengan PG yang gerakannya sulit diprediksi karena kidal. SMANTIKA kembali memimpin 20-10.
Para pemain Smansa tak kehabisan akal, mereka memanfaatkan postur tinggi dari Amar untuk menguasai perebutan bola dibawah ring, mereka lebih berani memaksakan menembak dengan taruhan apabila tidak masuk Amar datang untuk mengambil bola liar hasil tembakan tersebut, dan efektif! pemain lawan tak mampu membendungnya, point kembali mendekat, 25-18 masih untuk SMANTIKA.
Penonton SMANTIKA kembali berteriak-teriak, sekarang lebih bertujuan untuk mengganggu konsentrasi dan mengganggu fokus tim Smansa, teriakan-teriakan seperti "12 Ganteng, 12 Ganteng" oleh suporter wanita begitu nyaring terdengar, memang godaan wanita sangatlah besar, mata Riza sedikit sedikit melirik ke arah wanita yang menyebutnya ganteng, fokusnya teralihkan dan dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain SMANTIKA untuk menjauh dari Smansa, skor 30-20 menjadi penutup quarter 2.

"Eh liat kan, gue akhirnya punya fans cewek juga"
"Bukan saatnya mikir itu bego, kita lagi ketinggalan!" Kudil memukul kepala Riza.
"Sekarang kita ganti strategi, Riza sekarang defense musuh menguntungkan buat kamu, anggap saja musuh yang menghalangi adalah lawan saat latihan one on one kamu pasti bisa melewatinya, kalau sudah lewat, musuh akan menutup, lalu kamu passing pada teman yang kosong, kalau tidak ada kamu eksekusi saja sendiri" Pak Budi memberi arahan, sembari menuliskannya di papan strategi. Riza hanya mengangguk-ngangguk, entah dia mengerti, entah tidak, entahlah..
Keringat bercucuran, pikiran tak karuan, hati terasa tak menentu dan penuh dengan keraguan. Jangankan para pemain yang bertanding di lapang, pemain yang duduk di bench pun terlihat begitu gugup, pertandingan kali ini memang terasa menegangkan.
"Inget za, kalo sekarang aja cewek-cewek nyorakin kamu pas lagi kalah, apalagi kalo menang, bisa lo pacarin tuh semua cewek!" Rama menghasut Riza yang tengah melakukan latihan shooting sebelum quarter 3 berlanjut, dia salah satu pemain Smansa. Mungkin Rama ini lebih baik jadi asisten pelatih ketimbang menjadi pemain, hasutannya memang TOP! padahal mana ada yang mau sama Riza? muka aja udah mirip toples astor.
"Wah bener-bener a" Riza terlihat begitu bangga dengan hasutan (re: tipuan Rama) kepada dirinya. Wajahnya begitu percaya diri, membayangkan nanti dirinya dikerubungi cewek-cewek yang minta tanda tangan pada dirinya, aduh jijay sekali membayangkannya pemirsaaaaaa.

PRIIIIIITTTTTT!!!! Peluit terdengar nyaring di ruangan yang menjadi saksi, tim mana yang akan melaju ke perempatfinal apakah SMANTIKA yang didukung oleh wanita wanita cantik, atau Smansa yang didukung oleh pinguin cantik? *Ngapa ada pinguin lagiii -_-
Wasit memberi tanda pada time table untuk menanyakan apakah waktu sudah siap atau belum, time table memberi isyarat siap dengan mengangkat jempol tangannya ke atas, quarter tiga di mulai dengan serangan Smansa.
Defense SMANTIKA terlihat tak ada perubahan, sesuai dengan instruksi Pak Budi, Riza lebih berani untuk menerobos masuk, kemampuan dribble nya mampu merepotkan pemain SMANTIKA, dia yang biasanya melakukan passing, sekarang lebih banyak melakukan eksekusi, drive in, sementara rekannya hanya menunggu diluar garis 3 point, bukan tanpa alasan, strategi ini bertujuan agar pemain lawan tidak menumpuk dan memberikan ruang untuk Riza melakukan akselerasi dan drive in. Strategi yang sangat efektif! Riza berada dalam kondisi terbaiknya, quarter ke tiga berjalan delapan menit, dia sudah menciptakan 10 point! ditambah lagi, dia melakukan provokasi saat defense pada pemain nomor 5, beberapa provokasi yang keluar dari mulutnya seperti "Bapak kamu Polwan ya?" (Ini mau provokasi apa gagal nyepik beda tipis). Skor akhirnya terkejar, 34-34! SMANTIKA time out.
"Nice, nice, nice, kalian hebat banget, strateginya sukses!" Septian alias kenti memberi semangat rekan-rekannya sembari memberi mereka minum.
"Mantap za, nomor 5 keliatan banget marah sama kamu, terus pancing emosinya pancing! *emangnya ikan maen pancing-pancing -_-*" Bayu juga tak ingin kalah dari rekan-rekan lainnya untuk memberi semangat.
Pemain Smansa terlihat masih cukup bugar, walau keringat terus bercucuran, mungkin inilah hasil latihan, tidak akan berbohong.
PRIIIITTTTTTTTT!!! Time out habis, para pemain kembali masuk ke lapangan. Nomor 5 dari SMANTIKA terlihat sinis menatap Riza, mungkin dia sudah benar-benar terpancing emosinya. pertandingan di mulai lagi dengan serangan SMANTIKA. Serangan yang dibuat tidak terlalu baik, sehingga bola mampu direbut oleh pemain Smansa, bukannya melakukan serangan balik yang cepat, pemain Smansa malah memainkan tempo lambat, bola ditahan oleh point guard mereka, Riza. "Tahan, tahan, kita buat pengejaran yang indah di akhir, biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau, tapi kitalah yang akan tertawa di akhir" Riza berteriak kepada teman-teman sekaligus musuhnya, sengaja untuk memprovokasi. Wajah para pemain SMANTIKA mulai tidak enak, tatapan mereka terlihat berfokus pada satu tujuan, hancurkan RIZA!! terutama pemain nomor 5 terlihat begitu kesal, namun inilah yang diharapkan Riza, semakin lawan emosi, semakin mereka tidak akan fokus.
Pertandingan semakin memanas, skor sama membuat pemain kedua tim semakin ngotot, Riza mencoba masuk menerobos defense lawan, namun pemain yang menjaga adit menutupnya, adit kosong! tanpa pikir panjang dia membuang bola menuju adit yang berdiri bebas di luar garis 3 point, dengan percaya diri yang tinggi dia menembak.... Bola berputar, melambung tinggi... BAAAAMMMMMM!!! Ring SMANTIKA berhasil di "koyak" oleh adit, dia mengepalkan tangannya, Riza menghampiri, badan mereka beradu sambil meloncat di udara, seperti teletubies yang akan berpisah, badan mereka beradu-adu, meluapkan rasa gembira. 34-37! menjadi penutup quarter ke tiga.
"BISA BISA BISA" tatapan pemain Smansa seolah berkata demikian, mata mereka terlihat bersemangat, keringat deras mengucur seolah pertanda semangat mereka tak pernah luntur.
"Ayo, sebelum menghadapi quarter terakhir kita berdoa, hanya satu jalan, satu harapan dan satu tujuan kita kesini, KEMENANGAN!" kali ini Kudil yang unjuk gigi dalam hal menyemangati rekan-rekannya. Teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" yang kemudian dibalas teriakan "HUUUUUUUUUU" dari pendukung SMANTIKA.
Quarter terakhir, serangan dibangun oleh para pemain SMANTIKA, yang ingin memperbesar margin dengan Smansa. Serangan mereka cukup baik, kali ini poros mereka bukan lagi pemain nomor 5 namun point guard kidal mereka, dia membagi bola dengan cukup baik, walaupun tidak membuat skor, namun mampu memberikan ruang untuk teman-temannya. Bola masuk dari free throw, sekarang saatnya Smansa menyerang. Riza meminta bola, namun dia sudah dijaga ketat oleh pemain nomor 5 dari SMANTIKA, kemanapun dia pergi, pemain nomor 5 ini selalu mengikuti. Riza tidak diberi kesempatan untuk mendapat bola, alhasil Kudil menjadi point guard sementara, passing-passing yang dilakukan pemain Smansa nampaknya cukup baik, namun itu tidak berlangsung lama, pemain SMANTIKA mampu membendung Smansa yang kehilangan point guard mereka yang dijaga ketat, di pinggir lapangan terlihat Pak Budi memberi instruksi pada Riza dan Alfian untuk melakukan pick and roll agar Riza bisa terlepas.
Kudil memainkan bola, passing kepada Adit, Riza masih ditempel dengan ketat oleh pemain nomor 5, dia berlari menuju pojok, Alfian sudah siap melakukan pick, Riza berlari mendekati Alfian, daaaannn... Bam!! Pemain nomor 5 langkahnya terhenti beberapa detik, Riza lepas!! Adit passing kepada Riza, pemain SMANTIKA menghadang, Riza melakukan fake seolah hendak melakukan shooting namun tidak, dia menerobos masuk, pemain SMANTIKA kembali menghadang, kali ini dia melakukan cross over, memindahkan dribble bola dari kanan ke kiri dengan cepat, langsung melakukan langkah lay up, langkah pertama... kedua... namun di depannya muncul pemain nomor 5, mereka berdua meloncat, Riza melepas bola... pemain nomor 5 mengayunkan tangannya, menghalangi agar bola tidak menuju ring, namun sia-sia! bola sudah lepas, malah ayunan tangannya mengenai tangan Riza, PRITTTT!! peluit wasit berbunyi, tangannya mengepal menandakan terjadi foul, bola masih melambung dan..... masuk!!! sekali lagi peluit wasit berbunyi, menandakan bola masuk dan terjadi foul, bahasa kerennya foul in (foul itu, kayak judul lagu yah, foul in love).
Riza yang terjatuh, mengepalkan tangannya, tidak lama teman-teman menghampiri, menyemangati dengan kata-kata mereka masing-masing. Tidak lama kemudian dia bangun, bersiap melakukan free throw, dan masuk!! "3 point play from 12 Majalengka!!" kurang lebih seperti itu yang dikatakan panitia.
Waktu tersisa tinggal satu menit lagi, skor menunjukan 40-43 untuk smansa, SMANTIKA sejak tertinggal terlihat mulai panik, mereka terlalu terburu-buru untuk melakukan finishing, entah itu shoot maupun lay up. Kesempatan terakhir SMANTIKA untuk menyerang, nomor 5 kosong tak terjaga diluar garis 3 point, dia menembak dan ...... tidak masuk!!!! bola di rebound oleh Lazuardy yang masuk menggantikan Kudil, dia passing pada Riza, Riza berlari sendirian, terus berlari namun ......... BAMMMM!!!!! Langkahnya dijegal dengan keras oleh pemain nomor 5 yang terlihat sangat kesal, Riza terjatuh, bukannya kesakitan, dia malah terlihat seperti orang yang berenang gaya dada! tangannya dibuka, kakinya juga... lalu bajunya...lalu celananya.. lalu pemain nomor 5 datang menghampiri... mereka saling suka, kemudian ML di tengah lapang... punya anak.... dan mereka bahagia...TAMAT.. (Ya enggak mungkinlah -___-)
Karena foul yang dilakukan oleh pemain nomor 5 SMANTIKA, Smansa mendapatkan free throw, Riza sebagai eksekutor hanya mampu memasukan satu bola, namun itu cukup untuk mengunci kemenangan Smansa... PRIIITT!!!! bunyi peluit dari wasit dan umpire menandakan perjuangan Smansa untuk mengejar kemenangan telah usai. Seluruh pemain Smansa berhamburan ke lapang, Kudil terlihat begitu semangat, dia merayakan kemenangan dengan berjoget ala Sule yang ketika dulu masih menjadi tren, sedangkan para oemain SMANTIKA terlihat menunduk, ketika melakukan salaman tanda fair play setelah pertandingan, pemain nomor 5 enggan bersalaman dengan Riza, dia malah bersembunyi di balik pelatihnya, "PROK PROK PROKKKKK" tepuk tangan dari para penonton semakin menambah rasa percaya diri para pemain Smansa, sebelum pulang, mereka melakukan doa, tidak lupa teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" tak lupa mereka berfoto setelah pertandingan yang amat melelahkan bagi mereka, inilah fotonya

Besok merupakan pertandingan penentu, apakah mereka masuk Semifinal atau tidak, siapakah lawan mereka? Kita lihat bersama-sama...


Second Wind


Suasana Gor begitu riuh, penonton tak henti-hentinya memberi dukungan untuk SMANTIKA, "SMANTIKA SMANTIKA" sama sekali tidak ada pendukung dari tim Smansa, namun doa dari seluruh warga sekolah turut menyertai dalam setiap pertandingan mereka.
Bola dilemparkan vertical ke atas, menandakan pertandingan dimulai.
Diego kalah jump ball tangannya terlambat menyentuh bola, padahal loncatannya tinggi. Point guard dari SMANTIKA (SMAN 3 Kuningan) mencoba mengatur serangan, dia mengangkat tangan kanannya ke atas, sedangkan tangan kiri mendrible bola, mungkin itu suatu isyarat bagi pemain lain untuk bergerak, ketika pemain Smansa kebingungan dengan isyarat tersebut, PG (Point Guard) tadi memberi passing pada pemain nomor 5 yang berada di pojok garis 3 point. Pemain nomor 5 memegang bola, Adit mencoba menutup pergerakannya, namun terlambat, pemain nomor 5 menembak dan..... BAMMMMM!!! 3 point for SMANTIKA! Penonton berteriak "SMANTIKA SMANTIKA" semakin riuh, pemain nomor 5 mengacungkan tangan kanannya, lalau mengangkat 3 jarinya, seolah mengikuti gerakan wasit ketika memberi tahu dia melakukan 3 point sembari kembali menuju defense.
"Ayo kita balas ayo" Riza memberi semangat pada teman-temannya. Smansa mencoba membangun serangan, namun karena grogi, mereka membuat kesalahan sendiri, alhasil bola kembali direbut oleh pemain SMANTIKA, lagi-lagi pemain nomor 5 melakukan 3 point, sampai 3 kali berturut-turut malah. Dengan deras bola menghujam ring Smansa, Skor pun menunjukan skor 11-0 SMANTIKA memimpin. PRIIIITTTT peluit wasit berbunyi, Pak Budi meminta Time Out, pemain menuju Bench dengan wajah tertunduk lesu, badan dingin namun keringat mengucur dengan deras.
"Kalian ini niat main apa enggak?" Pak Budi memasang wajah kecewa, para pemain masih menunduk.
"Bener kata penonton, kalo kalian gak niat main, mending kita semua pulang aja, beres-beres dari sekarang, jauh-jauh kita dari Majalengka hanya untuk kalah" Wajah para pemain malah tambah lesu.
"Saya yakin, tidak ada seorang pun yang berpikiran seperti tadi kan? mereka lawan biasa, lawan mereka dengan kerja keras, tunjukan hasil latihan kalian sekarang, SIAAPP!!" Pak Budi memberi motivasi, wajah pemain berubah, mata mereka memancarkan semangat serasa menjawab "SIAAPPPP"
PRIIIIITTTTT!!! Time out berakhir wajah para pemain Smansa terlihat lebih Pede, strategi mengambil Time out yang pas oleh coach mereka.
Pertandingan kembali dilanjutkan, bola dikuasai oleh Riza dari smansa. Pak Budi memberi arahan untuk banyak passing sebelum melakukan eksekusi, lantas mereka mencobanya.
Riza Passing ke Alfian...
Alfian passing ke Adit...
Adit passing ke kudil,....
Kudil passing ke Diego...
Diego passing ke Pinguin...
Kemudian Pinguin mencetak 3 point untuk Smansa!! (Ini bohong, mana ada pinguin lagi maen basket, emang ini Air bud  versi pinguin kampret!),
Intinya mereka melakukan banyak passing dengan tujuan untuk memecah konsentrasi pemain lawan, dan cukup efektif! Smansa yang diawal pertandingan terlalu terburu-buru dalam mengeksekusi, sekarang mulai tenang. Gerakan-gerakan mereka hampir tidak ada yang sia-sia, yang sia-sia hanyalah.... mantan yang mengharap balikan dengan orang yang sudah punya.. punya anak dan istri (Nyambung aje nih -_-). Smansa mulai mengejar, pelan tapi pasti mereka terus mencoba, quarter 1 ditutup masih dengan keunggulan SMANTIKA 13-8.

"Kita pasti bisa mengejar, inget latihan kita selama ini" Riza terlihat begitu semangat, cucuran keringat bercampur air mineral yang diteguknya membasahi kerah jerseynya, namun matanya memancarkan seseorang yang gigih mengejar kemenangan. Pemain yang ada di bench pun tak henti-hentinya memberi dukungan, entah itu dengan doa, maupun dengan ungkapan semangat dari kata-kata mereka, seolah mereka mentransfer energi yang mereka punya untuk pemain yang bertanding. Pak Budi tak membuat perubahan strategi, hanya memberi beberapa masukan dalam defense, serta mengganti Diego dengan Amar bashobih, dari namanya saja kita tahu, bahwa Amar adalah ............. imigran gelap Arab Saudi.
PRIIIIIITTTTTTT!!! Quarter 2 dimulai, bola dikuasai para pemain Smansa.
SMANTIKA ternyata mampu membuat strategi yang cukup ampuh untuk membendung serangan Smansa dengan cara menjaga ketat target passing menggunakan man to man, alhasil Riza tak mampu membagi bola kepada teman-temannya, otomatis perolehan point kembali menjauh. Apalagi pemain nomor 5 semakin menjadi-jadi, dibantu dengan PG yang gerakannya sulit diprediksi karena kidal. SMANTIKA kembali memimpin 20-10.
Para pemain Smansa tak kehabisan akal, mereka memanfaatkan postur tinggi dari Amar untuk menguasai perebutan bola dibawah ring, mereka lebih berani memaksakan menembak dengan taruhan apabila tidak masuk Amar datang untuk mengambil bola liar hasil tembakan tersebut, dan efektif! pemain lawan tak mampu membendungnya, point kembali mendekat, 25-18 masih untuk SMANTIKA.
Penonton SMANTIKA kembali berteriak-teriak, sekarang lebih bertujuan untuk mengganggu konsentrasi dan mengganggu fokus tim Smansa, teriakan-teriakan seperti "12 Ganteng, 12 Ganteng" oleh suporter wanita begitu nyaring terdengar, memang godaan wanita sangatlah besar, mata Riza sedikit sedikit melirik ke arah wanita yang menyebutnya ganteng, fokusnya teralihkan dan dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain SMANTIKA untuk menjauh dari Smansa, skor 30-20 menjadi penutup quarter 2.

"Eh liat kan, gue akhirnya punya fans cewek juga"
"Bukan saatnya mikir itu bego, kita lagi ketinggalan!" Kudil memukul kepala Riza.
"Sekarang kita ganti strategi, Riza sekarang defense musuh menguntungkan buat kamu, anggap saja musuh yang menghalangi adalah lawan saat latihan one on one kamu pasti bisa melewatinya, kalau sudah lewat, musuh akan menutup, lalu kamu passing pada teman yang kosong, kalau tidak ada kamu eksekusi saja sendiri" Pak Budi memberi arahan, sembari menuliskannya di papan strategi. Riza hanya mengangguk-ngangguk, entah dia mengerti, entah tidak, entahlah..
Keringat bercucuran, pikiran tak karuan, hati terasa tak menentu dan penuh dengan keraguan. Jangankan para pemain yang bertanding di lapang, pemain yang duduk di bench pun terlihat begitu gugup, pertandingan kali ini memang terasa menegangkan.
"Inget za, kalo sekarang aja cewek-cewek nyorakin kamu pas lagi kalah, apalagi kalo menang, bisa lo pacarin tuh semua cewek!" Rama menghasut Riza yang tengah melakukan latihan shooting sebelum quarter 3 berlanjut, dia salah satu pemain Smansa. Mungkin Rama ini lebih baik jadi asisten pelatih ketimbang menjadi pemain, hasutannya memang TOP! padahal mana ada yang mau sama Riza? muka aja udah mirip toples astor.
"Wah bener-bener a" Riza terlihat begitu bangga dengan hasutan (re: tipuan Rama) kepada dirinya. Wajahnya begitu percaya diri, membayangkan nanti dirinya dikerubungi cewek-cewek yang minta tanda tangan pada dirinya, aduh jijay sekali membayangkannya pemirsaaaaaa.

PRIIIIIITTTTTT!!!! Peluit terdengar nyaring di ruangan yang menjadi saksi, tim mana yang akan melaju ke perempatfinal apakah SMANTIKA yang didukung oleh wanita wanita cantik, atau Smansa yang didukung oleh pinguin cantik? *Ngapa ada pinguin lagiii -_-
Wasit memberi tanda pada time table untuk menanyakan apakah waktu sudah siap atau belum, time table memberi isyarat siap dengan mengangkat jempol tangannya ke atas, quarter tiga di mulai dengan serangan Smansa.
Defense SMANTIKA terlihat tak ada perubahan, sesuai dengan instruksi Pak Budi, Riza lebih berani untuk menerobos masuk, kemampuan dribble nya mampu merepotkan pemain SMANTIKA, dia yang biasanya melakukan passing, sekarang lebih banyak melakukan eksekusi, drive in, sementara rekannya hanya menunggu diluar garis 3 point, bukan tanpa alasan, strategi ini bertujuan agar pemain lawan tidak menumpuk dan memberikan ruang untuk Riza melakukan akselerasi dan drive in. Strategi yang sangat efektif! Riza berada dalam kondisi terbaiknya, quarter ke tiga berjalan delapan menit, dia sudah menciptakan 10 point! ditambah lagi, dia melakukan provokasi saat defense pada pemain nomor 5, beberapa provokasi yang keluar dari mulutnya seperti "Bapak kamu Polwan ya?" (Ini mau provokasi apa gagal nyepik beda tipis). Skor akhirnya terkejar, 34-34! SMANTIKA time out.
"Nice, nice, nice, kalian hebat banget, strateginya sukses!" Septian alias kenti memberi semangat rekan-rekannya sembari memberi mereka minum.
"Mantap za, nomor 5 keliatan banget marah sama kamu, terus pancing emosinya pancing! *emangnya ikan maen pancing-pancing -_-*" Bayu juga tak ingin kalah dari rekan-rekan lainnya untuk memberi semangat.
Pemain Smansa terlihat masih cukup bugar, walau keringat terus bercucuran, mungkin inilah hasil latihan, tidak akan berbohong.
PRIIIITTTTTTTTT!!! Time out habis, para pemain kembali masuk ke lapangan. Nomor 5 dari SMANTIKA terlihat sinis menatap Riza, mungkin dia sudah benar-benar terpancing emosinya. pertandingan di mulai lagi dengan serangan SMANTIKA. Serangan yang dibuat tidak terlalu baik, sehingga bola mampu direbut oleh pemain Smansa, bukannya melakukan serangan balik yang cepat, pemain Smansa malah memainkan tempo lambat, bola ditahan oleh point guard mereka, Riza. "Tahan, tahan, kita buat pengejaran yang indah di akhir, biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau, tapi kitalah yang akan tertawa di akhir" Riza berteriak kepada teman-teman sekaligus musuhnya, sengaja untuk memprovokasi. Wajah para pemain SMANTIKA mulai tidak enak, tatapan mereka terlihat berfokus pada satu tujuan, hancurkan RIZA!! terutama pemain nomor 5 terlihat begitu kesal, namun inilah yang diharapkan Riza, semakin lawan emosi, semakin mereka tidak akan fokus.
Pertandingan semakin memanas, skor sama membuat pemain kedua tim semakin ngotot, Riza mencoba masuk menerobos defense lawan, namun pemain yang menjaga adit menutupnya, adit kosong! tanpa pikir panjang dia membuang bola menuju adit yang berdiri bebas di luar garis 3 point, dengan percaya diri yang tinggi dia menembak.... Bola berputar, melambung tinggi... BAAAAMMMMMM!!! Ring SMANTIKA berhasil di "koyak" oleh adit, dia mengepalkan tangannya, Riza menghampiri, badan mereka beradu sambil meloncat di udara, seperti teletubies yang akan berpisah, badan mereka beradu-adu, meluapkan rasa gembira. 34-37! menjadi penutup quarter ke tiga.
"BISA BISA BISA" tatapan pemain Smansa seolah berkata demikian, mata mereka terlihat bersemangat, keringat deras mengucur seolah pertanda semangat mereka tak pernah luntur.
"Ayo, sebelum menghadapi quarter terakhir kita berdoa, hanya satu jalan, satu harapan dan satu tujuan kita kesini, KEMENANGAN!" kali ini Kudil yang unjuk gigi dalam hal menyemangati rekan-rekannya. Teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" yang kemudian dibalas teriakan "HUUUUUUUUUU" dari pendukung SMANTIKA.
Quarter terakhir, serangan dibangun oleh para pemain SMANTIKA, yang ingin memperbesar margin dengan Smansa. Serangan mereka cukup baik, kali ini poros mereka bukan lagi pemain nomor 5 namun point guard kidal mereka, dia membagi bola dengan cukup baik, walaupun tidak membuat skor, namun mampu memberikan ruang untuk teman-temannya. Bola masuk dari free throw, sekarang saatnya Smansa menyerang. Riza meminta bola, namun dia sudah dijaga ketat oleh pemain nomor 5 dari SMANTIKA, kemanapun dia pergi, pemain nomor 5 ini selalu mengikuti. Riza tidak diberi kesempatan untuk mendapat bola, alhasil Kudil menjadi point guard sementara, passing-passing yang dilakukan pemain Smansa nampaknya cukup baik, namun itu tidak berlangsung lama, pemain SMANTIKA mampu membendung Smansa yang kehilangan point guard mereka yang dijaga ketat, di pinggir lapangan terlihat Pak Budi memberi instruksi pada Riza dan Alfian untuk melakukan pick and roll agar Riza bisa terlepas.
Kudil memainkan bola, passing kepada Adit, Riza masih ditempel dengan ketat oleh pemain nomor 5, dia berlari menuju pojok, Alfian sudah siap melakukan pick, Riza berlari mendekati Alfian, daaaannn... Bam!! Pemain nomor 5 langkahnya terhenti beberapa detik, Riza lepas!! Adit passing kepada Riza, pemain SMANTIKA menghadang, Riza melakukan fake seolah hendak melakukan shooting namun tidak, dia menerobos masuk, pemain SMANTIKA kembali menghadang, kali ini dia melakukan cross over, memindahkan dribble bola dari kanan ke kiri dengan cepat, langsung melakukan langkah lay up, langkah pertama... kedua... namun di depannya muncul pemain nomor 5, mereka berdua meloncat, Riza melepas bola... pemain nomor 5 mengayunkan tangannya, menghalangi agar bola tidak menuju ring, namun sia-sia! bola sudah lepas, malah ayunan tangannya mengenai tangan Riza, PRITTTT!! peluit wasit berbunyi, tangannya mengepal menandakan terjadi foul, bola masih melambung dan..... masuk!!! sekali lagi peluit wasit berbunyi, menandakan bola masuk dan terjadi foul, bahasa kerennya foul in (foul itu, kayak judul lagu yah, foul in love).
Riza yang terjatuh, mengepalkan tangannya, tidak lama teman-teman menghampiri, menyemangati dengan kata-kata mereka masing-masing. Tidak lama kemudian dia bangun, bersiap melakukan free throw, dan masuk!! "3 point play from 12 Majalengka!!" kurang lebih seperti itu yang dikatakan panitia.
Waktu tersisa tinggal satu menit lagi, skor menunjukan 40-43 untuk smansa, SMANTIKA sejak tertinggal terlihat mulai panik, mereka terlalu terburu-buru untuk melakukan finishing, entah itu shoot maupun lay up. Kesempatan terakhir SMANTIKA untuk menyerang, nomor 5 kosong tak terjaga diluar garis 3 point, dia menembak dan ...... tidak masuk!!!! bola di rebound oleh Lazuardy yang masuk menggantikan Kudil, dia passing pada Riza, Riza berlari sendirian, terus berlari namun ......... BAMMMM!!!!! Langkahnya dijegal dengan keras oleh pemain nomor 5 yang terlihat sangat kesal, Riza terjatuh, bukannya kesakitan, dia malah terlihat seperti orang yang berenang gaya dada! tangannya dibuka, kakinya juga... lalu bajunya...lalu celananya.. lalu pemain nomor 5 datang menghampiri... mereka saling suka, kemudian ML di tengah lapang... punya anak.... dan mereka bahagia...TAMAT.. (Ya enggak mungkinlah -___-)
Karena foul yang dilakukan oleh pemain nomor 5 SMANTIKA, Smansa mendapatkan free throw, Riza sebagai eksekutor hanya mampu memasukan satu bola, namun itu cukup untuk mengunci kemenangan Smansa... PRIIITT!!!! bunyi peluit dari wasit dan umpire menandakan perjuangan Smansa untuk mengejar kemenangan telah usai. Seluruh pemain Smansa berhamburan ke lapang, Kudil terlihat begitu semangat, dia merayakan kemenangan dengan berjoget ala Sule yang ketika dulu masih menjadi tren, sedangkan para oemain SMANTIKA terlihat menunduk, ketika melakukan salaman tanda fair play setelah pertandingan, pemain nomor 5 enggan bersalaman dengan Riza, dia malah bersembunyi di balik pelatihnya, "PROK PROK PROKKKKK" tepuk tangan dari para penonton semakin menambah rasa percaya diri para pemain Smansa, sebelum pulang, mereka melakukan doa, tidak lupa teriakan khas mereka "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" tak lupa mereka berfoto setelah pertandingan yang amat melelahkan bagi mereka, inilah fotonya

Besok merupakan pertandingan penentu, apakah mereka masuk Semifinal atau tidak, siapakah lawan mereka? Kita lihat bersama-sama...


8/20/2013


Hari Pertandingan.
Tim berkumpul pukul 10.00 bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, sebelum berangkat mereka berdoa kepada Allah SWT agar selamat sampai tujuan, sedangkan Pak Budi akan menyusul menggunakan tunggangannya yang khas... Honda Beat hitam. Perjalanan dari Majalengka menuju Kuningan menghabiskan waktu hampir satu setengah jam, membuat mereka kelelahan, namun tetap mereka dituntut untuk tetap fokus di pertandingan. Mereka hanya memiliki waktu sekitar 30 menit untuk beristirahat.
"Ini pertandingan kita, saatnya kita lakukan apa yang seharusnya kita lakukan, dua kata, KALAHKAN MEREKA!!!" Alfian menyemangati rekan-rekannya sebelum memulai pemanasan.
Sekilas terlihat, postur tubuh smansa dan Garawangi tidak terlalu jauh, relatif sama, soal skill? biar pertandingan yang memberikan jawaban.
PRIIIIITTT!! Wasit meniup peluit, menandakan waktu pemanasan telah habis, kedua tim menuju bench masing-masing.
Starting five dari smansa adalah Riza(12), Alfian(6), Yudi alias Kudil(10), Adit alias Dwiki(13), dan Diego alias Sukri*ini becanda(5), seperti biasa sebelum bertanding mereka berdo'a dan menyuarakan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" kemudian mereka masuk lapangan, semua mengambil posisinya masing-masing, Diego bersiap untuk melakukan jump ball musuhnya lebih tinggi sekitar 3 cm darinya, dan...... pertandingan pun dimulai.
Garawangi memangi jump ball, mereka mencoba memainkan tempo lambat, passing antar pemain terlihat begitu terjalin dengan baik, berbeda dengan smansa yang terlihat grogi, komunikasi belum berjalan dengan baik hingga mereka tertinggal 4-0. Smansa mencoba mengejar, dimotori oleh pemain nomor 12 sebagai pembagi bola cukup ampuh merusak pertahanan Garawangi, keahliannya menipu musuh menggunakan teknik pasing tanpa melihat/ no look pass memudahkan teman-temannya mencetak angka, sehingga keadaan berbalik menjadi 12-8. Smansa terlihat lebih pede dalam menyerang dan bertahan, sehingga mereka menjauh, hingga quarter ketiga skor menunjukan angka 32-20. Melihat timnya berada di atas angin, Pak Budi mencoba melakukan pertaruhan, pemain inti mereka diganti, hanya menyisakan Alfian dan Kudil di lapangan, yang paling mengejutkan adalah dimainkannya Irfan alias Preman, yang notabene masih baru dalam dunia basket.
Bayu yang menggantikan Riza sebagai pembagi bola, mencoba mencari celah, dia melakukan drive ke dalam, namun kesulitan, karena pemain Garawangi menutup pergerakannya, alhasil bola di passing ke luar kepada Preman. Preman memegan bola, rekan-rekannya berteriak "Shooting, Shooting" dia memang kosong, otaknya mulai kacau, antara shooting atau passing, pemain musuh mendekat mencoba menutup ruang tembaknya. Insting yang belum terasah membuat dia bingung, akhirnya dia memutuskan untuk menembak, bola terlihat melambung begitu tinggi..
waktu seakan terasa berhenti....
putaran bola begitu indah....
Badan Syahrini jauh lebih indah... (ini beneran indah, tapi gak nyambung)
Apalagi Body dari Miyabi begitu Indah...  *lalu yang membayangkan mimpi basah
dan.... BAM!!!! bola masuk, 3point dari Preman, amazing !! dia sendiri seolah tidak percaya, matanya seperti anak kecil yang diberi uang 1 milyiar, hampir tidak mungkin namun bisa saja terjadi.
Selanjutnya pertandingan berjalan monoton, namun masih di dominasi oleh smansa, PRIIIITTT!! bunyi peluit dari wasit dan umpire  menandakan pertandingan berakhir, Smansa menang dengan skor 40-28, Preman menjadi bintang, entah bintang sanepa entah bintang sobo, merk minuman semacam ale-ale.

Pertandingan kedua melawan SMA 3 Kuningan
Hari ini smansa dijadwalkan bertanding pukul 16.00 melawan SMA 3 Kuningan, sang tuan rumah! Letak sekolah mereka dengan tempat pertandingan sekitar 100 meter, bisa ditempuh dalam beberapa menit saja. Apalagi waktu pertandingan yang dilaksanakan sore hari, anak-anak sekolah sudah bubar, dipastikan sang tuan rumah siap didukung penuh oleh pendukungnya.

Koridor sekolah terlihat begitu ramai karena bel istirahat baru berbunyi lima menit yang lalu, anak-anak basket berkumpul di depan ruang UKS, bersiap untuk berangkat.
"Gimana nih, kita langsung berangkat?" Diego terlihat sudah tidak sabar untuk bermain (re: meninggalkan sekolah untuk tidak belajar)
"Tunggu dulu, Preman lagi ngurus dispensasi" Alfian menjawab
"Lama banget perasaan, gue kira udah dari pagi"
"Nunggu tanda tangan kepsek dulu go, tenang aja"
"Gimana nih, siap gak buat pertandingan sekarang?" Adit alias Dwiki mencoba mengalihkan pembicaraan, dia terlihat cukup gugup.
"Pasti siap, siap menang, siap diliatin cewek-cewek juga hahaha" Riza menjawab dengan Pede nya, membuat rekan-rekannya menyoraki dan tertawa bersama.
Ketika sedang bercanda dan tertawa, datanglah Preman bersama Septian alias Kentit.
"Prem gimana?" Alfian bertanya, tangannya masih menempel pada kepala Riza yang tersungkur karena di bully
"Kita gak dapat ijin, soalnya maen kan jam empat sore, sekarang masih jam sepuluh" Mendengar itu, semua perasaan pemain terasa dijatuhi bom atom, merusak mood mereka untuk bermain (re: meninggalkan pelajaran sekolah)
"Jadi, kapan kita boleh pulang?"
"Nanti aja katanya pulang sekolah jam dua sore"
"Ah TTTTAAAAAIIIIIIIIIIII!!!" Tiba-tiba Riza menjerit keras
"Sssstttt, kamu jangan gitu kita harus nerima keputusan sekolah"
"Bukan gitu yan, ini beneran tai, liat deh belakang kamu"
"........."
Setelah bermusyawarah mereka memutuskan untuk pergi pukul 12.00, dengan alasan ijin, bukan meminta dispensasi. Alhasil lagi-lagi mereka di cap jelek, padahal mereka memikirkan perjalanan menuju Kuningan cukup menguras tenaga, apalagi menggunakan motor, namun apa mau dikata? mereka adalah siswa sedangkan yang berwenang adalah guru.

Mereka akhirnya berangkat pukul 12.30 dibawah terik matahari yang begitu menyengat, panas menemani perjalanan mereka menuju Kuningan. Hanya Preman dan Diego yang memilih membawa motor, sedangkan sebagian lainnya naik mobil Bayu dan Lazuardy.
Perjalanan dilalui mereka dengan santai, daripada buru-buru takutnya mereka datang masih lama menuju waktu pertandingan. Preman dan Diego memilih berangkat terlebih dahulu, disusul mobil Bayu, kemudian Lazuardy.
Ketika Preman, Diego dan mobil Bayu sudah sampai di tempat tujuan, mobil Lazuardy tak kunjung tiba. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, tidak terasa, waktu menunjukan pukul 15.00, Bayu mengeluarkan HP nya, menelpon Alfian yang berada di mobil Lazuardy.
"Dimana?"
"Mobilnya mogok, mesinnya kepanasan, biasalah mobil tua"
"Kalau bisa dipercepat yan, kita udah mau main sekitar empat puluh menit lagi"
"Gimana mobil ini bay, berdoa aja biar cepet gak panas"
Waktu terasa begitu cepat, namun Alfian dkk tak kunjung tiba. Pak Budi menyuruh pemain yang sudah datang untuk segera ganti baju dan pemanasan, biarkan Alfian dll menyusul.
Priiiiiiittttt!!!!! Pertandingan sebelum Smansa telah selesai, namun Alfian dkk masih belum juga tiba! mereka mulai panik, beberapa pemain starter kemarin ada di mobil Lazuardy. Ketika Bayu akan menelpon Alfian lagi, akhirnya mereka datang sudah memakai sepatu. Wajah mereka terlihat panik, pucat, dan sedikit ragu. Apalagi setelah masuk Gor, mereka disambut dengan teriakan-teriakan yang memojokan dari suporter lawan "Pulang saja pulang, jauh-jauh dari Majalengka untuk kalah, mending pulang!!". Langkah mereka dipercepat untuk melewati tribun penonton menuju bench.
Seperti biasa, sebelum bertanding mereka berdoa dulu dan melakukan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" lalu terdengar teriakna "WUUUUUUUUUU" dari penonton.
Starting five Smansa sama sekali tidak ada perubahan, sama seperti pertandingan melawan Garawangi.
Satu persatu pemain berjalan menuju wasit dan umpire, menyalaminya satu persatu, tangan mereka terasa dingin, bukan karena udara disana, namun mereka grogi.
Diego bersiap untuk jump ball, dari pihak lawan pun siap, wasit memberi tanda kepada time table sudah siap atau belum, dan bola dilemparkan ke atas, pertandingan dimulai!!!

Berani


Hari Pertandingan.
Tim berkumpul pukul 10.00 bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, sebelum berangkat mereka berdoa kepada Allah SWT agar selamat sampai tujuan, sedangkan Pak Budi akan menyusul menggunakan tunggangannya yang khas... Honda Beat hitam. Perjalanan dari Majalengka menuju Kuningan menghabiskan waktu hampir satu setengah jam, membuat mereka kelelahan, namun tetap mereka dituntut untuk tetap fokus di pertandingan. Mereka hanya memiliki waktu sekitar 30 menit untuk beristirahat.
"Ini pertandingan kita, saatnya kita lakukan apa yang seharusnya kita lakukan, dua kata, KALAHKAN MEREKA!!!" Alfian menyemangati rekan-rekannya sebelum memulai pemanasan.
Sekilas terlihat, postur tubuh smansa dan Garawangi tidak terlalu jauh, relatif sama, soal skill? biar pertandingan yang memberikan jawaban.
PRIIIIITTT!! Wasit meniup peluit, menandakan waktu pemanasan telah habis, kedua tim menuju bench masing-masing.
Starting five dari smansa adalah Riza(12), Alfian(6), Yudi alias Kudil(10), Adit alias Dwiki(13), dan Diego alias Sukri*ini becanda(5), seperti biasa sebelum bertanding mereka berdo'a dan menyuarakan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" kemudian mereka masuk lapangan, semua mengambil posisinya masing-masing, Diego bersiap untuk melakukan jump ball musuhnya lebih tinggi sekitar 3 cm darinya, dan...... pertandingan pun dimulai.
Garawangi memangi jump ball, mereka mencoba memainkan tempo lambat, passing antar pemain terlihat begitu terjalin dengan baik, berbeda dengan smansa yang terlihat grogi, komunikasi belum berjalan dengan baik hingga mereka tertinggal 4-0. Smansa mencoba mengejar, dimotori oleh pemain nomor 12 sebagai pembagi bola cukup ampuh merusak pertahanan Garawangi, keahliannya menipu musuh menggunakan teknik pasing tanpa melihat/ no look pass memudahkan teman-temannya mencetak angka, sehingga keadaan berbalik menjadi 12-8. Smansa terlihat lebih pede dalam menyerang dan bertahan, sehingga mereka menjauh, hingga quarter ketiga skor menunjukan angka 32-20. Melihat timnya berada di atas angin, Pak Budi mencoba melakukan pertaruhan, pemain inti mereka diganti, hanya menyisakan Alfian dan Kudil di lapangan, yang paling mengejutkan adalah dimainkannya Irfan alias Preman, yang notabene masih baru dalam dunia basket.
Bayu yang menggantikan Riza sebagai pembagi bola, mencoba mencari celah, dia melakukan drive ke dalam, namun kesulitan, karena pemain Garawangi menutup pergerakannya, alhasil bola di passing ke luar kepada Preman. Preman memegan bola, rekan-rekannya berteriak "Shooting, Shooting" dia memang kosong, otaknya mulai kacau, antara shooting atau passing, pemain musuh mendekat mencoba menutup ruang tembaknya. Insting yang belum terasah membuat dia bingung, akhirnya dia memutuskan untuk menembak, bola terlihat melambung begitu tinggi..
waktu seakan terasa berhenti....
putaran bola begitu indah....
Badan Syahrini jauh lebih indah... (ini beneran indah, tapi gak nyambung)
Apalagi Body dari Miyabi begitu Indah...  *lalu yang membayangkan mimpi basah
dan.... BAM!!!! bola masuk, 3point dari Preman, amazing !! dia sendiri seolah tidak percaya, matanya seperti anak kecil yang diberi uang 1 milyiar, hampir tidak mungkin namun bisa saja terjadi.
Selanjutnya pertandingan berjalan monoton, namun masih di dominasi oleh smansa, PRIIIITTT!! bunyi peluit dari wasit dan umpire  menandakan pertandingan berakhir, Smansa menang dengan skor 40-28, Preman menjadi bintang, entah bintang sanepa entah bintang sobo, merk minuman semacam ale-ale.

Pertandingan kedua melawan SMA 3 Kuningan
Hari ini smansa dijadwalkan bertanding pukul 16.00 melawan SMA 3 Kuningan, sang tuan rumah! Letak sekolah mereka dengan tempat pertandingan sekitar 100 meter, bisa ditempuh dalam beberapa menit saja. Apalagi waktu pertandingan yang dilaksanakan sore hari, anak-anak sekolah sudah bubar, dipastikan sang tuan rumah siap didukung penuh oleh pendukungnya.

Koridor sekolah terlihat begitu ramai karena bel istirahat baru berbunyi lima menit yang lalu, anak-anak basket berkumpul di depan ruang UKS, bersiap untuk berangkat.
"Gimana nih, kita langsung berangkat?" Diego terlihat sudah tidak sabar untuk bermain (re: meninggalkan sekolah untuk tidak belajar)
"Tunggu dulu, Preman lagi ngurus dispensasi" Alfian menjawab
"Lama banget perasaan, gue kira udah dari pagi"
"Nunggu tanda tangan kepsek dulu go, tenang aja"
"Gimana nih, siap gak buat pertandingan sekarang?" Adit alias Dwiki mencoba mengalihkan pembicaraan, dia terlihat cukup gugup.
"Pasti siap, siap menang, siap diliatin cewek-cewek juga hahaha" Riza menjawab dengan Pede nya, membuat rekan-rekannya menyoraki dan tertawa bersama.
Ketika sedang bercanda dan tertawa, datanglah Preman bersama Septian alias Kentit.
"Prem gimana?" Alfian bertanya, tangannya masih menempel pada kepala Riza yang tersungkur karena di bully
"Kita gak dapat ijin, soalnya maen kan jam empat sore, sekarang masih jam sepuluh" Mendengar itu, semua perasaan pemain terasa dijatuhi bom atom, merusak mood mereka untuk bermain (re: meninggalkan pelajaran sekolah)
"Jadi, kapan kita boleh pulang?"
"Nanti aja katanya pulang sekolah jam dua sore"
"Ah TTTTAAAAAIIIIIIIIIIII!!!" Tiba-tiba Riza menjerit keras
"Sssstttt, kamu jangan gitu kita harus nerima keputusan sekolah"
"Bukan gitu yan, ini beneran tai, liat deh belakang kamu"
"........."
Setelah bermusyawarah mereka memutuskan untuk pergi pukul 12.00, dengan alasan ijin, bukan meminta dispensasi. Alhasil lagi-lagi mereka di cap jelek, padahal mereka memikirkan perjalanan menuju Kuningan cukup menguras tenaga, apalagi menggunakan motor, namun apa mau dikata? mereka adalah siswa sedangkan yang berwenang adalah guru.

Mereka akhirnya berangkat pukul 12.30 dibawah terik matahari yang begitu menyengat, panas menemani perjalanan mereka menuju Kuningan. Hanya Preman dan Diego yang memilih membawa motor, sedangkan sebagian lainnya naik mobil Bayu dan Lazuardy.
Perjalanan dilalui mereka dengan santai, daripada buru-buru takutnya mereka datang masih lama menuju waktu pertandingan. Preman dan Diego memilih berangkat terlebih dahulu, disusul mobil Bayu, kemudian Lazuardy.
Ketika Preman, Diego dan mobil Bayu sudah sampai di tempat tujuan, mobil Lazuardy tak kunjung tiba. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, tidak terasa, waktu menunjukan pukul 15.00, Bayu mengeluarkan HP nya, menelpon Alfian yang berada di mobil Lazuardy.
"Dimana?"
"Mobilnya mogok, mesinnya kepanasan, biasalah mobil tua"
"Kalau bisa dipercepat yan, kita udah mau main sekitar empat puluh menit lagi"
"Gimana mobil ini bay, berdoa aja biar cepet gak panas"
Waktu terasa begitu cepat, namun Alfian dkk tak kunjung tiba. Pak Budi menyuruh pemain yang sudah datang untuk segera ganti baju dan pemanasan, biarkan Alfian dll menyusul.
Priiiiiiittttt!!!!! Pertandingan sebelum Smansa telah selesai, namun Alfian dkk masih belum juga tiba! mereka mulai panik, beberapa pemain starter kemarin ada di mobil Lazuardy. Ketika Bayu akan menelpon Alfian lagi, akhirnya mereka datang sudah memakai sepatu. Wajah mereka terlihat panik, pucat, dan sedikit ragu. Apalagi setelah masuk Gor, mereka disambut dengan teriakan-teriakan yang memojokan dari suporter lawan "Pulang saja pulang, jauh-jauh dari Majalengka untuk kalah, mending pulang!!". Langkah mereka dipercepat untuk melewati tribun penonton menuju bench.
Seperti biasa, sebelum bertanding mereka berdoa dulu dan melakukan teriakan khas "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" "Sholi alih" lalu terdengar teriakna "WUUUUUUUUUU" dari penonton.
Starting five Smansa sama sekali tidak ada perubahan, sama seperti pertandingan melawan Garawangi.
Satu persatu pemain berjalan menuju wasit dan umpire, menyalaminya satu persatu, tangan mereka terasa dingin, bukan karena udara disana, namun mereka grogi.
Diego bersiap untuk jump ball, dari pihak lawan pun siap, wasit memberi tanda kepada time table sudah siap atau belum, dan bola dilemparkan ke atas, pertandingan dimulai!!!

8/17/2013


"Latihan hari ini cukup" ujar Pak Budi, coach dari tim basket smansa. 
Keringat terlihat masih deras mengalir dari pori-pori Alfian dkk, baju yang mereka kenakan untuk berlatih sudah seperti baju yang siap untuk dijemur, basah sekali.
"Semuanya sini kumpul. Turnamen sudah di depan mata, tinggal dua minggu lagi, jangan lengah! tetap semangat berlatih, fokus!" Pak Budi memberi kata-kata penyemangat pada team yang terlihat sangat kelelahan menjalani latihan. Sebelum bubar, tak lupa di akhir latihan selain penutup dari pelatih, ada juga penutup dari pemain, yang diakhiri dengan teriakan unik "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" yang dijawab "Sholi ali" oleh pemain lain. 

Latihan demi latihan yang diberikan Pak Budi cukup berat, mulai dari Sprint di tanjakan dekat sekolah, lari keliling sekolah 3x, yang jaraknya hampir tiga kilometer, Shooting berturut-turut selama 30 menit, dan masih banyak lagi. Hanya saja, kelemahan tim ini adalah kurangnya pengalaman. Seluruh siswa kelas XII tidak dibawa oleh Pak Budi, malah hampir setengah dari tim adalah siswa kelas X yang notabene masih hijau dalam perbasketan SMA, banyak yang meragukan tim ini, termasuk pihak sekolah sendiri.
"Bapak yakin tidak membawa satu pun pemain kelas XII?" Tanya Bu Dian, pembina basket.
"Saya yakin, tim ini butuh regenerasi" Jawab Pak Budi, tegas.
"Tapi pengalaman mereka kurang"
"Tapi skill mereka cukup dan saya percaya!" lalu Pak Budi meninggalkan Bu Dian, lalu Bu Dian mengejar Pak Budi, meraih tangannya dan meletakan tangan Pak Budi di dadanya, seraya berkata "I Love You" (Ini cerita apa telenovela!).
Singkat cerita, Pak Budi percaya dengan tim yang sekarang dia latih.

Tak terasa, dua minggu hampir berlalu, hari ini adalah jadwal pengambilan bagan pertandingan, siapa lawan yang akan dihadapi tim smansa, akan ditentukan hari ini.
Bel istirahat sekolah berbunyi, Alfian yang sebenarnya ditugasi untuk technical meeting sekaligus mengambil bagan pertandingan di Kuningan.
"Prem, lo aja yang berangkat ya, hari ini gue ada ulangan akutansi" Alfian menyuruh Irfan alias Cipong alias Preman alias Balganes (ini nama udah mirip teroris banyak beuth aliasnya) untuk menggantikannya.
"Gak mau kalau sendirian mah yan, gue pengen ada temen"
"Yaudah lo berangkat sama Riza aja"
"Tar, gue coba sms dia dulu yan" lalu irfan alias preman mengeluarkan nokia 5310 andalannya, lalu mengetik sms yang langsung dikirimkan kepada Riza.
"Za, dimanet?"
"Di Pakistan" Riza ini orangnya emang asal jeplak, kalo ngomong susah serius, kalo kalian ngsms dia nanya "dimana" harus siap-siap ngirim 2x, soalnya yang pertama pasti dijawab ngaco.
"Seriuz2zzt" Si Irfan mulai ke bentuk aslinya, dia alay.
"lagi di kantin, kenapa?"
"Anter aku yuk, ke kuningan"
"Aduh aku gak bisa, aku belum test pidato"
Riza pun tidak bisa, tiba-tiba datanglah sosok yang tak di duga-duga dialaahh..... Pak Tarno(Apa hubungannya, masa di sekolahan ada pak tarno) maksudnya Diego, dia menawarkan diri untuk pergi mengantar preman ke Kuningan, bukan karena dia ikhlas sih, cuman dia malas masuk jam pelajaran aja, biar dapet dispensasi (jangan ditiru, ini adegan dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman).

Perjalanan dari Majalengka ke Kuningan mereka lalui dengan santai, diiringi lagu reggae yang terlantun dengan santai, sesantai perjalanan mereka. Dalam perjalanan mereka berkhayal siapa lawan mereka di pertandingan pertama.
"Go, menurut lo siapa yang bakal jadi lawan kita pertama?" Preman bertanya, sembari menyetir tunggangan yang sangat dia sayangi, honda cb.
"Gak tau, yang jelas gue gak mau ketemu lawan-lawan yang kuat dulu"
"Siapa aja emang yang kuat?" Preman memang baru mengikuti turnamen seperti ini, malah dia juga baru lima bulan ikut latihan basket, tapi langsung terbawa tim, hebat kan? hebat.. tepuk tangan dulu dong *prok* udah sekali aja.
"Contohnya aja SMA 2 Cirebon (juara tahun kemarin), SMA 2 Kuningan (finalis), banyak lagi deh, SMA 2 Majalengka juga bagus, banget malah. Hampir semua bagus deh"
"jadi kita paling jelek go?"
"...." Diego terdiam, dia malah mengalihkan pembicaraan. Mungkin dia terhenyak dengan pertanyaan preman tadi, nusuk banget.. mungkin.

Tak terasa perjalanan dua jam Majalengka, Kuningan mereka telah lalui, mereka sampai di tempat techmit sekaligus tempat pertandingan nanti, Gor Ewangga.
Techmit dimulai pukul 13.00 namun sekarang masih pukul 12.45, masih sekitar 15 menit lagi, mereka memutuskan pergi membeli cemilan dan shalat. Melihat-lihat sekeliling, ternyata banyak juga pemain yang bertubuh lebih besar dari mereka, lebih tinggi, dan lebih ganteng (yang terakhir gak ada hubungannya, tapi serius yang lain pada ganteng-ganteng), mereka nambah minder, lagi.
Setelah panitia dan wasit memberikan pengarahan perihal pertandingan, akhirnya bagian paling mendebarkan tiba juga, pengambilan bagan pertandingan. SMA 2 Cirebon dan SMA 2 Kuningan mendapatkan sideed(gue juga gatau gimana nulisnya) intinya mereka dipisahkan di blok yang berbeda karena status mereka yang menjadi juara 1 dan 2. Untuk tim putra ada 20 SMA yang mengikuti turnamen, sedangkan putri hanya 11 tim (untuk tim putri smansa gak ngirimin). Tim pertama yang mendapat kesempatan untuk mengambil undian adalah SMA 1 Kuningan, terlihat seseorang tinggi berbadan agak gemuk berdiri, berjalan ke depan, lalu mengambil undian, dan hasilnya ....... mereka berada di blok yang sama dengan SMA 2 Cirebon, mimpi yang sangat buruk!. Kemudian tim-tim lain menyusul mengambil undian menentukan nasib mereka, termasuk smansa. Saat smansa dipanggil untuk mengambil undian, preman berdiri dengan kaki gemetar, detak jantung tak karuan, sekarang nasib teman-temannya ditangguhkan padanya. Langkahnya ragu, sedikit demi sedikit, tubuhnya mulai panas, keringat mulai mengucur, negara api datang menyerang (apasih). Dia mengambil undian, dan hasilnya ........ Mereka terlepas dari lubang jarum, smansa berbeda blok dengan tim kuat, hanya bertemu tuan rumah SMA 3 Kuningan di perdelapanfinal dan SMA 2 Kuningan di Semifinal.
Akhirnya mereka pulang membawa kabar gembira bagi teman-temannya yang sedang berlatih, pertandingan pertama melawan SMA Garawangi, dari Kabupaten Cirebon.


Titik


"Latihan hari ini cukup" ujar Pak Budi, coach dari tim basket smansa. 
Keringat terlihat masih deras mengalir dari pori-pori Alfian dkk, baju yang mereka kenakan untuk berlatih sudah seperti baju yang siap untuk dijemur, basah sekali.
"Semuanya sini kumpul. Turnamen sudah di depan mata, tinggal dua minggu lagi, jangan lengah! tetap semangat berlatih, fokus!" Pak Budi memberi kata-kata penyemangat pada team yang terlihat sangat kelelahan menjalani latihan. Sebelum bubar, tak lupa di akhir latihan selain penutup dari pelatih, ada juga penutup dari pemain, yang diakhiri dengan teriakan unik "Allahuma sholi ala sayyidina muhammad" yang dijawab "Sholi ali" oleh pemain lain. 

Latihan demi latihan yang diberikan Pak Budi cukup berat, mulai dari Sprint di tanjakan dekat sekolah, lari keliling sekolah 3x, yang jaraknya hampir tiga kilometer, Shooting berturut-turut selama 30 menit, dan masih banyak lagi. Hanya saja, kelemahan tim ini adalah kurangnya pengalaman. Seluruh siswa kelas XII tidak dibawa oleh Pak Budi, malah hampir setengah dari tim adalah siswa kelas X yang notabene masih hijau dalam perbasketan SMA, banyak yang meragukan tim ini, termasuk pihak sekolah sendiri.
"Bapak yakin tidak membawa satu pun pemain kelas XII?" Tanya Bu Dian, pembina basket.
"Saya yakin, tim ini butuh regenerasi" Jawab Pak Budi, tegas.
"Tapi pengalaman mereka kurang"
"Tapi skill mereka cukup dan saya percaya!" lalu Pak Budi meninggalkan Bu Dian, lalu Bu Dian mengejar Pak Budi, meraih tangannya dan meletakan tangan Pak Budi di dadanya, seraya berkata "I Love You" (Ini cerita apa telenovela!).
Singkat cerita, Pak Budi percaya dengan tim yang sekarang dia latih.

Tak terasa, dua minggu hampir berlalu, hari ini adalah jadwal pengambilan bagan pertandingan, siapa lawan yang akan dihadapi tim smansa, akan ditentukan hari ini.
Bel istirahat sekolah berbunyi, Alfian yang sebenarnya ditugasi untuk technical meeting sekaligus mengambil bagan pertandingan di Kuningan.
"Prem, lo aja yang berangkat ya, hari ini gue ada ulangan akutansi" Alfian menyuruh Irfan alias Cipong alias Preman alias Balganes (ini nama udah mirip teroris banyak beuth aliasnya) untuk menggantikannya.
"Gak mau kalau sendirian mah yan, gue pengen ada temen"
"Yaudah lo berangkat sama Riza aja"
"Tar, gue coba sms dia dulu yan" lalu irfan alias preman mengeluarkan nokia 5310 andalannya, lalu mengetik sms yang langsung dikirimkan kepada Riza.
"Za, dimanet?"
"Di Pakistan" Riza ini orangnya emang asal jeplak, kalo ngomong susah serius, kalo kalian ngsms dia nanya "dimana" harus siap-siap ngirim 2x, soalnya yang pertama pasti dijawab ngaco.
"Seriuz2zzt" Si Irfan mulai ke bentuk aslinya, dia alay.
"lagi di kantin, kenapa?"
"Anter aku yuk, ke kuningan"
"Aduh aku gak bisa, aku belum test pidato"
Riza pun tidak bisa, tiba-tiba datanglah sosok yang tak di duga-duga dialaahh..... Pak Tarno(Apa hubungannya, masa di sekolahan ada pak tarno) maksudnya Diego, dia menawarkan diri untuk pergi mengantar preman ke Kuningan, bukan karena dia ikhlas sih, cuman dia malas masuk jam pelajaran aja, biar dapet dispensasi (jangan ditiru, ini adegan dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman).

Perjalanan dari Majalengka ke Kuningan mereka lalui dengan santai, diiringi lagu reggae yang terlantun dengan santai, sesantai perjalanan mereka. Dalam perjalanan mereka berkhayal siapa lawan mereka di pertandingan pertama.
"Go, menurut lo siapa yang bakal jadi lawan kita pertama?" Preman bertanya, sembari menyetir tunggangan yang sangat dia sayangi, honda cb.
"Gak tau, yang jelas gue gak mau ketemu lawan-lawan yang kuat dulu"
"Siapa aja emang yang kuat?" Preman memang baru mengikuti turnamen seperti ini, malah dia juga baru lima bulan ikut latihan basket, tapi langsung terbawa tim, hebat kan? hebat.. tepuk tangan dulu dong *prok* udah sekali aja.
"Contohnya aja SMA 2 Cirebon (juara tahun kemarin), SMA 2 Kuningan (finalis), banyak lagi deh, SMA 2 Majalengka juga bagus, banget malah. Hampir semua bagus deh"
"jadi kita paling jelek go?"
"...." Diego terdiam, dia malah mengalihkan pembicaraan. Mungkin dia terhenyak dengan pertanyaan preman tadi, nusuk banget.. mungkin.

Tak terasa perjalanan dua jam Majalengka, Kuningan mereka telah lalui, mereka sampai di tempat techmit sekaligus tempat pertandingan nanti, Gor Ewangga.
Techmit dimulai pukul 13.00 namun sekarang masih pukul 12.45, masih sekitar 15 menit lagi, mereka memutuskan pergi membeli cemilan dan shalat. Melihat-lihat sekeliling, ternyata banyak juga pemain yang bertubuh lebih besar dari mereka, lebih tinggi, dan lebih ganteng (yang terakhir gak ada hubungannya, tapi serius yang lain pada ganteng-ganteng), mereka nambah minder, lagi.
Setelah panitia dan wasit memberikan pengarahan perihal pertandingan, akhirnya bagian paling mendebarkan tiba juga, pengambilan bagan pertandingan. SMA 2 Cirebon dan SMA 2 Kuningan mendapatkan sideed(gue juga gatau gimana nulisnya) intinya mereka dipisahkan di blok yang berbeda karena status mereka yang menjadi juara 1 dan 2. Untuk tim putra ada 20 SMA yang mengikuti turnamen, sedangkan putri hanya 11 tim (untuk tim putri smansa gak ngirimin). Tim pertama yang mendapat kesempatan untuk mengambil undian adalah SMA 1 Kuningan, terlihat seseorang tinggi berbadan agak gemuk berdiri, berjalan ke depan, lalu mengambil undian, dan hasilnya ....... mereka berada di blok yang sama dengan SMA 2 Cirebon, mimpi yang sangat buruk!. Kemudian tim-tim lain menyusul mengambil undian menentukan nasib mereka, termasuk smansa. Saat smansa dipanggil untuk mengambil undian, preman berdiri dengan kaki gemetar, detak jantung tak karuan, sekarang nasib teman-temannya ditangguhkan padanya. Langkahnya ragu, sedikit demi sedikit, tubuhnya mulai panas, keringat mulai mengucur, negara api datang menyerang (apasih). Dia mengambil undian, dan hasilnya ........ Mereka terlepas dari lubang jarum, smansa berbeda blok dengan tim kuat, hanya bertemu tuan rumah SMA 3 Kuningan di perdelapanfinal dan SMA 2 Kuningan di Semifinal.
Akhirnya mereka pulang membawa kabar gembira bagi teman-temannya yang sedang berlatih, pertandingan pertama melawan SMA Garawangi, dari Kabupaten Cirebon.


6/30/2013


            Pertama kali gue bikin Facebook sebenernya cuman ikut-ikutan temen doang, tapi lama-kelamaan jadi asik-asikan, entah mengapa gue bisa menghabiskan dua jam cuman buat mantengin beranda doang, sesekali gue juga bikin status, padahal apasih tujuannya kita bikin status? Menurut survey (padahal gue doang yang nentuin) update status itu bisa dikategorikan menjadi beberapa :
  1. Sesuai dengan hati, ciri-ciri : Galau atau alay-alay, contoh “Pusing banget, gatau harus gimana lagi bikin kamu peka *terus emot sedih 8 biji*” atau status yang alay-alayan sama pacarnya “Syueebb thanks for tonight thanks for everything.... iloveyousomuch :**** (ini asli temen gue yang bikin status)” itu emot apa buntut buaya. Berasa keren banget kayaknya update status pake bahasa inggris, biar kayak artis, padahal makan tahu petis aja ngutang.
  2. Pengen diperhatiin : Menonjolkan sakit atau marah-marah, contoh “Ya ampun, ini kepala berat banget, gakuat ya tuhan :(“ mungkin itu kepalanya kalo ditimbang nyampe 5 kwintal berat banget, padahal gue pikir efektif dia minum panadol, daripada update. Adalagi yang bikin status “Ya ampun, ini udah sakit banget perut :(“ gue pikir itu cewek belum boker 2 windu kali.
Hal lebih absurd adalah orang yang marah-marah dibikin status “ Set*tiiit* banget, gak ngerti perasaan aku apa, aku udah capek, oke kalo itu maunya kamu!!!” Padahal, dia ngetik, bikin status kayak gitu ngarep di komen orang doang, ngarep ada merhatiin “Yang sabar 3eeEea4pss” padahal aslinya boro-boro marah, dia ngetik itu aja sambil boker mungkin. Not always you read are true guys.
  1. Pamer dan pencitraan. Ini nih, yang lagi jadi tren-tren masa kini, kayaknya segala hal yang kita lakuin harus banget gitu kan di update,”Bobo cantik dulu ah” ato “Jum’atan dulu ah biar ganteng” kenapa gasekalian aja “SHALAT JENAZAH DULU AH, BIAR CEPET NYUSUL!!” ini aneh kan, orang-orang harusnya upgrade pemikiran mereka dulu, baru update.
Media social emang menuntut kita untuk meng-update segala hal yang kita lakukan, misalnya foursquare dan  instagram.
Foursquare itu 10% untuk memberitahukan kita dimana, 40% gaya-gayaan, 50% pamer ke orang-orang. Nih, dari riset yang gue lakuin dengan cara stalking orang-orang yang pake foursquare (Gue kepo atom au riset sih) rata-rata orang yang checkin itu di pantai, hotel, restoran, misalnya aja “ I’m at Sanur beach Bali w/ 3 others” keren kan keliatannya, tapi seperti kata gue diatas guys, Not always you read are true, itu sebenernya yang checkin bisa aja lagi dipinggir kali ciliwung, cuman gengsi kan, masa iya dia mau checkin “ I’m at Kali Ciliwung w/ 3 others” disangka lagi mandiin bebek yang ada.
Belum lagi instagram, segala hal yang mau, pas, dan setelah elo lakuin wajib difoto, lalu di share. Misalkan makan, mau makannya difoto dulu, pas makannya difoto dulu, udah beres makan difoto lagi. Harusnya itu juga berlaku buat orang yang mau bepergian lagi milih-milih baju, bajunya difoto dulu, pas dibajunya difoto, beres dibaju juga difoto juga. Selain itu, anak instagram ini udah mirip anak alay twiter gitu, semacam alay teriak alay, kalo di twitter ada #TeamFollowback #JFB #Mentiong #Follback, instagram juga ada #instapict #instaday #instaLove #Love ah, udah mirip slogan demo. Gue gak kebayang, kalo Pak SB*tiiit* bikin instagram, bukan twitter. Nanti kalo mau rapat, foto dulu, mau negoisasi perang foto dulu, mau boker juga foto dulu.
Gue sendiri gak bisa ngelak, kalo dulu pernah alay, iseng-iseng liat Facebook tahun 2009, baca status sendiri udah kayak olahraga mata aja, naek turun gunung!! Tulisan gue, gede-kecil, gede-kecil mirip-mirip tanjakanlah. Bukan itu aja, tulisan gue juga terkadang memiliki harkat, misalkan “S3maaaAa44anggaTTattt” itu a nya hamper 8 harkatlah. Jadinya jijay sendiri liat gue waktu dulu.
Iseng-iseng sendiri buka facebook, kata-kata yang pertama kali keluar adalah “APAKAH GUE DULU SEPARAH ITUUU???!!!” 

Update atau Upgrade


            Pertama kali gue bikin Facebook sebenernya cuman ikut-ikutan temen doang, tapi lama-kelamaan jadi asik-asikan, entah mengapa gue bisa menghabiskan dua jam cuman buat mantengin beranda doang, sesekali gue juga bikin status, padahal apasih tujuannya kita bikin status? Menurut survey (padahal gue doang yang nentuin) update status itu bisa dikategorikan menjadi beberapa :
  1. Sesuai dengan hati, ciri-ciri : Galau atau alay-alay, contoh “Pusing banget, gatau harus gimana lagi bikin kamu peka *terus emot sedih 8 biji*” atau status yang alay-alayan sama pacarnya “Syueebb thanks for tonight thanks for everything.... iloveyousomuch :**** (ini asli temen gue yang bikin status)” itu emot apa buntut buaya. Berasa keren banget kayaknya update status pake bahasa inggris, biar kayak artis, padahal makan tahu petis aja ngutang.
  2. Pengen diperhatiin : Menonjolkan sakit atau marah-marah, contoh “Ya ampun, ini kepala berat banget, gakuat ya tuhan :(“ mungkin itu kepalanya kalo ditimbang nyampe 5 kwintal berat banget, padahal gue pikir efektif dia minum panadol, daripada update. Adalagi yang bikin status “Ya ampun, ini udah sakit banget perut :(“ gue pikir itu cewek belum boker 2 windu kali.
Hal lebih absurd adalah orang yang marah-marah dibikin status “ Set*tiiit* banget, gak ngerti perasaan aku apa, aku udah capek, oke kalo itu maunya kamu!!!” Padahal, dia ngetik, bikin status kayak gitu ngarep di komen orang doang, ngarep ada merhatiin “Yang sabar 3eeEea4pss” padahal aslinya boro-boro marah, dia ngetik itu aja sambil boker mungkin. Not always you read are true guys.
  1. Pamer dan pencitraan. Ini nih, yang lagi jadi tren-tren masa kini, kayaknya segala hal yang kita lakuin harus banget gitu kan di update,”Bobo cantik dulu ah” ato “Jum’atan dulu ah biar ganteng” kenapa gasekalian aja “SHALAT JENAZAH DULU AH, BIAR CEPET NYUSUL!!” ini aneh kan, orang-orang harusnya upgrade pemikiran mereka dulu, baru update.
Media social emang menuntut kita untuk meng-update segala hal yang kita lakukan, misalnya foursquare dan  instagram.
Foursquare itu 10% untuk memberitahukan kita dimana, 40% gaya-gayaan, 50% pamer ke orang-orang. Nih, dari riset yang gue lakuin dengan cara stalking orang-orang yang pake foursquare (Gue kepo atom au riset sih) rata-rata orang yang checkin itu di pantai, hotel, restoran, misalnya aja “ I’m at Sanur beach Bali w/ 3 others” keren kan keliatannya, tapi seperti kata gue diatas guys, Not always you read are true, itu sebenernya yang checkin bisa aja lagi dipinggir kali ciliwung, cuman gengsi kan, masa iya dia mau checkin “ I’m at Kali Ciliwung w/ 3 others” disangka lagi mandiin bebek yang ada.
Belum lagi instagram, segala hal yang mau, pas, dan setelah elo lakuin wajib difoto, lalu di share. Misalkan makan, mau makannya difoto dulu, pas makannya difoto dulu, udah beres makan difoto lagi. Harusnya itu juga berlaku buat orang yang mau bepergian lagi milih-milih baju, bajunya difoto dulu, pas dibajunya difoto, beres dibaju juga difoto juga. Selain itu, anak instagram ini udah mirip anak alay twiter gitu, semacam alay teriak alay, kalo di twitter ada #TeamFollowback #JFB #Mentiong #Follback, instagram juga ada #instapict #instaday #instaLove #Love ah, udah mirip slogan demo. Gue gak kebayang, kalo Pak SB*tiiit* bikin instagram, bukan twitter. Nanti kalo mau rapat, foto dulu, mau negoisasi perang foto dulu, mau boker juga foto dulu.
Gue sendiri gak bisa ngelak, kalo dulu pernah alay, iseng-iseng liat Facebook tahun 2009, baca status sendiri udah kayak olahraga mata aja, naek turun gunung!! Tulisan gue, gede-kecil, gede-kecil mirip-mirip tanjakanlah. Bukan itu aja, tulisan gue juga terkadang memiliki harkat, misalkan “S3maaaAa44anggaTTattt” itu a nya hamper 8 harkatlah. Jadinya jijay sendiri liat gue waktu dulu.
Iseng-iseng sendiri buka facebook, kata-kata yang pertama kali keluar adalah “APAKAH GUE DULU SEPARAH ITUUU???!!!” 

6/21/2013



Belum disebut cowok banget kalo gabisa maenin alat musik, dan gue salah satu orang yang belum menjadi cowok banget. FYI aja, boro-boro maenin gitar, maenin sapu aja gue sumbang!!
“Ja, kamu mending belajar gitar gih” Radit, pemain Band terkenal di komplek jalan suma, ngasih gue saran, dengan gaya khasnya, yaitu rambut yang udah mirip mie burung dara rasa tempe bacem.
“Ogah ah, ngapain juga, nanti jari-jari gue keriput-keriput”
            “Cewek cantik biasanya suka sama cowok yang pinter maen musik bego”
 “Oke kalo kamu maksa, gue akan belajar.”
Didorong rasa “biar cewek cantik tertarik sama gue” yang tinggi akhirnya gue membulatkan lembar jawaban. Salah-salah, maksudnya membulatkan tekad buat belajar alat musik. Sebelum belajar, ada baiknya gue milih-milih dulu alat apa yang pantes buat gue pelajarin.
Menurut gue, maenin drum adalah hal yang (kelihatannya) paling mudah dilakukan dan dipelajari, tinggal gebug-gebug aja drumnya pake stik. Tapi pas gue coba sendiri, bunyinya beda sendiri, kalau drum biasanya DUGDUGDUG gue malah yang dengernya masuk UGDUGDUGD saking parahnya skill gue maenin alat kelamin (ini cerita dewasa atau cerita apaan sih).
Kalo orang lain yang maeninnya cewek-cewek mungkin teriak “KYAKYA Gilaa keren BANGETTT”
Pas denger gue yang maeninnya mungkin cewek-cewek teriaknya sedikit berbeda “WOOOYYY ELU MAU ngerencanain PEMBUNUHAN BERENCANA YAAAA!!!!! BIKIN TELINGA SEMUA YANG DENGER RUSAK!!”. Mungkin emang gue lebih berbakat jadi tukang gebug sapi sampe berubah jadi abon, daripada gebug drum.
“Radit, aku gak yakin bisa jadi pemain band” gue sedikit frustasi
“Percayalah dik (Nama panggilan gue) kamu pasti bisa” Radit coba ngeyakinin gue
“Tapi gue rasa cukup, gue gamau bikin orang lain terluka lagi gara-gara gue”
“Dik, liat wajah gue” Kemudian kita berdua saling tatap-tatapan gitu, kemudian dia pegang pundak gue, sedikit demi sedikit menggerayangi tubuh gue, dan gue pasrah aja. Okee, ini bercanda.
Gue memutuskan untuk menjadi pemain gitar, walaupun dulu pernah maenin gitar keponakan gue yang masih kecil, yang warna pink dan bergambar power ranger, senarnya langsung putus pas gue petik, tapi itulah proses pembelajaran.
Temen gue yang lain namanya Adrin, bokapnya jago banget maen gitar, menurut rumor yang beredar sih pas dulu SMA bokapnya jadi gitaris terbaik se Dayeuh kolot.. saingannya anak SD semua sih. Gue memutuskan untuk belajar dari bokapnya Adrin, selain karena prestasinya dulu dia juara, alasan lain gue milih belajar gitar disana adalah…. GRATIS.
Pertama kali gue liat bokapnya Adrin maenin gitar, BEUUUUHHHHH udah kayak kesurupan hantunya SLASH, edan bangettttt !!! gabisa bayangin kalau gue yang maeninnya mungkin kesurupan hantu SMASH.
“Ade namanya siapa?” bokapnya adrin nanya
“Riza om”
“Udah pernah maen gitar sebelumnya?”
“Belum pernah om, paling nyoba-nyoba dulu pake sapu, senarnya pake gelasan layangan” kemudian wajah bokapnya Adrin kayak orang yang nahan biar gaketawa, kayak Afgan mau bokerlah.
Dengan sabar, bokapnya Adrin ngajarin gue. Gue heran, pas gue maen gitar, suara yang keluar tuh bukan JRENG tapi KREK KREK, udah kayak gitar pake senar dari gelasan layangan cap hidung belang!!
Ade nya si Adrin, ngetawain gue pas maen gitar, gue cuman bales senyum-senyum aja, dalam hati sebenernya “ANAK KECIL NGETAWAIN, GUE GORENG JADI PINDANG BARU TAU RASA”
Bokapnya Adrin udah kayak memiliki kepribadian ganda gitu, kalo lagi maen lagu metal seketika berubah menjadi SLASH, wajahnya bule-bule Palestina gimana gitu, kayaknya kalo dia maen di kuburan pun setan-setan pada bangun terus ikut dugem. Kalo lagi maenin lagu mellow, berubah jadi CAKRA KHAN, Cakra Khan versi emperannya, menurut gue setan-setan aja ngedengernya udah pada mewek-mewek gitulah.
Sekarang, gimana kalo gue yang maenin gitar di kuburan? Mungkin setan-setan pada bangkit dan berteriak “ AYO KITA BANGUN, SANGKAKALA UDAH DITIUP”.
“Sekarang kita coba latihan pake lagu ya, maunya lagu apa?” sambil istirahat sebentar, bokapnya Adrin nanya ke gue.
Gue mikir sejenak, lagu apa ya yang gampang tapi keren? Terpikir oleh gue buat nyanyi lagu Bondan yang judulnya “SI LUMBA-LUMBA”, sekalian bikin video klipnya, kita bawa ade si Adrin yang ngetawain gue daritadi. Bukan.. bukan, gue bukan mau jadiin ade nya Lumba-lumba, tapi MAKANAN LUMBA-LUMBA!!! Tapi gue sadar, bokapnya gak akan ngizinin gue buat melakukan tindakan yang SEHARUSNYA.
Akhirnya gue inget, lagu paling gampang itu ya KUBURAN BAND yang judulnya LUPA-LUPA INGAT. Kalo gasalah kunci nya cuman C A minor D minor ke G ke C  terus kayak gitu sampe boboho gak botak lagi.
Kata bokapnya Adrin, gue ada peningkatan, nada pas gue metik gitar suaranya udah JRENG, jari-jarinya mulai kuat, wajahnya makin ganteng (?). Yang terakhir yang paling pesat peningkatannya.

Eniway walaupun udah berlatih dan akhirnya udah cukup bisa maenin gitar, gue udah nimbang baik buruknya dan gue rasa mending gue gak maen alat musik deh, serangkaian pikiran gue tentang dampak negatif gue maen alat musik lebih banyak kayaknya. Jadi Vokalis? Gue nafas aja udah kayak granat meledak, gimana kalo nyanyi. Foto yang diatas? itumah modus doang, pas gue baru pembukaan aja, penonton pada lari terbirit-birit sambil teriak "MENGAPA COBAAN SEBERAT INIIII!!".

Alat musik... Sangkakala.



Belum disebut cowok banget kalo gabisa maenin alat musik, dan gue salah satu orang yang belum menjadi cowok banget. FYI aja, boro-boro maenin gitar, maenin sapu aja gue sumbang!!
“Ja, kamu mending belajar gitar gih” Radit, pemain Band terkenal di komplek jalan suma, ngasih gue saran, dengan gaya khasnya, yaitu rambut yang udah mirip mie burung dara rasa tempe bacem.
“Ogah ah, ngapain juga, nanti jari-jari gue keriput-keriput”
            “Cewek cantik biasanya suka sama cowok yang pinter maen musik bego”
 “Oke kalo kamu maksa, gue akan belajar.”
Didorong rasa “biar cewek cantik tertarik sama gue” yang tinggi akhirnya gue membulatkan lembar jawaban. Salah-salah, maksudnya membulatkan tekad buat belajar alat musik. Sebelum belajar, ada baiknya gue milih-milih dulu alat apa yang pantes buat gue pelajarin.
Menurut gue, maenin drum adalah hal yang (kelihatannya) paling mudah dilakukan dan dipelajari, tinggal gebug-gebug aja drumnya pake stik. Tapi pas gue coba sendiri, bunyinya beda sendiri, kalau drum biasanya DUGDUGDUG gue malah yang dengernya masuk UGDUGDUGD saking parahnya skill gue maenin alat kelamin (ini cerita dewasa atau cerita apaan sih).
Kalo orang lain yang maeninnya cewek-cewek mungkin teriak “KYAKYA Gilaa keren BANGETTT”
Pas denger gue yang maeninnya mungkin cewek-cewek teriaknya sedikit berbeda “WOOOYYY ELU MAU ngerencanain PEMBUNUHAN BERENCANA YAAAA!!!!! BIKIN TELINGA SEMUA YANG DENGER RUSAK!!”. Mungkin emang gue lebih berbakat jadi tukang gebug sapi sampe berubah jadi abon, daripada gebug drum.
“Radit, aku gak yakin bisa jadi pemain band” gue sedikit frustasi
“Percayalah dik (Nama panggilan gue) kamu pasti bisa” Radit coba ngeyakinin gue
“Tapi gue rasa cukup, gue gamau bikin orang lain terluka lagi gara-gara gue”
“Dik, liat wajah gue” Kemudian kita berdua saling tatap-tatapan gitu, kemudian dia pegang pundak gue, sedikit demi sedikit menggerayangi tubuh gue, dan gue pasrah aja. Okee, ini bercanda.
Gue memutuskan untuk menjadi pemain gitar, walaupun dulu pernah maenin gitar keponakan gue yang masih kecil, yang warna pink dan bergambar power ranger, senarnya langsung putus pas gue petik, tapi itulah proses pembelajaran.
Temen gue yang lain namanya Adrin, bokapnya jago banget maen gitar, menurut rumor yang beredar sih pas dulu SMA bokapnya jadi gitaris terbaik se Dayeuh kolot.. saingannya anak SD semua sih. Gue memutuskan untuk belajar dari bokapnya Adrin, selain karena prestasinya dulu dia juara, alasan lain gue milih belajar gitar disana adalah…. GRATIS.
Pertama kali gue liat bokapnya Adrin maenin gitar, BEUUUUHHHHH udah kayak kesurupan hantunya SLASH, edan bangettttt !!! gabisa bayangin kalau gue yang maeninnya mungkin kesurupan hantu SMASH.
“Ade namanya siapa?” bokapnya adrin nanya
“Riza om”
“Udah pernah maen gitar sebelumnya?”
“Belum pernah om, paling nyoba-nyoba dulu pake sapu, senarnya pake gelasan layangan” kemudian wajah bokapnya Adrin kayak orang yang nahan biar gaketawa, kayak Afgan mau bokerlah.
Dengan sabar, bokapnya Adrin ngajarin gue. Gue heran, pas gue maen gitar, suara yang keluar tuh bukan JRENG tapi KREK KREK, udah kayak gitar pake senar dari gelasan layangan cap hidung belang!!
Ade nya si Adrin, ngetawain gue pas maen gitar, gue cuman bales senyum-senyum aja, dalam hati sebenernya “ANAK KECIL NGETAWAIN, GUE GORENG JADI PINDANG BARU TAU RASA”
Bokapnya Adrin udah kayak memiliki kepribadian ganda gitu, kalo lagi maen lagu metal seketika berubah menjadi SLASH, wajahnya bule-bule Palestina gimana gitu, kayaknya kalo dia maen di kuburan pun setan-setan pada bangun terus ikut dugem. Kalo lagi maenin lagu mellow, berubah jadi CAKRA KHAN, Cakra Khan versi emperannya, menurut gue setan-setan aja ngedengernya udah pada mewek-mewek gitulah.
Sekarang, gimana kalo gue yang maenin gitar di kuburan? Mungkin setan-setan pada bangkit dan berteriak “ AYO KITA BANGUN, SANGKAKALA UDAH DITIUP”.
“Sekarang kita coba latihan pake lagu ya, maunya lagu apa?” sambil istirahat sebentar, bokapnya Adrin nanya ke gue.
Gue mikir sejenak, lagu apa ya yang gampang tapi keren? Terpikir oleh gue buat nyanyi lagu Bondan yang judulnya “SI LUMBA-LUMBA”, sekalian bikin video klipnya, kita bawa ade si Adrin yang ngetawain gue daritadi. Bukan.. bukan, gue bukan mau jadiin ade nya Lumba-lumba, tapi MAKANAN LUMBA-LUMBA!!! Tapi gue sadar, bokapnya gak akan ngizinin gue buat melakukan tindakan yang SEHARUSNYA.
Akhirnya gue inget, lagu paling gampang itu ya KUBURAN BAND yang judulnya LUPA-LUPA INGAT. Kalo gasalah kunci nya cuman C A minor D minor ke G ke C  terus kayak gitu sampe boboho gak botak lagi.
Kata bokapnya Adrin, gue ada peningkatan, nada pas gue metik gitar suaranya udah JRENG, jari-jarinya mulai kuat, wajahnya makin ganteng (?). Yang terakhir yang paling pesat peningkatannya.

Eniway walaupun udah berlatih dan akhirnya udah cukup bisa maenin gitar, gue udah nimbang baik buruknya dan gue rasa mending gue gak maen alat musik deh, serangkaian pikiran gue tentang dampak negatif gue maen alat musik lebih banyak kayaknya. Jadi Vokalis? Gue nafas aja udah kayak granat meledak, gimana kalo nyanyi. Foto yang diatas? itumah modus doang, pas gue baru pembukaan aja, penonton pada lari terbirit-birit sambil teriak "MENGAPA COBAAN SEBERAT INIIII!!".

5/28/2013


"Selamat Anda diterima di Universitas....... Jurusan......."
"Maaf Anda tidak lolos SNMPTN 2013"

"Panas" itulah yang gue rasain pas ngeliat pengumuman SNMPTN 2013.Kenapa gue kasih tanda kutip di bagian "panas"? gimana gak panas coba, gue buka itu pas jam 12 siang di tengah gurun sahara diatas onta.. lah(?). Gue emang ngarep banget, pas masukin ID nomor sama tanggal lahir kalimat pertama yang muncul, tapi kenyataan emang gak selamanya manis, yang manis mah cuman senyuman gue.. ekhem.

Ngeliat temlen tuiter itu ibarat gue ikutan judi togel. Nomor gue gak keluar, sedangkan orang lain keluar. Jujur aja gue iri sama yang keterima; mereka bisa bikin orang tua bangga lebih cepat. Sedangkan gue? gue malah bikin mereka kecewa, kecewa ngeliat anak sendiri yang udah dikasih fasilitas, biaya, dan segalanya malah gak keterima, apalagi kalau inget masa-masa dimana gue belum bisa apa-apa, mereka selalu bimbing, dan berdiri dengan tegap disamping, inget tangisan ibu juga, gak tega, kalau bisa, gue bakal buang ini muka. 

Terlintas di pikiran gue, mau coba bunuh diri aja, tapi gue mikir ulang, temen-temen gue itu gak ada 2,3,4,5,6,7 nya lah top banget, lebih dari iklan top coffee iwan fals si mo3dHh. Masa iya gue bakal bunuh diri ninggalin temen-temen gue dan nantinya gue bakal temenan sama setan-setan, misalnya:
1. Pocong
2. Suster Ngesot
3. Hantu Jamu Gendong
4. Setan Budeg
5. Kuntilanak
6. Iblis Lumpia Basah
7. Kolor ijo berbulu domba
8. Setan tek-tek

Ngeliat daftarnya aja gue udah ngeri, gimana ntar kalo beneran jadi? gak kebayang kalo gue lagi marahan sama si iblis lumpia basah, gue bakal diguyur kuah lumpia mungkin.. Kalau liat setan di layar lebar mah emang asik. gimana gak asik coba, kalau kita temenan sama setan budeg, tapi setannya Dewi Persik? ajigileee, gue bakal ngajak dia bikin adegan panas tuh... renang diatas aspal basah..

Fokus ke SNMPTN tadi, banyak banget kalimat yang gue baca "Gapapa kok, masih banyak kesempatan, kan 1001 jalan menuju Roma" gue mikir ulang, kalo lewat rancaekek bisa gak yah ke Roma? kalau jalan pramuka bisa gak yah? aaah, susah sih sama otak gue yang terlalu cerdas kayak gini. Adalagi yang ngasih semangat ke gue "PTN sama PTS sama aja kok, tergantung kitanya" dalem hati gue ngomong ke diri  sendiri "Kenapa gak kita tuker tempat aja, gue ke PTN elu ke PTS" seketika itu pula gue ditampar sama kenyataan. 

Buat temen-temen yang sekarang udah tinggal julurin lidah, megang kuping kanan kiri pake tangan, pasang muka nyebelin buat temen-temen yang belum lulus SNMPTN, mungkin kalian cuman bisa bantu do'a doang, kalau harta gue gak yakin.. Kalianlah yang sekarang jadi motivasi kami, yang belum lulus SNMPTN, gue ucapin selamat. Yang belum lulus, ayo kita berkompetisi secara sehat, dengan cara minum susu 7x dalam 1 menit !!! Gue yakin, jalan itu bercabang, ada yang penuh jalan rintang yang menghadang. Sugesti!!! kita memiliki kehendak mengatur frekuensi untuk memancarkan sinyal sukses dalam hidup kita, jangan putus asaa!! Gue pernah baca di buku (komik sih sebenernya, cuman biar keliatan pinter nulisnya buku) "Suatu hal yang pantas diberikan untuk orang yang berkembang adalah kegagalan di waktu yang tepat" Kalian artikan sendiri aja, kutipan tadi.

Kalau tulisan gue acak-acakan maaf yaa, ini cuman karangan yang banyak fiksinya, dari gue yang ganteng ini. Gue juga sempet mikir, mungkin bakal susah lagi ketemu temen-temen yang baik banget ke gue kek sekarang, namun maaf guys kayaknya  sebentar lagi, gue bakal mengasingkan diri ke planet namex buat beberapa waktu yang gak ditentuin. Buat yang terakhir, gue emang gak pinter, gak tajir, cuman 1 kelebihan gue. Gue tipe cowo para wanita.. ekheem. 


Nomor Togel Nasional


"Selamat Anda diterima di Universitas....... Jurusan......."
"Maaf Anda tidak lolos SNMPTN 2013"

"Panas" itulah yang gue rasain pas ngeliat pengumuman SNMPTN 2013.Kenapa gue kasih tanda kutip di bagian "panas"? gimana gak panas coba, gue buka itu pas jam 12 siang di tengah gurun sahara diatas onta.. lah(?). Gue emang ngarep banget, pas masukin ID nomor sama tanggal lahir kalimat pertama yang muncul, tapi kenyataan emang gak selamanya manis, yang manis mah cuman senyuman gue.. ekhem.

Ngeliat temlen tuiter itu ibarat gue ikutan judi togel. Nomor gue gak keluar, sedangkan orang lain keluar. Jujur aja gue iri sama yang keterima; mereka bisa bikin orang tua bangga lebih cepat. Sedangkan gue? gue malah bikin mereka kecewa, kecewa ngeliat anak sendiri yang udah dikasih fasilitas, biaya, dan segalanya malah gak keterima, apalagi kalau inget masa-masa dimana gue belum bisa apa-apa, mereka selalu bimbing, dan berdiri dengan tegap disamping, inget tangisan ibu juga, gak tega, kalau bisa, gue bakal buang ini muka. 

Terlintas di pikiran gue, mau coba bunuh diri aja, tapi gue mikir ulang, temen-temen gue itu gak ada 2,3,4,5,6,7 nya lah top banget, lebih dari iklan top coffee iwan fals si mo3dHh. Masa iya gue bakal bunuh diri ninggalin temen-temen gue dan nantinya gue bakal temenan sama setan-setan, misalnya:
1. Pocong
2. Suster Ngesot
3. Hantu Jamu Gendong
4. Setan Budeg
5. Kuntilanak
6. Iblis Lumpia Basah
7. Kolor ijo berbulu domba
8. Setan tek-tek

Ngeliat daftarnya aja gue udah ngeri, gimana ntar kalo beneran jadi? gak kebayang kalo gue lagi marahan sama si iblis lumpia basah, gue bakal diguyur kuah lumpia mungkin.. Kalau liat setan di layar lebar mah emang asik. gimana gak asik coba, kalau kita temenan sama setan budeg, tapi setannya Dewi Persik? ajigileee, gue bakal ngajak dia bikin adegan panas tuh... renang diatas aspal basah..

Fokus ke SNMPTN tadi, banyak banget kalimat yang gue baca "Gapapa kok, masih banyak kesempatan, kan 1001 jalan menuju Roma" gue mikir ulang, kalo lewat rancaekek bisa gak yah ke Roma? kalau jalan pramuka bisa gak yah? aaah, susah sih sama otak gue yang terlalu cerdas kayak gini. Adalagi yang ngasih semangat ke gue "PTN sama PTS sama aja kok, tergantung kitanya" dalem hati gue ngomong ke diri  sendiri "Kenapa gak kita tuker tempat aja, gue ke PTN elu ke PTS" seketika itu pula gue ditampar sama kenyataan. 

Buat temen-temen yang sekarang udah tinggal julurin lidah, megang kuping kanan kiri pake tangan, pasang muka nyebelin buat temen-temen yang belum lulus SNMPTN, mungkin kalian cuman bisa bantu do'a doang, kalau harta gue gak yakin.. Kalianlah yang sekarang jadi motivasi kami, yang belum lulus SNMPTN, gue ucapin selamat. Yang belum lulus, ayo kita berkompetisi secara sehat, dengan cara minum susu 7x dalam 1 menit !!! Gue yakin, jalan itu bercabang, ada yang penuh jalan rintang yang menghadang. Sugesti!!! kita memiliki kehendak mengatur frekuensi untuk memancarkan sinyal sukses dalam hidup kita, jangan putus asaa!! Gue pernah baca di buku (komik sih sebenernya, cuman biar keliatan pinter nulisnya buku) "Suatu hal yang pantas diberikan untuk orang yang berkembang adalah kegagalan di waktu yang tepat" Kalian artikan sendiri aja, kutipan tadi.

Kalau tulisan gue acak-acakan maaf yaa, ini cuman karangan yang banyak fiksinya, dari gue yang ganteng ini. Gue juga sempet mikir, mungkin bakal susah lagi ketemu temen-temen yang baik banget ke gue kek sekarang, namun maaf guys kayaknya  sebentar lagi, gue bakal mengasingkan diri ke planet namex buat beberapa waktu yang gak ditentuin. Buat yang terakhir, gue emang gak pinter, gak tajir, cuman 1 kelebihan gue. Gue tipe cowo para wanita.. ekheem. 


5/17/2013


Sore hari ditemani kopi yang aku seruput sesekali, menikmati indahnya senja, membayangkan disana diri ini berdiri menatap bangunan kokoh nan tinggi dari sekolah yang  diinginkan dari dalam lubuk hati. Otak kanan mulai terangsang, dengan cepat saraf neuron membuat sketsa, sepersekian detik pula sekolah dambaanku ini terbayang jelas seolah-olah nyata di depan mata.

Tak akan ada jawaban tanpa pertanyaan, maka, aku bertanya pada diri sendiri "Seperti apa sekolah dambaan yang sebenarnya aku inginkan?" Pertanyaan yang muncul begitu sederhana, sesederhana sekolah yang aku inginkan, cukup dengan pertemanan siswa sebagaimana adanya, dipenuhi canda tawa bahagia yang selalu ada. Tak ada permusuhan antar teman, yang ada hanya persaingan sehat, sportifitas yang diutamakan. Perbedaan pendapat yang sesekali hadir menambah warna warni dalam proses pendewasaan di sekolah dambaan, menjadikannya sebuah pelajaran untuk menghadapi masa depan.
Fasilitas dan lingkungan tak perlu "wah", asal bisa mendidik siswa dan siswi untuk menjadi mandiri. Apalah arti dari fasilitas dan lingkungan yang "wah" tanpa ada kesadaran untuk bersama-sama menjaganya? apalah artinya megah tetapi selalu mengandalkan penjaga sekolah? Fasilitas yang cukup, tetapi dijaga bersama oleh siswa sendiri. Ditambah lingkungan asri, penuh dengan pohon rindang, bunga yang disirami oleh siswa dan siswi sekolah dambaan ini. Ah, membayangkannya saja sudah membuat hati menjadi iri.

Tak terasa, kopi yang aku teguk mulai menyisakan ampasnya, namun, ini tidak menghalangi untuk tetapi bermimpi tentang sekolah dambaan yang ingin aku masuki.

Lanjut dari khayalan tadi. Sekarang tentang guru yang menjadi orangtua di sekolah yang akan aku singgahi. Teringat tentang film 3 idiots, ceritanya begitu menginspirasi, penuh makna yang dapat kita nikmati. Garis besar yang sangat aku ingat adalah, guru bukan mendidik siswa untuk mengikuti apa yang telah ada, namun sebagai pendorong untuk berani berpikir menciptakan apa yang belum ada. Bukan hanya sebagai peniru masa lalu, namun mencetak dan mampu membuat terobosan-terobosan baru.
Umumnya dewasa ini, sadar atau tidak seolah-olah kita hanya peniru yang telah ada. Tugas sekolah dan Pekerjaan Rumah (PR) yang seharusnya menjadi ajang kreatifitas siswa, malah seringnya dijadikan tempat "penyalinan massal", bagaimana tidak, tugas-tugas maupun PR yang diberikan umumnya mirip dan sejenis dengan yang telah ada, makalah salah satunya. Siswa tinggal mencari di internet, dengan di edit beberapa kata, maka jadilah tugas yang guru minta. Di sekolah dambaanku, tugas dan PR akan lebih bervariasi, sebagai tempat untuk menyalurkan potensi yang ada di dalam diri.
Kembali berbicara tentang guru di sekolah dambaan. Sebaik-baiknya guru, adalah guru yang mampu berkomunikasi, mampu memanfaatkan potensi yang ada di dalam diri. Pernah melihat film I am not too stupid 2? ini juga termasuk film pendidikan yang aku sukai. Kutipan yang sangat berkesan untuk para pengajar adalah "Fokus pada bakat mereka, bukan pada kekurangannya. Dengan begitu kamu akan bisa berkomunikasi lebih baik bersama mereka". Coba kita lihat realita yang ada, ketika membagikan kertas hasil ujian, guru biasanya fokus memberikan pujian pada siswa yang mendapatkan nilai memuaskan, ini menjadikan ketimpangan dan "kasta" antar siswa. Kemampuan untuk berkomunikasi baik dengan siswa, merupakan syarat penting yang harus di miliki oleh guru di sekolah dambaanku ini.

Matahari mulai melambai-lambai, sinarnya mulai hilang ditelan bumi, menandakan semakin sore saja hari ini. Tak apalah, kesempatan untuk mencurahkan pikiran dan keinginan dalam bentuk mimpi mungkin hanya aku dapatkan sesekali, maka aku putuskan untuk melanjutkan mimpi ini lagi.

Ujian kelulusan beberapa tahun belakangan dan sekarang selalu saja menegangkan. Bagaimana tidak, 3 tahun belajar, namun, lulus atau tidak hanya ditentukan dengan 4 hari mengerjakan soal yang telah disediakan. Sudah saatnya, aspek yang dinilai untuk menentukan kelulusan bukan hanya kemampuan mengerjakan soal dan ujian, beberapa aspek perilaku, peningkatan kemampuan selama pembelajaran, dan penerapan nyata dari apa yang telah diajarkan masuk dalam penilaian kelulusan. Tentu saja sekolah idaman yang aku inginkan akan memperhatikan aspek-aspek tadi dalam penilaian ujian kelulusan.

Tak terasa adzan maghrib berkumandang, saatnya aku menutup apa yang dari tadi terbayang. Satu pesan dan harapan untuk masa depan pendidikan Indonesia; ketika kita menemukan hal baru, atau melawan dari kebiasaan masa lalu, bukan berarti kita salah dalam mencari ilmu. Misalkan dalam pembuatan proposal yang harus menggunakan bahasa baku, tapi suatu hari nanti bukan tidak mungkin, proposal menggunakan bahasa yang lebih komunikatif dan variatif, agar lebih menarik minat dari dari pembaca. So, jangan takut berlari meninggalkan masa lalu untuk menyongsong ilmu yang baru.

Sekolah Dambaanku


Sore hari ditemani kopi yang aku seruput sesekali, menikmati indahnya senja, membayangkan disana diri ini berdiri menatap bangunan kokoh nan tinggi dari sekolah yang  diinginkan dari dalam lubuk hati. Otak kanan mulai terangsang, dengan cepat saraf neuron membuat sketsa, sepersekian detik pula sekolah dambaanku ini terbayang jelas seolah-olah nyata di depan mata.

Tak akan ada jawaban tanpa pertanyaan, maka, aku bertanya pada diri sendiri "Seperti apa sekolah dambaan yang sebenarnya aku inginkan?" Pertanyaan yang muncul begitu sederhana, sesederhana sekolah yang aku inginkan, cukup dengan pertemanan siswa sebagaimana adanya, dipenuhi canda tawa bahagia yang selalu ada. Tak ada permusuhan antar teman, yang ada hanya persaingan sehat, sportifitas yang diutamakan. Perbedaan pendapat yang sesekali hadir menambah warna warni dalam proses pendewasaan di sekolah dambaan, menjadikannya sebuah pelajaran untuk menghadapi masa depan.
Fasilitas dan lingkungan tak perlu "wah", asal bisa mendidik siswa dan siswi untuk menjadi mandiri. Apalah arti dari fasilitas dan lingkungan yang "wah" tanpa ada kesadaran untuk bersama-sama menjaganya? apalah artinya megah tetapi selalu mengandalkan penjaga sekolah? Fasilitas yang cukup, tetapi dijaga bersama oleh siswa sendiri. Ditambah lingkungan asri, penuh dengan pohon rindang, bunga yang disirami oleh siswa dan siswi sekolah dambaan ini. Ah, membayangkannya saja sudah membuat hati menjadi iri.

Tak terasa, kopi yang aku teguk mulai menyisakan ampasnya, namun, ini tidak menghalangi untuk tetapi bermimpi tentang sekolah dambaan yang ingin aku masuki.

Lanjut dari khayalan tadi. Sekarang tentang guru yang menjadi orangtua di sekolah yang akan aku singgahi. Teringat tentang film 3 idiots, ceritanya begitu menginspirasi, penuh makna yang dapat kita nikmati. Garis besar yang sangat aku ingat adalah, guru bukan mendidik siswa untuk mengikuti apa yang telah ada, namun sebagai pendorong untuk berani berpikir menciptakan apa yang belum ada. Bukan hanya sebagai peniru masa lalu, namun mencetak dan mampu membuat terobosan-terobosan baru.
Umumnya dewasa ini, sadar atau tidak seolah-olah kita hanya peniru yang telah ada. Tugas sekolah dan Pekerjaan Rumah (PR) yang seharusnya menjadi ajang kreatifitas siswa, malah seringnya dijadikan tempat "penyalinan massal", bagaimana tidak, tugas-tugas maupun PR yang diberikan umumnya mirip dan sejenis dengan yang telah ada, makalah salah satunya. Siswa tinggal mencari di internet, dengan di edit beberapa kata, maka jadilah tugas yang guru minta. Di sekolah dambaanku, tugas dan PR akan lebih bervariasi, sebagai tempat untuk menyalurkan potensi yang ada di dalam diri.
Kembali berbicara tentang guru di sekolah dambaan. Sebaik-baiknya guru, adalah guru yang mampu berkomunikasi, mampu memanfaatkan potensi yang ada di dalam diri. Pernah melihat film I am not too stupid 2? ini juga termasuk film pendidikan yang aku sukai. Kutipan yang sangat berkesan untuk para pengajar adalah "Fokus pada bakat mereka, bukan pada kekurangannya. Dengan begitu kamu akan bisa berkomunikasi lebih baik bersama mereka". Coba kita lihat realita yang ada, ketika membagikan kertas hasil ujian, guru biasanya fokus memberikan pujian pada siswa yang mendapatkan nilai memuaskan, ini menjadikan ketimpangan dan "kasta" antar siswa. Kemampuan untuk berkomunikasi baik dengan siswa, merupakan syarat penting yang harus di miliki oleh guru di sekolah dambaanku ini.

Matahari mulai melambai-lambai, sinarnya mulai hilang ditelan bumi, menandakan semakin sore saja hari ini. Tak apalah, kesempatan untuk mencurahkan pikiran dan keinginan dalam bentuk mimpi mungkin hanya aku dapatkan sesekali, maka aku putuskan untuk melanjutkan mimpi ini lagi.

Ujian kelulusan beberapa tahun belakangan dan sekarang selalu saja menegangkan. Bagaimana tidak, 3 tahun belajar, namun, lulus atau tidak hanya ditentukan dengan 4 hari mengerjakan soal yang telah disediakan. Sudah saatnya, aspek yang dinilai untuk menentukan kelulusan bukan hanya kemampuan mengerjakan soal dan ujian, beberapa aspek perilaku, peningkatan kemampuan selama pembelajaran, dan penerapan nyata dari apa yang telah diajarkan masuk dalam penilaian kelulusan. Tentu saja sekolah idaman yang aku inginkan akan memperhatikan aspek-aspek tadi dalam penilaian ujian kelulusan.

Tak terasa adzan maghrib berkumandang, saatnya aku menutup apa yang dari tadi terbayang. Satu pesan dan harapan untuk masa depan pendidikan Indonesia; ketika kita menemukan hal baru, atau melawan dari kebiasaan masa lalu, bukan berarti kita salah dalam mencari ilmu. Misalkan dalam pembuatan proposal yang harus menggunakan bahasa baku, tapi suatu hari nanti bukan tidak mungkin, proposal menggunakan bahasa yang lebih komunikatif dan variatif, agar lebih menarik minat dari dari pembaca. So, jangan takut berlari meninggalkan masa lalu untuk menyongsong ilmu yang baru.

4/20/2013

Hey kamu..
Perkenalkan, ini aku..
Orang yang (mungkin) ada di hati dia yang pernah kamu singgahi.

Hey kamu..
Ini aku..
Walaupun kita belum pernah bertemu, tapi dia sering menceritakanmu.

Hey kamu..
Ini aku..
Orang yang selalu melihat pancaranmu, dalam mata yang berkaca-kaca, dari dia yang pernah mencintaimu dulu.

Hei kamu..
Ini aku..
Seorang yang memungut kasih, dari dia yang pernah kamu pilih.

Hei kamu..
Ini aku..
Seorang yang mencoba membereskan serpihan luka, yang pernah kamu berikan pada dia yang (masih) mencintaimu dulu (sekarang pun tak berubah)

Dan hei kamu, Tahukah KAMU?!
Lihat! ITU DIA!
Orang yang enggan membersihkan serpihan luka yang kamu berikan, dia yang masih berharap dapat merangkai serpihan, apa yang aku lakukan sama sekali tak dihiraukan. Perihnya menjadi pelarian.

Hei dia..
Ini aku..
Orang yang tak mampu menyentakmu.
Orang yang pura-pura tersenyum ketika kamu dengan antusiasnya menceritakan masa lalu.
Orang yang mencintaimu... Tapi sudahlah, aku tak mampu menyadarkanmu.

Hei dia..
Jika sebenarnya inginmu bukan aku, lelahnya diri ini berdiri disampingmu.

Aku mengangkat tangan..
Melangkahkan kaki..
Menutup hati..

Aku Menyerah..
Keliru menentukan arah..
Mencintai orang yang salah.


Aku, Dia, dan Kamu.

Hey kamu..
Perkenalkan, ini aku..
Orang yang (mungkin) ada di hati dia yang pernah kamu singgahi.

Hey kamu..
Ini aku..
Walaupun kita belum pernah bertemu, tapi dia sering menceritakanmu.

Hey kamu..
Ini aku..
Orang yang selalu melihat pancaranmu, dalam mata yang berkaca-kaca, dari dia yang pernah mencintaimu dulu.

Hei kamu..
Ini aku..
Seorang yang memungut kasih, dari dia yang pernah kamu pilih.

Hei kamu..
Ini aku..
Seorang yang mencoba membereskan serpihan luka, yang pernah kamu berikan pada dia yang (masih) mencintaimu dulu (sekarang pun tak berubah)

Dan hei kamu, Tahukah KAMU?!
Lihat! ITU DIA!
Orang yang enggan membersihkan serpihan luka yang kamu berikan, dia yang masih berharap dapat merangkai serpihan, apa yang aku lakukan sama sekali tak dihiraukan. Perihnya menjadi pelarian.

Hei dia..
Ini aku..
Orang yang tak mampu menyentakmu.
Orang yang pura-pura tersenyum ketika kamu dengan antusiasnya menceritakan masa lalu.
Orang yang mencintaimu... Tapi sudahlah, aku tak mampu menyadarkanmu.

Hei dia..
Jika sebenarnya inginmu bukan aku, lelahnya diri ini berdiri disampingmu.

Aku mengangkat tangan..
Melangkahkan kaki..
Menutup hati..

Aku Menyerah..
Keliru menentukan arah..
Mencintai orang yang salah.


This entry was posted in :

3/28/2013

Hari  demi hari aku jalani dengan mencoba sebuah pertanyaan "Salahkah aku menerima cinta Jo?" seperti sebuah koin yang memiliki dua sisi yang berbeda. Aku merasa begitu nyaman bersamanya, tapi di sisi lain hati ini masih belum seutuhnya terlepas dari cengkraman Radit (mantanku). Entah darimana, tapi aku pernah mendengar sebuah kalimat "Cinta datang karena terbiasa" mungkin ini bisa menjadi salah satu alasan menerima Jo. Sebuah problematika yang aku jalani kali ini lebih membingungkan dari biasanya, ketika tadi aku percaya diri melangkah dibawah kalimat "Cinta datang karena terbiasa, tiba-tiba seseorang di televisi yang berpakaian rapih, rambut seperti profesor, diakhir kalimat selalu bicara "Itu!" dan pembawa acara menjawab "Super sekali!" berkata "Cintailah aku sepenuhnya atau tidak sama sekali". JLEB. Seketika aku berpikir, bagaimana berada di posisi Jo. Akkhhhh semua ini terlambat.

Sebenarnya hidup ini lebih rumit dirangkai dari puzzle manapun yang pernah ada, lebih sulit ditebak ketimbang skor sebuah pertandingan sepak bola, dan masalah yang ada, lebih kompleks daripada senyawa kimia kompleks manapun. Akhirnya aku lebih memilih mencoba melanjutkan "kesalahan" yang telah dilakukan. Terlihat berpura-pura mencintai Jo. Memang, aku merasa nyaman dengannya, tapi sebuah sekat seperti memagari apa yang aku lakukan, jujur. Aku lebih menyukai saat kami berteman, hanya, saat seseorang mengungkapkan perasaan kepada sang pujaan, hanya ada dua pilihan "semakin dekat" atau "semakin jauh" dan aku tak ingin dia menjauh, walau harus aku melakukan kebohongan. Aku egois? memang, aku tak mau dia menjauh hanya karena tahu, apa yang aku rasakan sebatas teman, dan dia merasakan kita bisa menjadi pasangan tak bisa bersatu. Sebuah ungkapan "Mencintai tanpa dicintai" hanya ada di negeri dongeng, semua orang ingin cinta dibalas cinta, suka dibalas suka, dan sayang dibalas sayang.

Aku ini memang munafik, setiap hari aku berkata ingin melupakannya, tapi masih saja setiap malam memandangi barang pemberiannya, fotonya, malah sebelum tidur aku putar lagu yang bisa mengingatkanku dengan dirinya. Inilah yang dirasakan wanita dengan berjuta kebodohannya. Padahal jelas-jelas di depanku ada lelaki baik hati membawa cinta sepenuh hati, namun masih aku memikirkan, malahan menggantungkan harapan pada lelaki yang pernah melukai.

Mulai aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya pada Jo, tapi itu semua hanya sebatas keluar dari mulut yang sebenarnya tertutup. Memang sifat dasar wanita "Labil"

Dalam hati selalu terjadi pertentangan menarik setiap harinya di dalam batin, "haruskah aku mempertahankan, atau memperjuangkan? haruskah aku menarik ulur masa lalu daripada menyongsong kehidupan baru? haruskah aku meninggalkan orang yang baru kumiliki demi orang yang dulu pernah melukai?" pertanyaan yang mudah sekali dijawab, tapi sulit untuk dilakukan.

Akhirnya aku mencoba tegas dalam bertindak, rela membuang hal yang berkaitan dengan Radit, mulai dari beberapa chat masa lalu yang sebenarnya penuh dengan kenangan, foto saat kita bersama, barang pemberiannya, sampai-sampai lagu yang memiliki kenangan ataupun mengingatkanku pada Radit, aku delete .kejam? bukan kejam, hanya bertidak TEGAS. Mulai aku merefresh pikiran-pikiran mengganggu tentang yang pernah kulakukan dengan Radit, menggantinya dengan hal menyenangkan bersama Jo. Awalnya ini memang sulit, tapi aku terus mencoba hingga akhirnya terbiasa dan lupa.

Say Hi to Jo and Thanks to Radit.

Kamu bukan tidak bisa melupakannya, hanya belum mau melepasnya. Karena sebaik-baiknya move on adalah mencoba mencari penggantinya, bukan caranya.

Ambigu Part III

Hari  demi hari aku jalani dengan mencoba sebuah pertanyaan "Salahkah aku menerima cinta Jo?" seperti sebuah koin yang memiliki dua sisi yang berbeda. Aku merasa begitu nyaman bersamanya, tapi di sisi lain hati ini masih belum seutuhnya terlepas dari cengkraman Radit (mantanku). Entah darimana, tapi aku pernah mendengar sebuah kalimat "Cinta datang karena terbiasa" mungkin ini bisa menjadi salah satu alasan menerima Jo. Sebuah problematika yang aku jalani kali ini lebih membingungkan dari biasanya, ketika tadi aku percaya diri melangkah dibawah kalimat "Cinta datang karena terbiasa, tiba-tiba seseorang di televisi yang berpakaian rapih, rambut seperti profesor, diakhir kalimat selalu bicara "Itu!" dan pembawa acara menjawab "Super sekali!" berkata "Cintailah aku sepenuhnya atau tidak sama sekali". JLEB. Seketika aku berpikir, bagaimana berada di posisi Jo. Akkhhhh semua ini terlambat.

Sebenarnya hidup ini lebih rumit dirangkai dari puzzle manapun yang pernah ada, lebih sulit ditebak ketimbang skor sebuah pertandingan sepak bola, dan masalah yang ada, lebih kompleks daripada senyawa kimia kompleks manapun. Akhirnya aku lebih memilih mencoba melanjutkan "kesalahan" yang telah dilakukan. Terlihat berpura-pura mencintai Jo. Memang, aku merasa nyaman dengannya, tapi sebuah sekat seperti memagari apa yang aku lakukan, jujur. Aku lebih menyukai saat kami berteman, hanya, saat seseorang mengungkapkan perasaan kepada sang pujaan, hanya ada dua pilihan "semakin dekat" atau "semakin jauh" dan aku tak ingin dia menjauh, walau harus aku melakukan kebohongan. Aku egois? memang, aku tak mau dia menjauh hanya karena tahu, apa yang aku rasakan sebatas teman, dan dia merasakan kita bisa menjadi pasangan tak bisa bersatu. Sebuah ungkapan "Mencintai tanpa dicintai" hanya ada di negeri dongeng, semua orang ingin cinta dibalas cinta, suka dibalas suka, dan sayang dibalas sayang.

Aku ini memang munafik, setiap hari aku berkata ingin melupakannya, tapi masih saja setiap malam memandangi barang pemberiannya, fotonya, malah sebelum tidur aku putar lagu yang bisa mengingatkanku dengan dirinya. Inilah yang dirasakan wanita dengan berjuta kebodohannya. Padahal jelas-jelas di depanku ada lelaki baik hati membawa cinta sepenuh hati, namun masih aku memikirkan, malahan menggantungkan harapan pada lelaki yang pernah melukai.

Mulai aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya pada Jo, tapi itu semua hanya sebatas keluar dari mulut yang sebenarnya tertutup. Memang sifat dasar wanita "Labil"

Dalam hati selalu terjadi pertentangan menarik setiap harinya di dalam batin, "haruskah aku mempertahankan, atau memperjuangkan? haruskah aku menarik ulur masa lalu daripada menyongsong kehidupan baru? haruskah aku meninggalkan orang yang baru kumiliki demi orang yang dulu pernah melukai?" pertanyaan yang mudah sekali dijawab, tapi sulit untuk dilakukan.

Akhirnya aku mencoba tegas dalam bertindak, rela membuang hal yang berkaitan dengan Radit, mulai dari beberapa chat masa lalu yang sebenarnya penuh dengan kenangan, foto saat kita bersama, barang pemberiannya, sampai-sampai lagu yang memiliki kenangan ataupun mengingatkanku pada Radit, aku delete .kejam? bukan kejam, hanya bertidak TEGAS. Mulai aku merefresh pikiran-pikiran mengganggu tentang yang pernah kulakukan dengan Radit, menggantinya dengan hal menyenangkan bersama Jo. Awalnya ini memang sulit, tapi aku terus mencoba hingga akhirnya terbiasa dan lupa.

Say Hi to Jo and Thanks to Radit.

Kamu bukan tidak bisa melupakannya, hanya belum mau melepasnya. Karena sebaik-baiknya move on adalah mencoba mencari penggantinya, bukan caranya.

3/01/2013



Namaku Renata, 18 tahun. Murid pindahan dari Yogyakarta. Hidup memang sebuah pilihan yang membingungkan, termasuk pilihanku untuk pindah dari Yogyakarta ke Bandung. Sebenarnya ayah dan ibu menetap disana,aku hanya menumpang disini bersama paman dan tante. Faktor yang mendorong aku untuk pindah adalah banyaknya kenangan yang aku rasakan dengan seseorang yang disebut "mantan" mungkin ini alasan paling bodoh, tapi sebagian wanita mungkin pernah merasakan hal demikian. Tidak mudah bagiku melupakan orang yang dulu kuanggap jodoh yang diberikan Tuhan. Tidak mudah bagiku membuang apa yang sampai sekarang selalu aku kenang. Tidak mudah bagiku merelakan orang yang dulu selalu aku idam-idamkan, Ahh.. terlalu larut aku dalam sebuah kenangan.

Genap enam bulan aku hidup di Bandung, sesekali aku termenung mengingat dia yang pernah memberi bahagia sekaligus luka. Sebuah hadiah yang dulu kamu berikan terlihat rapi di samping ranjang yang aku gunakan, malah diam-diam aku masih menyimpan foto-foto saat kita masih saling mengindahkan, Spontan neuron-neuron dalam tubuh ini saling berkaitan, mengingatkan dulu yang pernah kita lakukan. Benar-benar membingungkan, sebuah alasan yang aku gunakan meninggalkan Yogyakarta malah aku bawa, malah semakin menggila aku dibuatnya. 

Mundur sekitar dua bulan ke belakang. Sesosok pria datang dalam hidup yang hampir aku buang, Yosua namanya, terdengar unik, sesuai dengan sifatnya yang menarik, mampu membuat bibir ini terusik dengan gerik yang cantik. Yaa. dia mampu membuatku tertawa, padahal belum satu minggu kita bertegur sapa, hanya dia sangat pandai memainkan kata, saat dia bercerita aku paling suka.

Singkat kata singkat cerita, Yosua mulai sering mengajak jalan, hanya berduaan. Aku rasa ini hanya sebatas perasaan biasa seorang teman, tak lebih dari demikian. Nyaman? ya, aku merasakan nyaman, nyaman dalam ikatan pertemanan, tak lebih. Banyak yang mengira kita pacaran, tak apalah aku anggap itu hanya celotehan biasa dari seorang biang gosip. Suatu ketika pernah dia memperlihatkan sebuah tulisan, indah sekali. Racikan kata yang puitis, dibumbui romantis, membuatku terhipnotis. Tampaknya jari-jari dia memang bisa menari dengan striptis yang menghasilkan manis.

Senja hari. Anak kecil berlari dengan wajah berseri, daun-daun terlihat menari diterpa angin sejuk yang datang sesekali. Sore ini aku diajak Yosua pergi ke taman. Seperti biasa, dia mulai bercerita dengan penuh suka cita lebih dari sekali, aku dibuatnya tertawa. Nyaman? Tentu nyaman, sebagai seorang teman dia memang tak bisa di duakan.

Hingga tiba-tiba cerita mu berhenti, sontak tawa yang tadi keluar dari bibir terbuka segera tertutup rapat. sangat rapat dari lem apapun yang pernah di dapat. Dia mulai berkata "kamu tau, segala hal yang kita rasakan lebih baik kita ungkapkan, walaupun itu menyenangkan atau menyakitkan" aku hanya mengangguk, tanda mengiyakan, dia melanjutkan "Aku sayang kamu" Samar-samar aku mendengar, mata tak percaya telinga seolah tak menerka, tak disangka kamu berkata cinta. Sejenak aku berpikir, dikejar waktu yang terus menunggu, hingga mulutku mulai bergerak ragu "Jo.. Aku juga sayang kamu" terlihat wajah tegang darinya mulai mencair, sedangkan aku? aku malah membeku, entah yang aku katakan memang sebuah kenyataan atau alasan menutup sebuah kekecewaan yang mungkin akan dirasakan seorang teman. "Apakah aku benar-benar menyayanginya?" pertanyaan yang selalu terbayang dalam benak. Seolah aku hanya kasihan pada seorang teman. Ya, hanya kasihan.

Bersambung Ambigu PART III << 

Ambigu Part II



Namaku Renata, 18 tahun. Murid pindahan dari Yogyakarta. Hidup memang sebuah pilihan yang membingungkan, termasuk pilihanku untuk pindah dari Yogyakarta ke Bandung. Sebenarnya ayah dan ibu menetap disana,aku hanya menumpang disini bersama paman dan tante. Faktor yang mendorong aku untuk pindah adalah banyaknya kenangan yang aku rasakan dengan seseorang yang disebut "mantan" mungkin ini alasan paling bodoh, tapi sebagian wanita mungkin pernah merasakan hal demikian. Tidak mudah bagiku melupakan orang yang dulu kuanggap jodoh yang diberikan Tuhan. Tidak mudah bagiku membuang apa yang sampai sekarang selalu aku kenang. Tidak mudah bagiku merelakan orang yang dulu selalu aku idam-idamkan, Ahh.. terlalu larut aku dalam sebuah kenangan.

Genap enam bulan aku hidup di Bandung, sesekali aku termenung mengingat dia yang pernah memberi bahagia sekaligus luka. Sebuah hadiah yang dulu kamu berikan terlihat rapi di samping ranjang yang aku gunakan, malah diam-diam aku masih menyimpan foto-foto saat kita masih saling mengindahkan, Spontan neuron-neuron dalam tubuh ini saling berkaitan, mengingatkan dulu yang pernah kita lakukan. Benar-benar membingungkan, sebuah alasan yang aku gunakan meninggalkan Yogyakarta malah aku bawa, malah semakin menggila aku dibuatnya. 

Mundur sekitar dua bulan ke belakang. Sesosok pria datang dalam hidup yang hampir aku buang, Yosua namanya, terdengar unik, sesuai dengan sifatnya yang menarik, mampu membuat bibir ini terusik dengan gerik yang cantik. Yaa. dia mampu membuatku tertawa, padahal belum satu minggu kita bertegur sapa, hanya dia sangat pandai memainkan kata, saat dia bercerita aku paling suka.

Singkat kata singkat cerita, Yosua mulai sering mengajak jalan, hanya berduaan. Aku rasa ini hanya sebatas perasaan biasa seorang teman, tak lebih dari demikian. Nyaman? ya, aku merasakan nyaman, nyaman dalam ikatan pertemanan, tak lebih. Banyak yang mengira kita pacaran, tak apalah aku anggap itu hanya celotehan biasa dari seorang biang gosip. Suatu ketika pernah dia memperlihatkan sebuah tulisan, indah sekali. Racikan kata yang puitis, dibumbui romantis, membuatku terhipnotis. Tampaknya jari-jari dia memang bisa menari dengan striptis yang menghasilkan manis.

Senja hari. Anak kecil berlari dengan wajah berseri, daun-daun terlihat menari diterpa angin sejuk yang datang sesekali. Sore ini aku diajak Yosua pergi ke taman. Seperti biasa, dia mulai bercerita dengan penuh suka cita lebih dari sekali, aku dibuatnya tertawa. Nyaman? Tentu nyaman, sebagai seorang teman dia memang tak bisa di duakan.

Hingga tiba-tiba cerita mu berhenti, sontak tawa yang tadi keluar dari bibir terbuka segera tertutup rapat. sangat rapat dari lem apapun yang pernah di dapat. Dia mulai berkata "kamu tau, segala hal yang kita rasakan lebih baik kita ungkapkan, walaupun itu menyenangkan atau menyakitkan" aku hanya mengangguk, tanda mengiyakan, dia melanjutkan "Aku sayang kamu" Samar-samar aku mendengar, mata tak percaya telinga seolah tak menerka, tak disangka kamu berkata cinta. Sejenak aku berpikir, dikejar waktu yang terus menunggu, hingga mulutku mulai bergerak ragu "Jo.. Aku juga sayang kamu" terlihat wajah tegang darinya mulai mencair, sedangkan aku? aku malah membeku, entah yang aku katakan memang sebuah kenyataan atau alasan menutup sebuah kekecewaan yang mungkin akan dirasakan seorang teman. "Apakah aku benar-benar menyayanginya?" pertanyaan yang selalu terbayang dalam benak. Seolah aku hanya kasihan pada seorang teman. Ya, hanya kasihan.

Bersambung Ambigu PART III << 

2/20/2013


Kita semua tahu, manusia diciptakan tidak sendiri. Memiliki pasangan yang sudah ditetapkan sang Ilahi. Tapi apakah kita akan terus menunggu dengan beralasan pendapat itu? atau mencari, mengikuti keinginan hati? semua tergantung pilihan sendiri.

Tahukah kalian arti dari kata mencari? Keinginan hati untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Aku rasa itu yang lebih baik ketimbang menunggu, yang membelenggu. Aku sendiri? Mencari!

Pernah merasakan, berhasil menemui orang yang kita cintai dengan mencari? Dunia terasa milik sendiri, rasa bahagia tak kunjung berhenti bak hujan deras membasahi bumi, urusan dia juga mencintai? itu urusan nanti. Terpenting aku merasa senang yang tak kunjung pergi. Aku sangat menikmati.

Musim boleh semi, tapi hati tetap berseri-seri. Dengan berani aku mulai menghubungi, dalam angan "dia yang akan menjadi pujaan hati" salah.. bukan dia tapi anda. Kurasa. Respon yang kamu berikan positif, mulai aku merasa pendekatan yang aku lakukan efektif.

Renata, namanya. Hanya lebih sering ku panggil dia rere, terdengar lebih dekat dan akrab. Begitupun dia, memanggil aku dengan seenaknya, walau begitu aku tetap suka. "Jo" panggilan yang dia ucapkan, padahal namaku Yosua, entah darimana dia mendapatkan panggilan seperti itu, tapi tak mengapa, aku selalu suka apapun darinya. lebih dari itu. Aku merasa Bahagia. Dengannya.

Dua minggu, tak terasa berlalu dengan cepatnya, Lebih cepat dari rekor pesawat jet yang pernah ada. Walau itu hanya perasaanku saja. Hingga aku lebih berani dalam berkomunikasi dengan Renata. Yang aku cintai. Malah hari ini, kita pulang bersama, dibumbui dengan penuh canda tawa. Kamu menyukai ketika aku mulai berpuisi, akupun demikian, menyukai ketika melihat senyum yang tulus dari hati. Sesekali kamu mencubit pinggangku, respon saat kita bergurau, aneh! aku malah tak mau lepas dari cubitanmu, untuk sekedar lebih lama bersamamu. Hari mulai senja, burung-burung kecil mencari induknya. Kamu pulang ke rumah, memandang kesini, tempat ku berdiri. Sesekali menebar senyum penyejuk hati. Ahh, rasa seperti ini, membuatku merasa mati suri, tubuh kaku, wajah malu, hati ingin memilikimu. Selalu.

Sampai dirumah, segera aku merebah, memanjakan tubuh yang lelah. Mengadah melihat langit-langit rumah. Indah!! Tergambar jelas. Senyum lepas membuat hati ini lepas landas, jauh ke galaksi atas. Walau hanya bayangan, kamu tampak nyata dalam pikiran, cukup membayangkan kamu, seakan-akan kita saling berhadapan. Mungkin terkesan berlebihan, tapi memang itu yang aku rasakan. Orang yang pernah/sedang jatuh cinta pasti memaklumkan.

"Renata. Apa kamu merasakan yang sedang aku pikirkan? Apa kamu memikirkan saat kita saling berhadapan? Apa kamu bisa mengartikan kode-kode dari apa yang aku lakukan? Atau Boleh aku jujur ketika kamu tak mampu menjawab pertanyaan yang aku tutur?. Aku merasa bulan tak memancarkan segemerlap dulu, aku telah melihat yang lebih gemerlap, ya. Senyum dan lesung pipimu. Aku menggombal? menggombal katamu? ketika aku berani berkata jujur, menahan malu demi menggapai keinginan. Memilikimu. Lebih dari itu, selalu bersamamu" Pesan ini hanya berakhir pada sebuah draft, pesan yang aku kirim hanya sebatas "Makasih yaa, kapan-kapan kita jalan bareng lagi. Jangan lupa makan sama mandi :)" Bukan sebuah tirai berani yang dihadapi. Hanya aku masih menanti, senja hari saat kita saling mengerti. Dengan sendiri.

"Pagi hari minggu, aku menyambutmu dengan semangat menggebu" dalam hati ini. Bukan tanpa alasan, dan bualan. Hari ini aku dan Renata jalan, dengan harapan, sebuah angan yang menjadi kenyataan. Kita menjadi pasangan. Padahal hanya 1 hari, sejak aku mengajakmu jalan. Tapi terasa lambat sekali, lebih lambat dari seekor kura-kura yang pernah ada. Satu hari terasa berhari-hari. Mungkin ini faktor akan bertemu Renata, yang aku cinta. Ah sudahlah, yang penting sekarang kita tidak dalam sebrang, satu jalan.

Jalan-jalan di taman memang berkesan, aku mengajakmu, dengan menggantungkan sebuah harapan. Pukul empat sore aku menjemputmu, sengaja aku tidak membawa kendaraan, lebih memilih jalan berduaan. Pandanganku tak mau lepas dari wajahmu, Ah malu aku ketika kamu menyadari itu, segera aku berpura-pura, membuang wajah ini, sejauh yang aku bisa. Namun kamu hanya tersenyum, senyum ambigu menurutku. Antara kamu malu dan menyukai ketika, aku melakukan itu.

Duduk di taman berduaan adalah kenyataan yang sekarang sedang aku dan Renata lakukan. Memecah sepi dengan senyuman sesekali, saat kamu menyukai candaan ini.Tapi itu hanya sesekali, saat ini aku memilih suasana sunyi, untuk mengucapkan yang kurasakan dalam hati. Gugup? pasti. dalam hati, aaku memilih nanti..nanti dan nanti, sampai akhirnya aku mulai berani. " kamu tau, segala hal yang kita rasakan lebih baik kita ungkapkan, walaupun itu menyenangkan atau menyakitkan?" dengan gugup aku berucap. Kamu hanya menjawab dengan anggukan, aku lanjutkan "Aku sayang kamu" hening.. hening sekali, suara orang sekitar tak terdengar. bukan tuli hanya memang terasa sunyi. "Re" aku mencoba menyadarkannya, dia terlihat heran dengan wajah memerah, seakan dia tak ingin berbicara, bingung dengan yang dia rasa. Mulutnya mulai bergerak dan keluarlah kalimat "Jo..."
Bersambung ke Ambigu (Part II)

Ambigu Part I


Kita semua tahu, manusia diciptakan tidak sendiri. Memiliki pasangan yang sudah ditetapkan sang Ilahi. Tapi apakah kita akan terus menunggu dengan beralasan pendapat itu? atau mencari, mengikuti keinginan hati? semua tergantung pilihan sendiri.

Tahukah kalian arti dari kata mencari? Keinginan hati untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Aku rasa itu yang lebih baik ketimbang menunggu, yang membelenggu. Aku sendiri? Mencari!

Pernah merasakan, berhasil menemui orang yang kita cintai dengan mencari? Dunia terasa milik sendiri, rasa bahagia tak kunjung berhenti bak hujan deras membasahi bumi, urusan dia juga mencintai? itu urusan nanti. Terpenting aku merasa senang yang tak kunjung pergi. Aku sangat menikmati.

Musim boleh semi, tapi hati tetap berseri-seri. Dengan berani aku mulai menghubungi, dalam angan "dia yang akan menjadi pujaan hati" salah.. bukan dia tapi anda. Kurasa. Respon yang kamu berikan positif, mulai aku merasa pendekatan yang aku lakukan efektif.

Renata, namanya. Hanya lebih sering ku panggil dia rere, terdengar lebih dekat dan akrab. Begitupun dia, memanggil aku dengan seenaknya, walau begitu aku tetap suka. "Jo" panggilan yang dia ucapkan, padahal namaku Yosua, entah darimana dia mendapatkan panggilan seperti itu, tapi tak mengapa, aku selalu suka apapun darinya. lebih dari itu. Aku merasa Bahagia. Dengannya.

Dua minggu, tak terasa berlalu dengan cepatnya, Lebih cepat dari rekor pesawat jet yang pernah ada. Walau itu hanya perasaanku saja. Hingga aku lebih berani dalam berkomunikasi dengan Renata. Yang aku cintai. Malah hari ini, kita pulang bersama, dibumbui dengan penuh canda tawa. Kamu menyukai ketika aku mulai berpuisi, akupun demikian, menyukai ketika melihat senyum yang tulus dari hati. Sesekali kamu mencubit pinggangku, respon saat kita bergurau, aneh! aku malah tak mau lepas dari cubitanmu, untuk sekedar lebih lama bersamamu. Hari mulai senja, burung-burung kecil mencari induknya. Kamu pulang ke rumah, memandang kesini, tempat ku berdiri. Sesekali menebar senyum penyejuk hati. Ahh, rasa seperti ini, membuatku merasa mati suri, tubuh kaku, wajah malu, hati ingin memilikimu. Selalu.

Sampai dirumah, segera aku merebah, memanjakan tubuh yang lelah. Mengadah melihat langit-langit rumah. Indah!! Tergambar jelas. Senyum lepas membuat hati ini lepas landas, jauh ke galaksi atas. Walau hanya bayangan, kamu tampak nyata dalam pikiran, cukup membayangkan kamu, seakan-akan kita saling berhadapan. Mungkin terkesan berlebihan, tapi memang itu yang aku rasakan. Orang yang pernah/sedang jatuh cinta pasti memaklumkan.

"Renata. Apa kamu merasakan yang sedang aku pikirkan? Apa kamu memikirkan saat kita saling berhadapan? Apa kamu bisa mengartikan kode-kode dari apa yang aku lakukan? Atau Boleh aku jujur ketika kamu tak mampu menjawab pertanyaan yang aku tutur?. Aku merasa bulan tak memancarkan segemerlap dulu, aku telah melihat yang lebih gemerlap, ya. Senyum dan lesung pipimu. Aku menggombal? menggombal katamu? ketika aku berani berkata jujur, menahan malu demi menggapai keinginan. Memilikimu. Lebih dari itu, selalu bersamamu" Pesan ini hanya berakhir pada sebuah draft, pesan yang aku kirim hanya sebatas "Makasih yaa, kapan-kapan kita jalan bareng lagi. Jangan lupa makan sama mandi :)" Bukan sebuah tirai berani yang dihadapi. Hanya aku masih menanti, senja hari saat kita saling mengerti. Dengan sendiri.

"Pagi hari minggu, aku menyambutmu dengan semangat menggebu" dalam hati ini. Bukan tanpa alasan, dan bualan. Hari ini aku dan Renata jalan, dengan harapan, sebuah angan yang menjadi kenyataan. Kita menjadi pasangan. Padahal hanya 1 hari, sejak aku mengajakmu jalan. Tapi terasa lambat sekali, lebih lambat dari seekor kura-kura yang pernah ada. Satu hari terasa berhari-hari. Mungkin ini faktor akan bertemu Renata, yang aku cinta. Ah sudahlah, yang penting sekarang kita tidak dalam sebrang, satu jalan.

Jalan-jalan di taman memang berkesan, aku mengajakmu, dengan menggantungkan sebuah harapan. Pukul empat sore aku menjemputmu, sengaja aku tidak membawa kendaraan, lebih memilih jalan berduaan. Pandanganku tak mau lepas dari wajahmu, Ah malu aku ketika kamu menyadari itu, segera aku berpura-pura, membuang wajah ini, sejauh yang aku bisa. Namun kamu hanya tersenyum, senyum ambigu menurutku. Antara kamu malu dan menyukai ketika, aku melakukan itu.

Duduk di taman berduaan adalah kenyataan yang sekarang sedang aku dan Renata lakukan. Memecah sepi dengan senyuman sesekali, saat kamu menyukai candaan ini.Tapi itu hanya sesekali, saat ini aku memilih suasana sunyi, untuk mengucapkan yang kurasakan dalam hati. Gugup? pasti. dalam hati, aaku memilih nanti..nanti dan nanti, sampai akhirnya aku mulai berani. " kamu tau, segala hal yang kita rasakan lebih baik kita ungkapkan, walaupun itu menyenangkan atau menyakitkan?" dengan gugup aku berucap. Kamu hanya menjawab dengan anggukan, aku lanjutkan "Aku sayang kamu" hening.. hening sekali, suara orang sekitar tak terdengar. bukan tuli hanya memang terasa sunyi. "Re" aku mencoba menyadarkannya, dia terlihat heran dengan wajah memerah, seakan dia tak ingin berbicara, bingung dengan yang dia rasa. Mulutnya mulai bergerak dan keluarlah kalimat "Jo..."
Bersambung ke Ambigu (Part II)

2/17/2013


Ayah, Ibu terimakasih.
Memberi aku sebuah kasih, tanpa memilih. Ayah mengajarkan bagaimana menjadi seorang yang gagah, walau terkadang aku lebih sering terlihat lemah. Tapi tak apa. seolah itu semua bukan masalah bagi ayah yang tak kenal lelah. Ibu, malaikat yang diturunkan untuk menjagaku, berlebihan? tak apa. Itu yang kurasa. Suatu ketika aku terjatuh dan menangis, akibat kesalahanku yang lari saat hendak Ibu beri sesuap nasi. Aku marah, padahal sudah jelas aku yang salah. Tapi kasih ibu tak pernah kalah, hanya karena melihatku marah. Senyum selalu yang terpancar dari bibir Ibu, walau dibalik itu ada rasa pilu melihat sikapku yang tak mau menurutimu. Memang ibu seorang malaikat yang selalu menjagaku. Lebih dari itu, tak mau marah dihadapanku.

Ayah pintar sekali memberi sebuah pepatah. 
Apa yang ayah berikan, lebih dari ujaran, ungkapan, pernyataan. Melainkan panduan, dalam melakukan sebuah perbuatan. Namun terkadang aku meragukan apa yang ayah berikan, seenaknya aku bergumam "Ayah tidak mengerti" ataupun "zaman dulu dan zaman sekarang itu berbeda"  menggerutu dan meremehkan perkataan ayah, padahal itu berujung sebuah penyesalan.
Sampai aku guratkan tinta hitam pada secarik kertas hari ini, semakin ku dapati. Sebenarnya perbuatan ayah bersifat menguatkan. Kadang itu perkataan, bentakan, tatapan. Itu semua demi aku yang lemah, jauh dari kata gagah seperti ayah. Maafkanlah.



Ibu terkadang memilih bersandiwara.
Pintar sekali Ibu melakukan ini. Terlihat kenyang padahal merasa lapar, hanya demi aku. Orang yang sering menyusahkan. Ibu sering memilih merasa getir, daripada melihatku khawatir. Memiliki kepekaan tinggi terhadap hal yang tersirat walaupun tak tersurat, Ibu jutaan kali lebih hebat dari pacarmu dalam hal tersebut. Tanpa mengucap "aku lapar" ibu sudah menyiapkan makanan di meja makan, setiap pagi. Yang selalu aku ingat. Sebanyak samudera air mata yang tumpah dari kelopak mataku, sebanyak itu pula ibu mengusapnya. Sungguh. Selama apapun aku memilih mainan, selama itu pula ibu menunggu dengan sesekali melontarkan senyuman. 
Suatu malam gelap aku melihat, ibu masih memakai mukena dan memegang al qur'an, binar-binar matanya menusuk hatiku "ibu kenapa?" setengah mengantuk dan sedih, dengan suara perlahan. pelan sekali. "sebentar lagi kamu kuliah" hanya itu. Ibu tak kuasa lagi menahan beratnya tekanan. Dalam kelopak mata. Memelukku erat sambil menangis, di malam itu. Akupun ikut larut, tak kurasa satu persatu akhirnya menjadi beribu. Air jatuh yang mewakili rasa yang tak mampu berucap, jangankan berucap. Menatap pun tak mampu. Dekapan Ibu lebih kurang mewakilkan apa yang hendak dia ucapkan "sebentar lagi kamu kuliah, ayah dan ibu hanya berdua disini. kesepian demi kamu, yang siap menyongsong masa depan." arrgghhhh. IBUUUUUU.

Ayah, Ibu maafkan.
Sering aku mengabaikan apa yang seharusnya aku lakukan, melawan apa yang tak seharusnya kulakukan. Semuanya mengecewakan, Bagi kalian... Penyesalan. Itu yang jelas tergambar dalam benak pikiran. Maafkan. Aku cinta kalian, dengan segala kekurangan. Sekali lagi. Maafkan, aku dengan segala kekurangan.  Maafkan. Maafkan. Maafkan.

Surat Seorang Anak


Ayah, Ibu terimakasih.
Memberi aku sebuah kasih, tanpa memilih. Ayah mengajarkan bagaimana menjadi seorang yang gagah, walau terkadang aku lebih sering terlihat lemah. Tapi tak apa. seolah itu semua bukan masalah bagi ayah yang tak kenal lelah. Ibu, malaikat yang diturunkan untuk menjagaku, berlebihan? tak apa. Itu yang kurasa. Suatu ketika aku terjatuh dan menangis, akibat kesalahanku yang lari saat hendak Ibu beri sesuap nasi. Aku marah, padahal sudah jelas aku yang salah. Tapi kasih ibu tak pernah kalah, hanya karena melihatku marah. Senyum selalu yang terpancar dari bibir Ibu, walau dibalik itu ada rasa pilu melihat sikapku yang tak mau menurutimu. Memang ibu seorang malaikat yang selalu menjagaku. Lebih dari itu, tak mau marah dihadapanku.

Ayah pintar sekali memberi sebuah pepatah. 
Apa yang ayah berikan, lebih dari ujaran, ungkapan, pernyataan. Melainkan panduan, dalam melakukan sebuah perbuatan. Namun terkadang aku meragukan apa yang ayah berikan, seenaknya aku bergumam "Ayah tidak mengerti" ataupun "zaman dulu dan zaman sekarang itu berbeda"  menggerutu dan meremehkan perkataan ayah, padahal itu berujung sebuah penyesalan.
Sampai aku guratkan tinta hitam pada secarik kertas hari ini, semakin ku dapati. Sebenarnya perbuatan ayah bersifat menguatkan. Kadang itu perkataan, bentakan, tatapan. Itu semua demi aku yang lemah, jauh dari kata gagah seperti ayah. Maafkanlah.



Ibu terkadang memilih bersandiwara.
Pintar sekali Ibu melakukan ini. Terlihat kenyang padahal merasa lapar, hanya demi aku. Orang yang sering menyusahkan. Ibu sering memilih merasa getir, daripada melihatku khawatir. Memiliki kepekaan tinggi terhadap hal yang tersirat walaupun tak tersurat, Ibu jutaan kali lebih hebat dari pacarmu dalam hal tersebut. Tanpa mengucap "aku lapar" ibu sudah menyiapkan makanan di meja makan, setiap pagi. Yang selalu aku ingat. Sebanyak samudera air mata yang tumpah dari kelopak mataku, sebanyak itu pula ibu mengusapnya. Sungguh. Selama apapun aku memilih mainan, selama itu pula ibu menunggu dengan sesekali melontarkan senyuman. 
Suatu malam gelap aku melihat, ibu masih memakai mukena dan memegang al qur'an, binar-binar matanya menusuk hatiku "ibu kenapa?" setengah mengantuk dan sedih, dengan suara perlahan. pelan sekali. "sebentar lagi kamu kuliah" hanya itu. Ibu tak kuasa lagi menahan beratnya tekanan. Dalam kelopak mata. Memelukku erat sambil menangis, di malam itu. Akupun ikut larut, tak kurasa satu persatu akhirnya menjadi beribu. Air jatuh yang mewakili rasa yang tak mampu berucap, jangankan berucap. Menatap pun tak mampu. Dekapan Ibu lebih kurang mewakilkan apa yang hendak dia ucapkan "sebentar lagi kamu kuliah, ayah dan ibu hanya berdua disini. kesepian demi kamu, yang siap menyongsong masa depan." arrgghhhh. IBUUUUUU.

Ayah, Ibu maafkan.
Sering aku mengabaikan apa yang seharusnya aku lakukan, melawan apa yang tak seharusnya kulakukan. Semuanya mengecewakan, Bagi kalian... Penyesalan. Itu yang jelas tergambar dalam benak pikiran. Maafkan. Aku cinta kalian, dengan segala kekurangan. Sekali lagi. Maafkan, aku dengan segala kekurangan.  Maafkan. Maafkan. Maafkan.
This entry was posted in :


Tak ada yang lebih indah dari sebuah rasa cinta yang berakhir dengan bahagia. Tak ada yang lebih luar biasa dari sebuah nafsu yang terjaga. Tak ada yang lebih pahit dari sebuah ucapan perpisahan dari orang yang kita sayangi. Tak ada yang lebih menakutkan, rasa yang tak biasa masuk ke dalam jiwa tanpa diduga, padahal tak menginginkannya. orang menyebutnya. Cinta.

Awal dari hal yang tak biasa adalah bersikap biasa, selangkah menuju bercanda, berbagi tawa,  nyaman ketika bersama, tak perlu diucapkan lagi. Otomatis, rasa suka menyelinap dalam jiwa. Tanpa kureka, bayanganmu terlintas secara nyata. Indah memang kurasa, hanya aku tak ingin terlalu larut dalam keadaan seperti ini, tak ingin ku menodai hatiku. Lagi.

Sikapmu yang penuh perhatian, tulus tanpa memikirkan sebuah balasan, semakin membuatku candu. Ingin selalu bertemu denganmu. Tutur kata yang terjaga, seolah kamu memang orang yang bisa menjaga. Aku pikir menjaga diriku juga. Parasmu memang tak terlalu tampan, hanya enak dipandang dengan pakaian yang selalu  rapih. Walau begitu, kamu nampak sempurna dalam segala aspek penilaianku.

Seiring berjalannya waktu rasa ini tak kunjung pergi, malah semakin menjadi-jadi. Yang paling aku takuti, kita saling mencintai tanpa tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Selalu ada yang "disakiti" ketika dua insan saling "mencintai" dan aku tak ingin itu semua terjadi. Sesungguhnya itu menodai hati yang suci.

Arrgghh. Ingin rasanya sejenak aku membuang rasa ini. Mati. Biar saja kita tidak saling mengenal jika akhirnya ini semua menjadi aral. Aku harap apa yang dulu pernah kita mulai segera usai. Bila akhirnya terjadi konflik mendalam di dalam lubuk hati. Walaupun bersikeras aku mencoba, membuang jauh segala yang kurasakan, menguraikannya menjadi sebuah kenangan. Nihil yang kudapat.

Saat ini. Pilihanku adalah membatasi diri, interaksi maupun komunikasi dengan. Ya. Pujaan hati yang tak mau aku mengakuinya.Satu sisi berbisik. Aku tak rela melihatnya dengan orang lain, lebih kurang, aku ingin memilikinya. Sisi lain. Aku tak yakin, apa yang akan kita jalin merupakan yang terbaik, lebih kurang aku tak ingin mengecewakan. 

Sering aku membaca, jeritan tak langsung. Getir nya menutupi rasa sakit hati, dengan sebuah alibi "itu semua kulakukan demi cinta". Apakah semua orang yang merasakan jatuh cinta menggunakan alibi itu untuk menutupi perihnya hati? apakah cinta yang selama ini aku anggap sebagai tempat berbagi hanya perisai dari sakit hati yang sebenarnya terjadi? Arrggghhhh. 

Aku harus segera tersadar, rasa ini bila dipelihara akan menodai hati. Semoga aku bisa menerimanya. Dengan sepenuh hati, kuharap kamu mengerti, duhai pujaan hati di kemudian hari. Aku bermimpi.

Lebih dari Bingung -



Tak ada yang lebih indah dari sebuah rasa cinta yang berakhir dengan bahagia. Tak ada yang lebih luar biasa dari sebuah nafsu yang terjaga. Tak ada yang lebih pahit dari sebuah ucapan perpisahan dari orang yang kita sayangi. Tak ada yang lebih menakutkan, rasa yang tak biasa masuk ke dalam jiwa tanpa diduga, padahal tak menginginkannya. orang menyebutnya. Cinta.

Awal dari hal yang tak biasa adalah bersikap biasa, selangkah menuju bercanda, berbagi tawa,  nyaman ketika bersama, tak perlu diucapkan lagi. Otomatis, rasa suka menyelinap dalam jiwa. Tanpa kureka, bayanganmu terlintas secara nyata. Indah memang kurasa, hanya aku tak ingin terlalu larut dalam keadaan seperti ini, tak ingin ku menodai hatiku. Lagi.

Sikapmu yang penuh perhatian, tulus tanpa memikirkan sebuah balasan, semakin membuatku candu. Ingin selalu bertemu denganmu. Tutur kata yang terjaga, seolah kamu memang orang yang bisa menjaga. Aku pikir menjaga diriku juga. Parasmu memang tak terlalu tampan, hanya enak dipandang dengan pakaian yang selalu  rapih. Walau begitu, kamu nampak sempurna dalam segala aspek penilaianku.

Seiring berjalannya waktu rasa ini tak kunjung pergi, malah semakin menjadi-jadi. Yang paling aku takuti, kita saling mencintai tanpa tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Selalu ada yang "disakiti" ketika dua insan saling "mencintai" dan aku tak ingin itu semua terjadi. Sesungguhnya itu menodai hati yang suci.

Arrgghh. Ingin rasanya sejenak aku membuang rasa ini. Mati. Biar saja kita tidak saling mengenal jika akhirnya ini semua menjadi aral. Aku harap apa yang dulu pernah kita mulai segera usai. Bila akhirnya terjadi konflik mendalam di dalam lubuk hati. Walaupun bersikeras aku mencoba, membuang jauh segala yang kurasakan, menguraikannya menjadi sebuah kenangan. Nihil yang kudapat.

Saat ini. Pilihanku adalah membatasi diri, interaksi maupun komunikasi dengan. Ya. Pujaan hati yang tak mau aku mengakuinya.Satu sisi berbisik. Aku tak rela melihatnya dengan orang lain, lebih kurang, aku ingin memilikinya. Sisi lain. Aku tak yakin, apa yang akan kita jalin merupakan yang terbaik, lebih kurang aku tak ingin mengecewakan. 

Sering aku membaca, jeritan tak langsung. Getir nya menutupi rasa sakit hati, dengan sebuah alibi "itu semua kulakukan demi cinta". Apakah semua orang yang merasakan jatuh cinta menggunakan alibi itu untuk menutupi perihnya hati? apakah cinta yang selama ini aku anggap sebagai tempat berbagi hanya perisai dari sakit hati yang sebenarnya terjadi? Arrggghhhh. 

Aku harus segera tersadar, rasa ini bila dipelihara akan menodai hati. Semoga aku bisa menerimanya. Dengan sepenuh hati, kuharap kamu mengerti, duhai pujaan hati di kemudian hari. Aku bermimpi.
This entry was posted in :

2/16/2013


Bukan sebuah kebetulan, angin malam terkadang membuat kedinginan. Bukan sekedar tulisan, ketika kamu membaca sebuah sms dari orang yang kamu sayangi semua terasa menyenangkan. Dan bukanlah berlebihan, ketika kamu merasakan sebuah cinta, kamu mengharapkan sebuah balasan.

Semua orang merasa, jatuh cinta berjuta rasanya. Namun bagiku, jatuh cinta. Malu mengungkapkannya.

Semoga kamu tak memperhatikan, apa yang kulakukan secara diam-diam. Memendam perasaan. Cukup aku yang merasakan, indahnya sebuah senyuman dibalik kekecewaan, manisnya sebuah tawa dibalik sebuah luka. Semua kulakukan di hadapanmu seolah-olah itu nyata, padahal hanya sebuah pura-pura. Demi kamu yang kucinta.

Padamu. Sebenarnya aku menggantungkan sebuah harapan, selalu mengusahakan. Hanya tak berani meminta sebuah kepastian, arrgghhhh itu semua terlalu menyakitkan untuk sebuah kenyataan.


Aku menyukai hujan karena hujan merupakan waktu yang tepat untuk melamun. Melihat tetesan hujan yang terhalang kaca untuk masuk, teringat sebuah perasaan yang tak kunjung aku minta kepastian dari kamu. Orang yang ku impi-impikan. Ini semua memang terlihat sebuah fiksi, tapi memang inilah yang terjadi. Pada hati.

Pernah aku mengetik sms yang akan ku kirimkan padamu, namun tak juga aku kirim. Hanya tersimpan rapi dalam sebuah draft. Kalian boleh caci aku karena mengungkapkan sebuah perasaan pun tak berani, sekali lagi. Kalian tak akan mengerti, sulitnya menjadi diri ini.

Hingga akhirnya sampai saat ini, aku guratkan apa yang terjadi, dan yang kuyakini akan terjadi suatu hari nanti dalam tinta hatiku sendiri. Bukan hatimu, karena aku tak mampu.

"Jika kita memang jodoh, kita akan bertemu lagi" arggghhhh, sebenarnya kalimat itu tak ingin aku keluarkan. Kalimat bagi orang yang kalah, lelah. Dalam memperjuangkan seorang pujaan.


Halangan bernama "Malu Mengungkapkannya"


Bukan sebuah kebetulan, angin malam terkadang membuat kedinginan. Bukan sekedar tulisan, ketika kamu membaca sebuah sms dari orang yang kamu sayangi semua terasa menyenangkan. Dan bukanlah berlebihan, ketika kamu merasakan sebuah cinta, kamu mengharapkan sebuah balasan.

Semua orang merasa, jatuh cinta berjuta rasanya. Namun bagiku, jatuh cinta. Malu mengungkapkannya.

Semoga kamu tak memperhatikan, apa yang kulakukan secara diam-diam. Memendam perasaan. Cukup aku yang merasakan, indahnya sebuah senyuman dibalik kekecewaan, manisnya sebuah tawa dibalik sebuah luka. Semua kulakukan di hadapanmu seolah-olah itu nyata, padahal hanya sebuah pura-pura. Demi kamu yang kucinta.

Padamu. Sebenarnya aku menggantungkan sebuah harapan, selalu mengusahakan. Hanya tak berani meminta sebuah kepastian, arrgghhhh itu semua terlalu menyakitkan untuk sebuah kenyataan.


Aku menyukai hujan karena hujan merupakan waktu yang tepat untuk melamun. Melihat tetesan hujan yang terhalang kaca untuk masuk, teringat sebuah perasaan yang tak kunjung aku minta kepastian dari kamu. Orang yang ku impi-impikan. Ini semua memang terlihat sebuah fiksi, tapi memang inilah yang terjadi. Pada hati.

Pernah aku mengetik sms yang akan ku kirimkan padamu, namun tak juga aku kirim. Hanya tersimpan rapi dalam sebuah draft. Kalian boleh caci aku karena mengungkapkan sebuah perasaan pun tak berani, sekali lagi. Kalian tak akan mengerti, sulitnya menjadi diri ini.

Hingga akhirnya sampai saat ini, aku guratkan apa yang terjadi, dan yang kuyakini akan terjadi suatu hari nanti dalam tinta hatiku sendiri. Bukan hatimu, karena aku tak mampu.

"Jika kita memang jodoh, kita akan bertemu lagi" arggghhhh, sebenarnya kalimat itu tak ingin aku keluarkan. Kalimat bagi orang yang kalah, lelah. Dalam memperjuangkan seorang pujaan.


This entry was posted in :

2/15/2013

Aku teringat. Setiap malam terbayang wajahmu, senyum manis dari bibirmu. Padahal setiap kita bertemu, Selalu aku hanya mencuri kesempatan memandangimu, ketika kamu tidak melihat ke arahku. Ya, menjadi secret admirer (pemuja rahasia).

Aku merasa. Berada satu momen denganmu merupakan sebuah hal langka, yang mampu membuatku terbata-bata saat berkata. Ingin aku ucapkan kata, entah banyak atau sedikitnya, yang terpenting kita bisa berbicara dalam ruang dan waktu yang sama.

Aku mencari tahu. Kebiasaanmu, alamat rumahmu, makanan kesukaanmu, tempat nonkrongmu, teman laki-laki yang dekat denganmu, satu persatu aku tanyai itu kepada temanmu. Hingga aku berani meminta nomor teleponmu. Ya, langsung darimu.

Aku merasa senang. Tak terasa 1 bulan sejak aku dan kamu mulai sering berkomunikasi, via twitter, bbm, sms, telepon, dan tentu saja, saat aku dan kamu saling bertatap muka. Saking senangnya hati ini, dan seringnya kita berkomunikasi, yang pertama kali kulihat ketika bangun tidur adalah sms darimu.

Aku pura-pura. Benih cinta mulai tumbuh. Kurasa. Hanya aku memilih pura-pura tidak merasa. Aku tak mau apa yang kita bangun menjadi sia-sia hanya karena sebuah cinta, yang belum tentu membuat kita bahagia. Hingga aku merasa, semuanya semakin menjadi-jadi, membuatku hampir mati.

Aku memberanikan diri. Datang ke hadapanmu dengan berbagai kemungkinan dan bayangan yang menyeruak dalam hati. Aku abaikan, memberanikan diri untuk berkata "aku cinta padamu" 
"Maaf, aku sudah kembali dengan mantanku" jawaban yang kuterima bagai tamparan keras di wajah. Hati juga. Kurasa.

Aku tersadar dalam bayangan. Aku rindu padamu. Tak lebih dari itu, untuk bertemu denganmu aku tak mampu, apalagi ketika kamu berjalan dengan mantanmu.

Sebatas Rindu

Aku teringat. Setiap malam terbayang wajahmu, senyum manis dari bibirmu. Padahal setiap kita bertemu, Selalu aku hanya mencuri kesempatan memandangimu, ketika kamu tidak melihat ke arahku. Ya, menjadi secret admirer (pemuja rahasia).

Aku merasa. Berada satu momen denganmu merupakan sebuah hal langka, yang mampu membuatku terbata-bata saat berkata. Ingin aku ucapkan kata, entah banyak atau sedikitnya, yang terpenting kita bisa berbicara dalam ruang dan waktu yang sama.

Aku mencari tahu. Kebiasaanmu, alamat rumahmu, makanan kesukaanmu, tempat nonkrongmu, teman laki-laki yang dekat denganmu, satu persatu aku tanyai itu kepada temanmu. Hingga aku berani meminta nomor teleponmu. Ya, langsung darimu.

Aku merasa senang. Tak terasa 1 bulan sejak aku dan kamu mulai sering berkomunikasi, via twitter, bbm, sms, telepon, dan tentu saja, saat aku dan kamu saling bertatap muka. Saking senangnya hati ini, dan seringnya kita berkomunikasi, yang pertama kali kulihat ketika bangun tidur adalah sms darimu.

Aku pura-pura. Benih cinta mulai tumbuh. Kurasa. Hanya aku memilih pura-pura tidak merasa. Aku tak mau apa yang kita bangun menjadi sia-sia hanya karena sebuah cinta, yang belum tentu membuat kita bahagia. Hingga aku merasa, semuanya semakin menjadi-jadi, membuatku hampir mati.

Aku memberanikan diri. Datang ke hadapanmu dengan berbagai kemungkinan dan bayangan yang menyeruak dalam hati. Aku abaikan, memberanikan diri untuk berkata "aku cinta padamu" 
"Maaf, aku sudah kembali dengan mantanku" jawaban yang kuterima bagai tamparan keras di wajah. Hati juga. Kurasa.

Aku tersadar dalam bayangan. Aku rindu padamu. Tak lebih dari itu, untuk bertemu denganmu aku tak mampu, apalagi ketika kamu berjalan dengan mantanmu.

This entry was posted in :
Yaaahh. ini sebenarnya bukan awal, tapi kali kedua gue punya blog, tapi itu duluuuuuu banget sampe gue lupa entah kapan adanya.

Pada kesempatan pertama menulis blog ini (yaelah formal banget kek acara nikahan) gue mau bercerita dikit, kenapa kasih judul ini blog "Riza dan kehidupan fiksinya".. sebenernya, hidup ini, menurut pandangan gue kek layar sandiwara, kadang ada yang ngomong cinta padahal engga, ada yang ngomong suka padahal engga, ada yang ngomong muda padahal seorang bapak tua (ini gada maksud menyindir para pembaca cowok), bener kan? pasti yang baca ini juga salah satu yang pernah ngerasain sebuah "sandiwara" dalam kehidupannya.

Yang namanya jujur.. iya jujur udah seperti hal yang sangat rahasia dan berbentuk kode-kode tertentu nan aneh. Biasanya adalah cewek, yang mampu membuat kode rumit dan harus dipecahkan oleh laki-laki. Bisa disebut ini sebuah kemajuan negara untuk mengatasi jumlah pengangguran yang mulai menjamur, karena mungkin.. iyaa. mungkin suatu hari nanti bakal ada toko "jasa pemecahan kode cewek" ataupun "joki mendapatkan cewek" yang mampu mengurangi jumlah pengangguran.

Percaya kan cewek itu sering memberikan kode yang rumit? gue kasih contoh ya, tapi kalau ada yang ngerasa mohon maaf.. Malem-malem gue pernah merasakan sulitnya memecahkan kode cewek, ceritanya cewek gue lagi marah, pas gue tanya "kamu kenapa?" dia jawab "gpp" gue tanya lagi "kok kayak jutek gitu?" "gpp kok beneran :))"(nah smile :)) berasa banget fiksinya) "yaudah kalau gitu aku tidur duluan ya, capek banget" pas gue mau tidur tiba-tiba muncul sms "kamu bisa tidur, sedangkan aku lagi marah?" "katanya gapapa?" "kamu gapernah peka, gapernah ngertiin aku" Kalo keadaan kek gini tuh pengen banget rasanya liburan ke Paris 5 tahunn (yaiyalah siapa yang gamau ke Paris, semua orang juga pengen).. gue bingung antara ngantuk sama ngebenerin masalah cewek, yang gajelas asal-usulnya.. pasti pembaca getek pengen ngomen "tinggal nanya dong, supaya tau masalahnya" benerkan? tapi.. itu hal yang malahan nambah bingung, soalnya pas cewek ditanya apa masalahnya, cewek malah menjadi-jadi bukannya ngasih kepastian, biasanya mereka malah ngomong "pikir aja sendiri" atau "kamu emang gak pernah sadar" Aaakkkhh, sejenak gue kepikiran apa kata Raditya dika, kalau udah kek gini pengen rasanya mati, terus hidup lagi pas udah punya istri cantik, hidup mapan (yaelah ini semacam doa juga ya).

Karena itu gue ambil judul blog ini ada sangkut pautnya sama "fiksi", menurut bahasa gue "perasaan dan makna yang tersembunyi".

About fiksi

Yaaahh. ini sebenarnya bukan awal, tapi kali kedua gue punya blog, tapi itu duluuuuuu banget sampe gue lupa entah kapan adanya.

Pada kesempatan pertama menulis blog ini (yaelah formal banget kek acara nikahan) gue mau bercerita dikit, kenapa kasih judul ini blog "Riza dan kehidupan fiksinya".. sebenernya, hidup ini, menurut pandangan gue kek layar sandiwara, kadang ada yang ngomong cinta padahal engga, ada yang ngomong suka padahal engga, ada yang ngomong muda padahal seorang bapak tua (ini gada maksud menyindir para pembaca cowok), bener kan? pasti yang baca ini juga salah satu yang pernah ngerasain sebuah "sandiwara" dalam kehidupannya.

Yang namanya jujur.. iya jujur udah seperti hal yang sangat rahasia dan berbentuk kode-kode tertentu nan aneh. Biasanya adalah cewek, yang mampu membuat kode rumit dan harus dipecahkan oleh laki-laki. Bisa disebut ini sebuah kemajuan negara untuk mengatasi jumlah pengangguran yang mulai menjamur, karena mungkin.. iyaa. mungkin suatu hari nanti bakal ada toko "jasa pemecahan kode cewek" ataupun "joki mendapatkan cewek" yang mampu mengurangi jumlah pengangguran.

Percaya kan cewek itu sering memberikan kode yang rumit? gue kasih contoh ya, tapi kalau ada yang ngerasa mohon maaf.. Malem-malem gue pernah merasakan sulitnya memecahkan kode cewek, ceritanya cewek gue lagi marah, pas gue tanya "kamu kenapa?" dia jawab "gpp" gue tanya lagi "kok kayak jutek gitu?" "gpp kok beneran :))"(nah smile :)) berasa banget fiksinya) "yaudah kalau gitu aku tidur duluan ya, capek banget" pas gue mau tidur tiba-tiba muncul sms "kamu bisa tidur, sedangkan aku lagi marah?" "katanya gapapa?" "kamu gapernah peka, gapernah ngertiin aku" Kalo keadaan kek gini tuh pengen banget rasanya liburan ke Paris 5 tahunn (yaiyalah siapa yang gamau ke Paris, semua orang juga pengen).. gue bingung antara ngantuk sama ngebenerin masalah cewek, yang gajelas asal-usulnya.. pasti pembaca getek pengen ngomen "tinggal nanya dong, supaya tau masalahnya" benerkan? tapi.. itu hal yang malahan nambah bingung, soalnya pas cewek ditanya apa masalahnya, cewek malah menjadi-jadi bukannya ngasih kepastian, biasanya mereka malah ngomong "pikir aja sendiri" atau "kamu emang gak pernah sadar" Aaakkkhh, sejenak gue kepikiran apa kata Raditya dika, kalau udah kek gini pengen rasanya mati, terus hidup lagi pas udah punya istri cantik, hidup mapan (yaelah ini semacam doa juga ya).

Karena itu gue ambil judul blog ini ada sangkut pautnya sama "fiksi", menurut bahasa gue "perasaan dan makna yang tersembunyi".